097
Sūrat-ul-Qadar adalah surat Makkiyyah dan berbicara mengenai turunnya al-Qur’ān dan fadhīlah (keutamaan) Lailat-ul-Qadar (malam lailat-ul-qadar) di atas hari dan bulan yang lain. Sebab, di malam itu ada banyak cahaya dan tajalli serta karunia Allah yang Dia limpahkan kepada para hamba mu’min untuk memuliakan turunnya al-Qur’ān. Di samping itu, Sūrat-ul-Qadar berbicara mengenai turunnya para malaikat yang berbakti ke langit dunia sampai terbitnya fajar. Betapa agungnya malam itu. Malam yang lebih baik daripada seribu bulan di sisi Allah.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَ مَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَ الرُّوْحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّنْ كُلِّ أَمْرٍ. سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
097:1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur’ān) pada malam kemuliaan.
097:2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
097:3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
097:4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
097:5. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’ān) pada malam kemuliaan”; Kami menurunkan al-Qur’ān yang menjadi mu‘jizat ini pada malam (Lailah) al-Qadar, malam kemuliaan dan kebesaran. Ulama tafsir berkata: “Disebut malam Qadar karena malam itu agung dan mulia.” Yang dimaksudkan menurunkan al-Qur’ān adalah menurunkannya dari Lauḥ-ul-Maḥfūzh ke langit dunia. Kemudian Jibril membawanya turun ke bumi dalam waktu dua puluh tiga tahun. Sebagaimana dikatakan Ibnu ‘Abbās: “Allah menurunkan al-Qur’ān sekaligus dari Lauḥ-ul-Maḥfūzh ke Bait-ul-‘Izzah dari langit dunia. Lalu, al-Qur’ān diturunkan secara rinci sesuai peristiwa selama dua puluh tiga tahun kepada Nabi s.a.w.” (10941). “Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?”; ini mengagungkan dan memuliakan malam tersebut. Yakni apa yang kamu ketahui hai Muḥammad, apakah malam Qadar atau malam kemuliaan itu? Al-Khāzin berkata: “Ini adalah pengagungan terhadap malam Qadar dan menciptakan kerinduan terhadap beritanya. Seolah Allah mengatakan: “Apa yang kamu ketahui tentang kelebihan dan kemuliaan Lailat-ul-Qadar?” (10952).
Kemudian Allah menuturkan fadhilah Lailat-ul-Qadar dari tiga segi dengan berfirman: “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan”; Lailat-ul-Qadar atau malam Qadar lebih mulia daripada seribu bulan. Sebab malam tersebut memiliki keistimewaan, yaitu diturunkannya al-Qur’an padanya. Ulama tafsir berkata: “Amal saleh pada malam Qadar lebih baik daripada amal saleh pada seribu bulan yang tidak ada malam Qadarnya.” Diriwayatkan, seorang lelaki menyandang senjata dan berjuang fī sabīlillāh selama seribu bulan. Nabi s.a.w. dan kaum muslimin dibuat kagum oleh orang tersebut dan beliau berharap untuk umatnya dengan berkata: “Ya Rabbi, Engkau jadikan umatku umat yang paling sedikit umurnya dan paling sedikit amalnya.” Maka Allah memberi beliau Lailat-ul-Qadar dan berfirman: “Lailat-ul-Qadar lebih baik bagimu dan bagi umatmu daripada seribu bulan di mana lelaki tersebut berjihad.” (10963) Mujāhid berkata: “Amalnya, puasanya dan ibadah malamnya lebih baik daripada seribu bulan.” (10974) Ini kelebihan pertama Lailat-ul-Qadar.
Kemudian Allah berfirman: “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan”; para malaikat dan Jibril turun pada malam itu dengan perintah Tuhan mereka karena segala hal yang diputuskan oleh Allah untuk tahun itu sampai tahun depan. Inilah kemuliaan kedua Lailat-ul-Qadar. Sedangkan kelebihan ketiga adalah: “Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”; Lailat-ul-Qadar adalah keselamatan mulai awal malam sampai terbit fajar. Para malaikat pada malam itu mengucapkan salam kepada kaum muslimin dan pada malam itu Allah hanya menakdirkan kebaikan dan keselamatan bagi anak manusia.
Dalam Sūrat-ul-Qadar terdapat sejumlah keindahan bahasa sebagaimana berikut ini:
Pertama, ithnāb (menguraikan) dengan mengulang kata “lailat-ul-qadar” sebanyak tiga kali untuk lebih memperhatikannya dan mengagungkannya.
Kedua, istifhām (pertanyaan) dengan tujuan mengagungkan dan memuliakan:
وَ مَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ.
“Dan apa yang kamu ketahui apakah malam lailat-ul-qadar?”
Ketiga, menuturkan yang khusus setelah yang umum:
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَ الرُّوْحُ
“turun malaikat dan Jibril.”
Jibril disebutkan setelah malaikat untuk mengingatkan keagungan derajatnya.
Keempat, keserasian akhir-akhir ayat, misalnya:
الْقَدْرِ. شَهْرِ. أَمْرِ. الْفَجْرِ.
Wallāhu a‘lam.