Surah al-Qadar 97 ~ Tafsir al-Qur’an-ul-Majid an-Nur

Judul Buku:
TAFSĪR AL-QUR’ĀNUL MAJĪD AN-NŪR

JILID 4

Penulis: Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy
Diterbitkan oleh: Cakrawala Publishing

Surat Ke-97

AL-QADR

Surat al-Qadr bermakna kemuliaan. Diturunkan di Makkah sesudah surat ‘Abasa, terdiri dari 5 ayat.

A. SEJARAH TURUN

Kebanyakan ahli tafsir mengatakan turun di Madīnah. Surat ini menjelaskan permulaan al-Qur’ān turun dan menandaskan bahwa Lailatul Qadr adalah malam yang tinggi nilainya dan malam besar bagi para muslim. Malam itu melebihi malam-malam lain. Pada malam itu, Allah menurunkan rahmat-Nya dan menurunkan malaikat untuk mengembangkan ruhus salam (kedamaian, kesejahteraan) dan kerukunan antar muslimin.

Pada malam al-Qadr, untuk pertama kali Jibrīl turun menemui Muḥammad menyampaikan wahyu Ilahi.

B. KAITAN DENGAN SURAT SEBELUMNYA

Dalam surat yang telah lalu, Allah memerintahkan Rasūl s.a.w. agar membaca al-Qur’ān dengan nama-Nya yang telah menciptakan manusia dan yang telah mengajarkan apa yang sebelumnya tidak diketahui oleh Rasūl. Sedangkan dalam surat ini, Allah menjelaskan permulaan al-Qur’ān diturunkan dan keutamaan malam Lailatul Qadr.

C. TAFSIR SURAT AL-QADR

1. Al-Qur’ān Menunjuk Empat Tempat Turunnya. Keistimewaan Malam Qadr.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillāhirraḥmānirraḥīm

Dengan (menyebut) nama Allah Yang Maha Pemurah, yang senantiasa mencurahkan rahmat-Nya

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ.

Innā anzalnāhu fī lailatil qadr.

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur’ān pada malam kemuliaan.” (11)

(al-Qadr [97]: 1).

Kami (Allah) mulai menurunkan al-Qur’ān pada satu malam kemuliaan. Setelah itu Kami turunkan berangsur-angsur dalam tempo 23 tahun sesuai dengan kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang memerlukan petunjuk.

Ayat dalam surat al-Baqarah menunjukkan bahwa al-Qur’ān turun pada bulan Ramadhān. Ayat dalam surat al-Anfāl menunjukkan bahwa al-Qur’ān turun pada malam hari, yang tanggalnya sama dengan hari bertemunya dua pasukan tentara Islam dan kafir dalam pertempuran di Badar. Menurut sejarah, malam itu adalah malam Jum‘at 17 Ramadhān. Ayat dalam surat ad-Dukhān menjelaskan bahwa al-Qur’ān itu diturunkan pada malam yang penuh dengan keberkatan. Ayat dalam surat al-Qadr dijelaskan bahwa malam al-Qadr lebih mulia daripada 1000 bulan.

Kalau kita memperhatikan ayat-ayat itu dapatlah disimpulkan bahwa permulaan turunnya al-Qur’ān adalah pada malam Qadr yang jatuh pada tanggal 17 Ramadhān. (22) Dalam buku Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir, kami (penulis) telah menjelaskan bahwa ayat yang pertama turun pada malam 17 Ramadhān itu adalah ayat yang menandaskan bahwa Muḥammad diangkat menjadi rasūl dan ditugaskan menyampaikan syariat kepada umat. Ayat yang mula-mula turun kepada Muḥammad yang memberi pengertian bahwa Muḥammad itu seorang nabi turun pada tanggal 8 Rabī‘-ul-Awwal.

وَ مَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ.

Wa mā adrāka mā lailatul qadr.

“Dan apakah malam kemuliaan itu?”

(al-Qadr [97]: 2).

Tidak ada seorang pun yang mengetahui dengan persis hakikat Lailatul Qadr dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui keutamaannya. Yang dapat diketahui hanya sekadar apa yang telah diterangkan oleh Allah.

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ.

Lailatul qadri khairum min alfi syahr.

“Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.”

(al-Qadr [97]: 3).

Sebenarnya perbandingan ini hanya untuk menyatakan bahwa malam al-Qadr itu lebih baik daripada segala malam yang lain, bukan lebih baik daripada 1,000 bulan saja. Lebih baik dari semua malam yang ada, karena itulah masa yang paling tinggi nilainya. Karena itu, sudah pada tempatnya apabila para muslim menjadikan malam permulaan al-Qur’ān turun itu sebagai suatu malam yang dirayakan dan yang dimuliakan sebagai tanda syukur atas nikmat Allah yang mengutus nabi akhir zaman serta menurunkan Kitāb yang isinya mencakup isi semua kitab suci yang telah lalu, yang tidak ada tolok bandingannya. Namun, kemuliaan malam itu janganlah dipandang sebagai suatu ibadat atau suatu ketetapan agama.

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَ الرُّوْحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّنْ كُلِّ أَمْرٍ.

Tanazzalul malā’ikatu war rūḥu fīhā bi idzni rabbihim min kulli amr.

“Pada malam itu turun malaikat-malaikat dengan Rūḥ, dengan izin Tuhannya membawa setiap usuran.” (33)

(al-Qadr [97]: 4).

Pada malam itu turunlah Jibrīl dan malaikat-malaikat lain dalam alam rohani dan memperlihatkan dirinya kepada Muḥammad. Tentu saja, hal ini sudah seizin Allah dan Allah telah menyiapkan Muḥammad untuk menjadi pembawa risalah kepada seluruh hamba-Nya. Mengenai cara malaikat turun ke bumi, tidak perlu kita bahas, karena hal itu merupakan masalah ghaib.

Rūḥ dalam ayat ini bisa diartikan malaikat Jibrīl, tetapi dapat pula diartikan malaikat yang mengawasi malaikat lain.

Ada yang mengatakan: “Suatu makhluk yang besar sekali.” Ada pula yang mengatakan “rahmat”. (44)

Ringkasnya, malam al-Qadr adalah suatu malam yang berhubungan dengan ‘Īd bagi para muslim, berhubungan dengan turunnya al-Qur’ān, dan malam syukur atas keihsanan Allah dan limpahan karunia-Nya. Tidak saja umat Islam yang bergembira pada malam itu, tetapi seluruh malaikat juga bergembira karena kebesaran (kemuliaan) malam itu.

سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Salāmun hiya ḥattā mathla‘il fajr.

“Malam sejahtera hingga terbit fajar.”

(al-Qadr [97]: 4).

Dengan turunnya al-Qur’ān dan kehadiran malaikat-malaikat Tuhan, malam itu sepenuhnya diliputi oleh suasana kesejahteraan, keamanan, kebajikan, dan keberkatan. Pada malam itulah, Allah melenyapkan semua kegelisahan yang menghinggapi hati Muḥammad dan pada malam itu pula Allah membuka jalan-jalan petunjuk.

D. KESIMPULAN SURAT

Al-Qur’ān diturunkan pada malam al-Qadr yang tinggi nilainya, yang harus dijadikan sebagai malam ‘Īd (malam yang disambut dengan gembira) oleh umat Islam. Pada malam itu Rūḥ (Jibrīl) dan para malaikat menampakkan dirinya kepada Muḥammad dengan seizin Allah dan merupakan malam permulaan pembinaan Islam yang menuju kepada ketertiban dan perdamaian dunia.

Catatan:

  1. 1). Baca QS. ad-Dukhān [44]: 3, QS. al-Baqarah [2]: 158.
  2. 2). Tentang malam lailatul qadr, baca buku kami Pedoman Puasa.
  3. 3). Kaitkan dengan bagian awal QS. an-Naḥl [16], bagian akhir QS. al-Jinn [72], QS. Yāsīn [36], QS. Fushshilat [41], QS. al-A‘lā [87], QS. Saba’ [34], QS. ath-Thāriq [65], QS. al-Wāqi‘ah [56], QS. ‘Abasa [80], QS. al-Muzzammil [73], QS. Muddatstsir [74], QS. al-Insān [76], QS. Thāhā [20], QS. al-Mu’minūn [23], QS. as-Sajdah [32], QS. al-Ma‘ārij [70], QS. asy-Syūrā [42], QS. al-Mursalāt [77], untuk mengetahui makna ruh.
  4. 4). Baca QS. an-Naḥl [16].

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *