Surah al-Qadar 97 ~ Tafsir al-Jailani

Dari Buku: TAFSIR al-Jaelani
Oleh: Syekh ‘Abdul-Qadir Jaelani
Penerjemah: Abdul Hamid

Penerbit: PT. SAHARA intisains

Surah ke 97; 5 ayat

Al-Qadr

(kemuliaan).

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

Pembuka Surah al-Qadr

Orang yang diperlihatkan rahasia diturunkannya kitab-kitab dan dikirimkannya para rasul, dari golongan yang diberi bantuan dapat menyaksikan dan berdiri di orbit keesaan Dzat Ilahi yang berada di atas lembaran-lembaran yang binasa oleh keterbatasan dan keterhinggaan; pasti mengetahui bahwa segala macam takdir yang tersimpan di lembaran qadha, dan semua gambaran yang dikendalikan oleh ilmu dan pena yang tertinggi, itu semua berada di alam gaib yang dinamai dengan lailat-ul-qadar. Dan turunnya kitab pada saat lailat-ul-qadar menuju cakrawala penyaksian dan keterjelasan, juga terjadi di alam tersebut. Tidak diragukan lagi kalau rahasia turunnya kitab-kitab Ilahi adalah untuk mengatur takdir dan beritanya, agar sesuai dengan yang tercatat di lembaran qadha dan genggaman ilmu-Nya.

Karena itu Allah s.w.t. memberitahukan manusia terkasih-Nya, Muhammad s.a.w. yang berada di maqam anugerah, tentang turunnya al-Qur’an pada lailat-ul-qadar yang gaib, di mana lailat-ul-qadar adalah suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yang ada di alam dunia. Setelah memberikan keberkahan, Allah s.w.t. berfirman: (بِسْمِ اللهِ) [Dengan menyebut nama Allah] yang menguasai semua takdir dalam genggaman ilmu-Nya dan lembaran qadha-Nya, (الرَّحْمنِ) [Yang Maha Pemurah] kepada hamba-hambaNya dengan cara menurunkan al-Qur’an yang mengingatkan mereka kepada jalan ma‘rifat dan keimanan, (الرَّحِيْمِ) [lagi Maha Penyayang] kepada mereka dengan cara membangunkan mereka dari ketertiduran yang melalaikan dan keterkantukan yang melupakan.

Ayat 1.

(إِنَّا) [Sesungguhnya Kami], dari maqam agung kelembutan Kami dan kedermawanan Kami kepada semua hamba Kami, (أَنْزَلْنَاهُ) [telah menurunkannya], yakni menurunkan al-Qur’an yang menjelaskan kepada mereka jalan keselamatan dari segala macam api kebodohan, (فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ) [pada malam kemuliaan] atau lailat-ul-qadar yang gaib, yang tidak diperlihatkan kepada seorang pun selain kepada golongan yang mengetahui hal-hal gaib. Karena itulah Allah s.w.t. menyamarkan lailat-ul-qadar ini kepada kekasih-Nya, Muhammad s.a.w.

Ayat 2.

Allah s.w.t. berfirman: (وَ مَا أَدْرَاكَ) [dan tahukah kamu] maksudnya: tahukah kamu apa saja yang telah Aku ajarkan kepadamu dari seluruh kebutuhan dan keperluan kemanusiaanmu: (مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ) [apakah malam kemuliaan itu?]. Karena malam kemuliaan ini keluar dari jangkauan pemahaman alam manusia.

Kemudian Allah s.w.t. menjelaskan tentang malam kemuliaan ini sesuai dengan jangkauan pemahaman manusia dengan berfirman:

Ayat 3.

(لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ) [Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan], dari hari-hari yang ada di alam dunia.

Ayat 4.

(تَنَزَّلُ الْمَلاَئِكَةُ) [Malaikat-malaikat turun], yaitu mayoritas penghuni alam ketuhanan, (وَ الرُّوْحُ) [dan malaikat Jibril] yang mengatur semua urusan yang ada di alam manusia (فِيْهَا) [pada malam itu]. Turunnya mereka pada malam itu (بِإِذْنِ رَبِّهِم) [dengan izin Rabbnya] yang memerintahkan mereka untuk turun. Bersamaan dengan itu, mereka semua memiliki tugas masing-masing (مِّنْ كُلِّ أَمْرٍ) [untuk mengatur segala urusan] yang sedang berjalan di alam dunia.

Ayat 5.

(سَلاَمٌ) [Kesejahteraan] dan keselamatan dari Allah s.w.t. diserahkan kepada mereka. Dia menjelaskan secara rinci urusan mereka sesuai dengan tuntutan hikmah-Nya supaya mereka semua mengerjakan urusannya selaras dengan hikmah tersebut, dan menjalankan dengan baik peraturan-Nya sesuai dengan yang telah diperintahkan-Nya. Ringkasnya, pada (هِيَ) [malam itu] keadaan dan kondisi mereka seperti itu (حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ) [sampai terbit fajar], yaitu sampai terbitnya matahari Dzat Ilahi yang sinar-Nya melenyapkan semua bayang-bayang cahaya dan pantulannya secara mutlak.

Jadi seakan-akan lailat-ul-qadar; yang disembunyikan di antara waktu malam yang ada dalam setahun, atau di antara waktu malam selama bulan Ramadhan, atau di antara waktu malam pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, menurut salah satu pendapat; adalah malam pilihan yang merupakan cerminan dari lailat-ul-qadar ilahiyah yang bersifat gaib. Karena itulah Allah s.w.t. tidak menentukan maupun memberitahukan waktu terjadinya lailat-ul-qadar. Bahkan Dia menyamarkan dan merahasiakannya.

Ada yang mengatakan kalau malam tersebut, nilainya sebanding dengan semua keadaan dan peristiwa yang terjadi selama satu tahun itu. Sebagaimana dikatakan bahwa asal malam itu adalah lailat-ul-qadar yang gaib, maka semua takdir yang ada sejak zaman azali dan berlaku abadi, sebanding dengan lailat-ul-qadar yang gaib tersebut. Maka dari itu, barang siapa yang menghidupkan malam tersebut dengan berbagai macam ibadah, berarti ia telah mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat.

Semoga Allah s.w.t. memberikan anugerah kepada kita untuk dapat menemukan, mendapatkan, dan meraih malam tersebut.

 

Penutup Surah al-Qadr

Wahai orang yang berkeinginan menghidupkan lailat-ul-qadar dan mendapatkannya, kamu harus menyingsingkan bajumu untuk menghidupkan semua malam yang mendatangi kehidupanmu. Sebab lailat-ul-qadar disembunyikan di antara malam-malam tersebut. Ringkasnya, janganlah kamu melupakan Allah s.w.t. dalam semua keadaan yang kamu jalani hingga semua waktu malam yang kamu lalui, lebih bernilai dan lebih baik dari dunia dan isinya.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *