Surat al-Qalam termasuk kelompok surat Makkiyyah yang menitik-beratkan pokok-pokok akidah Islam dan keimanan. Surat ini membicarakan tiga hal pokok, yaitu:
A – Masalah risalah dan rintangan yang ditebarkan oleh kafir Makkah terhadap da‘wah Nabi Muḥammad s.a.w.
B – Kisah pemilik kebun yang ingkar untuk menjelaskan akibat dari kekafiran kepada ni‘mat Allah.
C – Situasi kehidupan akhirat dan praharanya serta apa yang disediakan Allah untuk kedua kelompok; mu’min dan kafir.
Namun pesan inti surat ini adalah menetapkan dan mengukuhkan risālah Nabi Muḥammad s.a.w.
Surat ini diawali dengan sumpah bahwa kedudukan Muḥammad tinggi dan mulia yang bebas dari tuduhan orang kafir kepadanya, yaitu sebagai orang gila. Di awal-awal ayat dijelaskan akhlāq-akhlāq mulia Nabi Muḥammad s.a.w. serta biografinya yang tinggi: “Nūn, demi qalam dan apa yang mereka tulis, berkat ni‘mat Tuhanmu kamu (Muḥammad) sekali-kali bukan orang gila. Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Kemudian surat ini menjelaskan sikap orang-orang kafir dan kaspirator terhadap da‘wah Nabi Muḥammad s.a.w. Juga dijelaskan siksaan dan hukuman yang disiapkan Allah bagi mereka: “Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah). Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu). Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina.”
Setelah itu, surat ini membuat sebuah gambaran permisalan bagi kafir Makkah atas kekufuran mereka terhadap ni‘mat Allah yang besar, yaitu terutusnya Nabi Muḥammad s.a.w. kepada mereka dengan mendustakannya. Mereka diserupakan dengan kisah pemilik kebun yang penuh pepohonan dan buah-buahan. Namun dia mengingkari ni‘mat Allah dan tidak memberikan hak fakir miskin. Akibatnya, Allah membakar kebunnya dan menjadikan kisahnya sebagai pelajaran bagi orang-orang yang mau sadar: “Sesungguhnya Kami telah menguji mereka (musyirikīn Makkah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasil)nya di pagi hari, dan mereka tidak mengucapkan “In syā’ Allāh”, lalu kebun itu diliputi melapetaka (yang datang) dari Tuhannya ketika mereka sedang tidur, maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap-gulita.”
Lalu surat ini membandingkan antara orang mu’min dan orang kafir sesuai metode al-Qur’ān dalam menggabungkan antara targhīb (memberikan motivasi) dan tarhīb (menakut-nakuti dan mengancam): “Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa?”
Surat ini juga membahas hari kiamat dan praharanya serta keadaan orang-orang yang berdosa pada hari yang menakutkan itu. Pada hari itu mereka dipaksa untuk bersujud kepada Allah, namun mereka tidak mampu. “Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; maka mereka tidak kuasa.”
Surat al-Qalam ditutup dengan memerintahkan Nabi Muḥammad s.a.w. untuk bersabar atas gangguan orang kafir dan tidak bosan. Sebab apa yang dialaminya dalam menyampaikan da‘wah juga dialami Nabi Yūnus a.s. ketika meninggalkan kaumnya dan segera naik kapal: “Maka bersabarlah kamu (hai Muḥammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang (Yūnus) yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).”
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
ن، وَ الْقَلَمِ وَ مَا يَسْطُرُوْنَ. مَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُوْنٍ. وَ إِنَّ لَكَ لَأَجْرًا غَيْرَ مَمْنُوْنٍ. وَ إِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ. فَسَتُبْصِرُ وَ يُبْصِرُوْنَ. بِأَييِّكُمُ الْمَفْتُوْنُ. إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَ هُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ. فَلَا تُطِعِ الْمُكَذِّبِيْنَ. وَدُّوْا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُوْنَ. وَ لَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَّهِيْنٍ. هَمَّازٍ مَّشَّاءٍ بِنَمِيْمٍ. مَنَّاعٍ لِّلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيْمٍ. عُتُلٍّ بَعْدَ ذلِكَ زَنِيْمٍ. أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَ بَنِيْنَ. إِذَا تُتْلى عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيْرُ الْأَوَّلِيْنَ. سَنَسِمُهُ عَلَى الْخُرْطُوْمِ. إِنَّا بَلَوْنَاهُمْ كَمَا بَلَوْنَا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ إِذْ أَقْسَمُوْا لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِيْنَ. وَ لَا يَسْتَثْنُوْنَ. فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِّنْ رَّبِّكَ وَ هُمْ نَائِمُوْنَ. فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيْمِ. فَتَنَادَوْا مُصْبِحِيْنَ. أَنِ اغْدُوْا عَلَى حَرْثِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَارِمِيْنَ. فَانْطَلَقُوْا وَ هُمْ يَتَخَافَتُوْنَ. أَنْ لَّا يَدْخُلَنَّهَا الْيَوْمَ عَلَيْكُمْ مِّسْكِيْنٌ. وَ غَدَوْا عَلَى حَرْدٍ قَادِرِيْنَ. فَلَمَّا رَأَوْهَا قَالُوْا إِنَّا لَضَالُّوْنَ. بَلْ نَحْنُ مَحْرُوْمُوْنَ. قَالَ أَوْسَطُهُمْ أَلَمْ أَقُلْ لَّكُمْ لَوْ لَا تُسَبِّحُوْنَ. قَالُوْا سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِيْنَ. فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَلَاوَمُوْنَ. قَالُوْا يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا طَاغِيْنَ. عَسَى رَبُّنَا أَنْ يُبْدِلَنَا خَيْرًا مِّنْهَا إِنَّا إِلَى رَبِّنَا رَاغِبُوْنَ. كَذلِكَ الْعَذَابُ وَ لَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ. إِنَّ لِلْمُتَّقِيْنَ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتِ النَّعِيْمِ. أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِيْنَ كَالْمُجْرِمِيْنَ. مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُوْنَ. أَمْ لَكُمْ كِتَابٌ فِيْهِ تَدْرُسُوْنَ. إِنَّ لَكُمْ فِيْهِ لَمَا تَخَيَّرُوْنَ. أَمْ لَكُمْ أَيْمَانٌ عَلَيْنَا بَالِغَةٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ إِنَّ لَكُمْ لَمَا تَحْكُمُوْنَ. سَلْهُمْ أَيُّهُمْ بِذلِكَ زَعِيْمٌ. أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ فَلْيَأْتُوْا بِشُرَكَائِهِمْ إِنْ كَانُوْا صَادِقِيْنَ. يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ وَ يُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُوْدِ فَلَا يَسْتَطِيْعُوْنَ. خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ وَ قَدْ كَانُوْا يُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُوْدِ وَ هُمْ سَالِمُوْنَ. فَذَرْنِيْ وَ مَنْ يُكَذِّبُ بِهذَا الْحَدِيْثِ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُوْنَ. وَ أُمْلِيْ لَهُمْ إِنَّ كَيْدِيْ مَتِيْنٌ. أَمْ تَسْأَلُهُمْ أَجْرًا فَهُمْ مِّنْ مَّغْرَمٍ مُّثْقَلُوْنَ. أَمْ عِنْدَهُمُ الْغَيْبُ فَهُمْ يَكْتُبُوْنَ. فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَ لَا تَكُنْ كَصَاحِبِ الْحُوْتِ إِذْ نَادى وَ هُوَ مَكْظُوْمٌ. لَوْ لَا أَنْ تَدَارَكَهُ نِعْمَةٌ مِّنْ رَّبِّهِ لَنُبِذَ بِالْعَرَاءِ وَ هُوَ مَذْمُوْمٌ. فَاجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَجَعَلَهُ مِنَ الصَّالِحِيْنَ. وَ إِنْ يَكَادُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَيُزْلِقُوْنَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَ يَقُوْلُوْنَ إِنَّهُ لَمَجْنُوْنٌ. وَ مَا هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعَالَمِيْنَ.
68: 1. Nūn, demi qalam dan apa yang mereka tulis,
68: 2. Berkat ni‘mat Tuhanmu, kamu (Muḥammad) sekali-kali bukan orang gila.
68: 3. Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.
68: 4. Dan sesungguhnya kami benar-benar berbudi pekerti yang agung.
68: 5. Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat,
68: 6. siapa di antara kamu yang gila.
68: 7. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dia-lah Yang Paling Mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
68: 8. Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah).
68: 9. Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu).
68: 10. Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina,
68: 11. yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah.
68: 12. yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas bagi banyak dosa,
68: 13. yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya,
68: 14. karena dia mempunyai (banyak) harta dan anak.
68: 15. Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: “(Ini adalah) dongeng-dongengan orang-orang dahulu kala.”
68: 16. Kelak akan Kami beri tanda dia di belalai(nya).
68: 17. Sesungguhnya Kami telah menguji mereka (musyirikīn Makkah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasil)nya di pagi hari,
68: 18. dan mereka tidak mengucapkan “In syā’ Allāh”,
68: 19. lalu kebun itu diliputi melapetaka (yang datang) dari Tuhannya ketika mereka sedang tidur,
68: 20. maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap-gulita,
68: 21. lalu mereka panggil memanggil di pagi hari:
68: 22. “Pergilah di waktu pagi (ini) ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya.”
68: 23. Maka pergilah mereka saling berbisik-bisikan.
68: 24. “Pada hari ini janganlah ada seorang miskin pun masuk ke dalam kebunmu.”
68: 25. Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka mampu (menolongnya).
68: 26. Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata: “Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan).
68: 27. Bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya)”
68: 28. Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka: “Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih (kepada Tuhanmu)?”
68: 29. Mereka mengucapkan: “Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zhālim.”
68: 30. Lalu sebahagian mereka menghadapi sebahagian yang lain seraya cela-mencela.
68: 31. Mereka berkata: “Aduhai celakalah kita; sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampaui batas.”
68: 32. Mudah-mudahan Tuhan kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Tuhan kita.
68: 33. Seperti itulah ‘adzāb (dunia). Dan sesungguhnya ‘adzāb akhirat lebih besar jika mereka mengetahui.
68: 34. Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertaqwā (disediakan) surga-surga yang penuh keni‘matan di sisi Tuhannya.
68: 35. Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)?
68: 36. Mengapa kamu (berbuat demikian): bagaimanakah kamu mengambil keputusan?
68: 37. Atau adakah kamu mempunyai sebuah kitab (yang diturunkan Allah) yang kamu membacanya?
68: 38. bahwa di dalamnya kamu benar-benar boleh memilih apa yang kamu sukai untukmu.
68: 39. Atau apakah kamu memperoleh janji-janji yang diperkuat dengan sumpah dari Kami, yang tetap berlaku sampai hari kiamat; sesungguhnya kamu benar-benar dapat mengambil keputusan (sekehendakmu)?
68: 40. Tanyakanlah kepada mereka: “Siapakah di antara mereka yang bertanggung-jawab terhadap keputusan yang diambil itu?”
68: 41. Atau apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu? Maka hendaklah mereka mendatangkan sekutu-sekutunya jika mereka adalah orang-orang yang benar.
68: 42. Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; maka mereka tidak kuasa.
68: 43. (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehinaan. Dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) diseru untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan sejahtera.
68: 44. Maka serahkanlah (ya Muḥammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (al-Qur’ān). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui,
68: 45. dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.
68: 46. Ataukah kamu meminta upah kepada mereka, lalu mereka diberati dengan utang.
68: 47. Ataukah ada pada mereka ‘ilmu tentang yang ghaib lalu mereka menulis (padanya apa yang mereka tetapkannya)?
68: 48. Maka bersabarlah kamu (hai Muḥammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang (Yūnus) yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).
68: 49. Kalau sekiranya ia tidak segera mendapat ni‘mat dari Tuhannya, benar-benar ia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela.
68: 50. Lalu Tuhannya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang-orang yang shāliḥ.
68: 51. Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar al-Qur’ān dan mereka berkata: “Sesungguhnya ia (Muḥammad) benar-benar orang yang gila.”
68: 52. Dan al-Qur’ān itu tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat.
(يَسْطُرُوْنَ): mereka menulis dengan pena.
(مَمْنُوْنٍ): sesuatu yang ditempuh dan telah dilewati, gunung misalnya dilalui.
(عُتُلٍّ): yang keras dan kasar serta cepat berbuat jahat. (خُذُوْهُ فَاعْتِلُوْهُ): dalam ash-Shiḥāḥ disebutkan: Menarik dengan kasar. (6931).
(زَنِيْمٍ): akrab dengan suatu kaum, namun tidak termasuk mereka dan ayahnya tidak dikenal. Penyair berkata:
“Dia tidak dikenal siapa ayahnya
Ibunya pelacur dan nasabnya tercela.” (6942).
(صَارِمِيْنَ): memutuskan sesuatu, memetiknya.
(حَرْدٍ): menuju dan bermaksud.
(زَعِيْمٌ): pemimpin dan penjamin.
(مَكْظُوْمٌ): penuh dengan kemarahan dan sedih.