Surah al-Qalam 68 ~ Tafsir al-Jalalain (1/2)

Dari Buku:
Tafsir Jalalain.
(Jilid 4. Dari Sūrat-uz-Zumar sampai Sūrat-un-Nās)
Oleh: Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

Rangkaian Pos: Surah al-Qalam 68 ~ Tafsir al-Jalalain

068

SŪRAT-UL-QALAM

Makkiyyah, 52 ayat
Turun sesudah Sūrat-ul-‘Alaq

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

ن، وَ الْقَلَمِ وَ مَا يَسْطُرُوْنَ.

  1. (ن) “Nūn” adalah salah satu dari huruf hijaiah, hanya Allah-lah yang mengetahui arti dan maksudnya (وَ الْقَلَمِ) “demi qalam” yang dipakai untuk menulis nasib semua makhlūq di Lauḥ Maḥfūzh (وَ مَا يَسْطُرُوْنَ.) “dan apa yang mereka tulis” apa yang ditulis oleh para malaikat berupa kebaikan dan keshāliḥan.

مَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُوْنٍ.

  1. (مَا أَنْتَ) “Kamu sekali-kali bukanlah” hai Muḥammad (بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُوْنٍ.) “orang gila, berkat nikmat Rabbmu” yang telah mengaruniakan kenabian kepadamu, dan juga nikmat-nikmatNya yang lain. Ayat ini merupakan jawaban terhadap perkataan orang-orang kafir, yang mengatakan bahwa Muḥammad adalah orang gila.

وَ إِنَّ لَكَ لَأَجْرًا غَيْرَ مَمْنُوْنٍ.

  1. (وَ إِنَّ لَكَ لَأَجْرًا غَيْرَ مَمْنُوْنٍ.) “Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putusputusnya” tiada pernah terputus.

وَ إِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ.

  1. (وَ إِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ) “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti” beragama (عَظِيْمٍ.) “yang agung.”

فَسَتُبْصِرُ وَ يُبْصِرُوْنَ.

  1. (فَسَتُبْصِرُ وَ يُبْصِرُوْنَ.) “Maka kelak kamu akan melihat dan mereka pun akan melihat.”

بِأَييِّكُمُ الْمَفْتُوْنُ.

  1. (بِأَييِّكُمُ الْمَفْتُوْنُ.) “Siapakah di antara kalian yang gila” yang tidak waras akalnya, kamukah atau mereka. Lafal al-maftūn ini wazannya sama dengan lafal al-ma‘qūl, berasal dari mashdar al-futūn, artinya gila.

إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَ هُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ.

  1. (إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَ هُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ.) “Sesungguhnya Rabbmu, Dialah Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah Yang Paling mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” lafal a‘lamu di sini bermakna ‘ālimun, ya‘ni Dia mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah Yang mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

فَلَا تُطِعِ الْمُكَذِّبِيْنَ.

  1. (فَلَا تُطِعِ الْمُكَذِّبِيْنَ.) “Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah.”

وَدُّوْا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُوْنَ.

  1. (وَدُّوْا) “Mereka menginginkan” mengharapkan (لَوْ) “supaya” merupakan mashdariyah (تُدْهِنُ) “kamu bersikap lunak” bersikap lembut terhadap mereka (فَيُدْهِنُوْنَ.) “lalu mereka bersikap lunak” pula terhadapmu; di-‘athaf-kan kepada lafal tudhinu. Seandainya dijadikan sebagai jawāb dari tamannī yang tersimpulkan dari lafal waddū, maka sebelum huruf fa diperkirakan adanya lafal hum. Ya‘ni, seandainya kamu bersikap lunak terhadap mereka, maka mereka pun akan bersikap lunak pula terhadapmu.

وَ لَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَّهِيْنٍ.

  1. (وَ لَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ) “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah” dengan cara yang bāthil (مَّهِيْنٍ.) “lagi hina” ya‘ni rendah.

هَمَّازٍ مَّشَّاءٍ بِنَمِيْمٍ.

  1. (هَمَّازٍ) “Yang banyak mencela” atau sering mengumpat (مَّشَّاءٍ بِنَمِيْمٍ.) “yang kian ke mari menghambur fitnah” ya‘ni berjalan ke sana dan ke mari di antara orang-orang dengan maksud merusak mereka, ya‘ni menghasut mereka.

مَنَّاعٍ لِّلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيْمٍ.

  1. (مَنَّاعٍ لِّلْخَيْرِ) “Yang banyak menghalangi perbuatan baik” artinya sangat kikir tidak mau membelanjakan hartanya kepada hak-hak yang diwajibkan atas dirinya (مُعْتَدٍ) “yang melampaui batas” sangat aniaya (أَثِيْمٍ.) “lagi banyak dosa” banyak melakukan perbuatan dosa.

عُتُلٍّ بَعْدَ ذلِكَ زَنِيْمٍ.

  1. (عُتُلٍّ) “Yang kaku kasar” wataknya kaku lagi kasar (بَعْدَ ذلِكَ زَنِيْمٍ.) “selain dari itu, yang terkenal kejahatannya” dia adalah seseorang yang dianggap sebagai orang Quraisy, padahal dia bukan dari kalangan mereka, yaitu Walīd bin Mughīrah. Ayahnya menjulukinya sebagai orang Quraisy setelah ia berumur delapan belas tahun. Ibnu ‘Abbās r.a. mengatakan, bahwa kami belum pernah mengetahui, bahwa Allah s.w.t. menyifati seseorang dengan sifat-sifat yang tercela sebagaimana yang telah dilakukan-Nya terhadap Walīd, sehingga keaiban itu tetap menempel pada diri Walīd untuk selama-lamanya. Dan ber-ta‘alluq kepada lafal zanīm, zharaf yang terdapat pada sebelumnya.

أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَ بَنِيْنَ.

  1. (أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَ بَنِيْنَ.) “Karena dia mempunyai banyak harta dan anak” bentuk asalnya adalah li an, dan ber-ta‘alluq kepada ma‘na yang menunjukkan terhadap pengertiannya.

إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيْرُ الْأَوَّلِيْنَ.

  1. (إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا) “Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami” yakni al-Qur’ān (قَالَ) “ia berkata” bahwa al-Qur’ān itu (أَسَاطِيْرُ الْأَوَّلِيْنَ.) “dongeng-dongengan orang-orang dahulu kala.” Yaitu hanyalah kedustaan yang sengaja dibuat-buat guna menyenangkan hati kami sewaktu ia disebutkan atau diceritakan. Menurut suatu qirā’at ada lafal a-an dengan memakai dua huruf Hamzah yang kedua-duanya di-fatḥah-kan.

سَنَسِمُهُ عَلَى الْخُرْطُوْمِ.

  1. (سَنَسِمُهُ عَلَى الْخُرْطُوْمِ.) “Kelak akan Kami beri tanda dia di belalainya” Kami akan menjadikan tanda pada hidungnya, yang menyebabkannya cacat seumur hidup. Maka dia terpotong-potong hidungnya ketika perang Badar.

إِنَّا بَلَوْنَاهُمْ كَمَا بَلَوْنَا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ إِذْ أَقْسَمُوْا لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِيْنَ.

  1. (إِنَّا بَلَوْنَاهُمْ) “Sesungguhnya Kami telah mencoba mereka” Kami telah menguji orang-orang musyrik Makkah dengan paceklik dan kelaparan (كَمَا بَلَوْنَا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ) “sebagaimana Kami telah mencoba pemilik-pemilik kebun” atau ladang (إِذْ أَقْسَمُوْا لَيَصْرِمُنَّهَا) “ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik hasilnya” akan memetik buahnya (مُصْبِحِيْنَ.) “di pagi hari” di pagi buta, supaya orang-orang miskin tidak mengetahuinya. Maka orang-orang yang memiliki kebun itu mempunyai alasan bila mereka tidak memberikan sedekah kepada mereka; tidak sebagaimana bapak-bapak mereka yang selalu memberikan sebagian dari hasilnya buat orang-orang miskin sebagai sedekahnya.

وَ لَا يَسْتَثْنُوْنَ.

  1. (وَ لَا يَسْتَثْنُوْنَ.) “Dan mereka tidak mengecualikan” di dalam sumpah mereka itu kepada kehendak Allah s.w.t. Ayat ini merupakan jumlah isti‘naf atau kalimat permulaan; ya‘ni, kelakuan mereka seperti itu; mereka tidak pernah menggantungkan sumpahnya itu kepada kehendak Allah s.w.t.

فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِّنْ رَّبِّكَ وَ هُمْ نَائِمُوْنَ.

  1. (فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِّنْ رَّبِّكَ) “Lalu kebun itu diliputi malapetaka dari Rabbmu” berupa api yang melahap kesemuanya di waktu malam (وَ هُمْ نَائِمُوْنَ.) “ketika mereka sedang tidur.”

فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيْمِ.

  1. (فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيْمِ.) “Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita” yakni menjadi hangus terbakar semuanya, sehingga tampak hitam.

فَتَنَادَوْا مُصْبِحِيْنَ.

  1. (فَتَنَادَوْا مُصْبِحِيْنَ.) “Lalu mereka panggil-memanggil di pagi hari.”

أَنِ اغْدُوْا عَلَى حَرْثِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَارِمِيْنَ.

  1. (أَنِ اغْدُوْا عَلَى حَرْثِكُمْ) “Pergilah di waktu pagi ini ke kebun kalian” ke ladang kalian; lafal ini menafsirkan pengertian yang terkandung di dalam lafal tanadauw; atau huruf an dianggap sebagai an mashdariyyah (إِنْ كُنْتُمْ صَارِمِيْنَ.) “jika kalian hendak memetik buahnya” ingin memetik hasilnya; jawab syaratnya ditunjukkan oleh pengertian kalimat sebelumnya.

فَانْطَلَقُوْا وَ هُمْ يَتَخَافَتُوْنَ.

  1. (فَانْطَلَقُوْا وَ هُمْ يَتَخَافَتُوْنَ.) “Maka pergilah mereka saling berbisik-bisikan” ya‘ni dengan secara diam-diam.

أَنْ لَّا يَدْخُلَنَّهَا الْيَوْمَ عَلَيْكُمْ مِّسْكِيْنٌ.

  1. (أَنْ لَّا يَدْخُلَنَّهَا الْيَوْمَ عَلَيْكُمْ مِّسْكِيْنٌ.) “Pada hari ini janganlah ada seorang miskin pun masuk ke dalam kebun kalian.” Ayat ini merupakan penafsiran dari ma‘na yang terkandung pada ayat sebelumnya; atau huruf an dianggap sebagai huruf mashdariyyah.

وَ غَدَوْا عَلَى حَرْدٍ قَادِرِيْنَ.

  1. (وَ غَدَوْا عَلَى حَرْدٍ) “Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi” orang-orang miskin (قَادِرِيْنَ.) “seraya merasa mampu” ya‘ni mampu untuk menghalangi orang-orang miskin, menurut dugaan mereka sendiri.

فَلَمَّا رَأَوْهَا قَالُوْا إِنَّا لَضَالُّوْنَ.

  1. (فَلَمَّا رَأَوْهَا) “Tatkala mereka melihat kebun itu” dalam keadaan hangus terbakar (قَالُوْا إِنَّا لَضَالُّوْنَ.) “mereka berkata: Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat.” Bukankah ini kebun kita. Kemudian setelah mereka mengetahui, bahwa itu adalah benar-benar kebun mereka, lalu mereka mengatakan:

بَلْ نَحْنُ مَحْرُوْمُوْنَ.

  1. (بَلْ نَحْنُ مَحْرُوْمُوْنَ.) “Bahkan kita dihalangi” dari memperoleh buahnya disebabkan kita telah menghalang-halangi orang-orang miskin dari memperoleh bagiannya.

قَالَ أَوْسَطُهُمْ أَلَمْ أَقُلْ لَّكُمْ لَوْ لَا تُسَبِّحُوْنَ.

  1. (قَالَ أَوْسَطُهُمْ) “Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka” yaitu orang yang terbaik di antara mereka (أَلَمْ أَقُلْ لَّكُمْ لَوْ لَا) “Bukankah aku mengatakan kepada kalian, mengapa tidak” kenapa tidak (تُسَبِّحُوْنَ.) “kalian bertasbīḥ?” kepada Allah seraya bertobat kepada-Nya.

قَالُوْا سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِيْنَ.

  1. (قَالُوْا سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِيْنَ.) “Mereka mengucapkan: Maha Suci Rabb kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zhālim.” Karena kami telah menghalang-halangi orang-orang miskin dari haknya.

فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَلَاوَمُوْنَ.

  1. (فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَلَاوَمُوْنَ.) “Lalu sebagian mereka menghadapi sebagian yang lain seraya cela-mencela.”

قَالُوْا يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا طَاغِيْنَ.

  1. (قَالُوْا يَا) “Mereka berkata: Aduhai” huruf ya di sini bermakna tanbīh (وَيْلَنَا) “celakalah kita” binasalah kita (إِنَّا كُنَّا طَاغِيْنَ.) “sesungguhnya kita ini benar-benar orang-orang yang melampaui batas.

عَسَى رَبُّنَا أَنْ يُبْدِلَنَا خَيْرًا مِّنْهَا إِنَّا إِلَى رَبِّنَا رَاغِبُوْنَ.

  1. (عَسَى رَبُّنَا أَنْ يُبْدِلَنَا) “Mudah-mudahan Rabb kita memberikan ganti kepada kita” dapat dibaca yubdilanā dan yubaddil lanā (خَيْرًا مِّنْهَا إِنَّا إِلَى رَبِّنَا رَاغِبُوْنَ.) “yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Rabb kita.” Supaya Dia menerima tobat kita dan mendatangkan kepada kita kebun yang lebih baik dari kebun kita yang dahulu. Menurut suatu riwayat disebutkan, bahwa setelah itu mereka diberi kebun yang lebih baik dari yang semula.

كَذلِكَ الْعَذَابُ وَ لَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ.

  1. (كَذلِكَ) “Seperti itulah” sebagaimana ‘adzāb Kami kepada mereka (الْعَذَابُ) “‘adzāb” di dunia, bagi orang yang menentang perintah Kami dari kalangan orang-orang kafir Makkah dan lain-lainnya. (وَ لَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ.) “Dan sesungguhnya ‘adzāb akhirat lebih besar jika mereka mengetahui” jika mereka mengetahuinya, niscaya mereka tidak akan menentang perintah Kami. Ayat ini diturunkan sewaktu orang-orang kafir Makkah mengatakan, bahwa jika Dia membangkitkan kami, niscaya kami akan diberi pahala yang lebih baik daripada kalian.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *