083
SŪRAT-UL-MUTHAFFIFĪN
Pokok-pokok Kandungan Surat.
Sūrat-ul-Muthaffifīn termasuk kelompok surat Makkiyyah. Pada umumnya, sasaran surat-surat Makkiyyah adalah masalah akidah Islam. Surat ini membahas dakwah Islam dalam menghadapi musuh yang kejam.
Surat ini diawali dengan pengumuman perang terhadap orang-orang yang curang dalam menimbang dan menakar, tidak takut akhirat dan tidak mempersiapkan dirinya untuk berdiri di hadapan Allah, Hakim paling adil. “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?”
Kemudian surat ini berbicara mengenai orang-orang celaka yang durhaka dan gambaran balasan mereka pada hari kiamat. Di hari itu mereka digiring menuju neraka disertai hardikan dan ancaman. “Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjīn. Tahukah, kamu apakah sijjīn itu? (Ialah) kitab yang bertulis. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan”
Kemudian surat ini menampilkan catatan amal orang-orang yang bertakwa dan kenikmatan abadi yang mereka miliki di dalam negeri kemuliaan dan keagungan. Hal itu sebagai kebalikan dari apa yang disediakan Allah untuk orang-orang celaka yang jahat. Dalam hal ini al-Qur’ān menggunakan metode penggabungan antara dorongan berbuat baik (targhīb) dan peringatan (tarhīb). “Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam keni’matan yang besar (surga), mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan. Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya), laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba”
Surat yang mulia ini ditutup dengan menjelaskan sikap orang-orang celaka dan sesat terhadap hamba Allah pilihan para nabi dan pengikutnya di dunia. Orang-orang celaka itu menertawakan dan menghina orang beriman dan saleh. “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang dahulunya (di dunia) menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya…..”
TAFSĪR SŪRAT-UL-MUTHAFFIFĪN
Sūrat-ul-Muthaffifīn, Ayat: 1-36
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.
وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِيْنَ. الَّذِيْنَ إِذَا اكْتَالُوْا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُوْنَ. وَ إِذَا كَالُوْهُمْ أَوْ وَّزَنُوْهُمْ يُخْسِرُوْنَ. أَلَا يَظُنُّ أُولئِكَ أَنَّهُم مَّبْعُوْثُوْنَ. لِيَوْمٍ عَظِيْمٍ. يَوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِيْنَ. كَلَّا إِنَّ كِتَابَ الفُجَّارِ لَفِيْ سِجِّيْنٍ. وَ مَا أَدْرَاكَ مَا سِجِّيْنٌ. كِتَابٌ مَّرْقُوْمٌ. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَ. الَّذِيْنَ يُكَذِّبُوْنَ بِيَوْمِ الدِّيْنِ. وَ مَا يُكَذِّبُ بِهِ إِلَّا كُلُّ مُعْتَدٍ أَثِيْمٍ. إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيْرُ الْأَوَّلِيْنَ. كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوْبِهِمْ مَّا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ. كَلَّا إِنَّهُمْ عَنْ رَّبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّمَحْجُوْبُوْنَ. ثُمَّ إِنَّهُمْ لَصَالُوا الْجَحِيْمِ. ثُمَّ يُقَالُ هذَا الَّذِيْ كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُوْنَ. كَلَّا إِنَّ كِتَابَ الْأَبْرَارِ لَفِيْ عِلِّيِّيْنَ. وَ مَا أَدْرَاكَ مَا عِلِّيُّوْنَ. كِتَابٌ مَّرْقُوْمٌ. يَشْهَدُهُ الْمُقَرَّبُوْنَ. إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِيْ نَعِيْمٍ. عَلَى الْأَرَائِكِ يَنْظُرُوْنَ. تَعْرِفُ فِيْ وُجُوْهِهِمْ نَضْرَةَ النَّعِيْمِ. يُسْقَوْنَ مِنْ رَّحِيْقٍ مَّخْتُوْمٍ. خِتَامُهُ مِسْكٌ وَ فِيْ ذلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُوْنَ. وَ مِزَاجُهُ مِنْ تَسْنِيْمٍ. عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا الْمُقَرَّبُوْنَ. إِنَّ الَّذِيْنَ أَجْرَمُوْا كَانُوْا مِنَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا يَضْحَكُوْنَ. وَ إِذَا مَرُّوْا بِهِمْ يَتَغَامَزُوْنَ. وَ إِذَا انْقَلَبُوْا إِلَى أَهْلِهِمُ انْقَلَبُوْا فَكِهِيْنَ. وَ إِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوْا إِنَّ هؤُلآءِ لَضَالُّوْنَ. وَ مَا أُرْسِلُوْا عَلَيْهِمْ حَافِظِيْنَ. فَالْيَوْمَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُوْنَ. عَلَى الْأَرَائِكِ يَنْظُرُوْنَ. هَلْ ثُوِّبَ الْكُفَّارُ مَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ
83: 1. Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang.
83: 2. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,
83: 3. dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.
83: 4. Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan,
83: 5. pada suatu hari yang besar,
83: 6. (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?
83: 7. Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjīn.
83: 8. Tahukah, kamu apakah sijjīn itu?
83: 9. (Ialah) kitab yang bertulis.
83: 10. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan,
83: 11. (yaitu) orang-orang yang mendustakan hari pembalasan.
83: 12. Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampaui batas lagi berdosa,
83: 13. yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: “Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu”.
83: 14. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.
83: 15. Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan mereka.
83: 16. Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka.
83: 17. Kemudian, dikatakan (kepada mereka): “Inilah adzab yang dahulu selalu kamu dustakan”.
83: 18. Sekali-kali tidak, sesungguhnya kitab orang-orang berbakti itu (tersimpan) dalam ‘Illiyyīn.
83: 19. Tahukah kamu apakah ‘Illiyyīn itu?
83: 20. (Yaitu) kitab yang bertulis,
83: 21. yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan (kepada Allah).
83: 22. Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam keni’matan yang besar (surga),
83: 23. mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang.
83: 24. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan.
83: 25. Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya),
83: 26. laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.
83: 27. Dan campuran khamar murni itu adalah dari tasnim,
83: 28. (yaitu) mata air yang minum daripadanya orang-orang yang didekatkan kepada Allah.
83: 29. Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang dahulunya (di dunia) menertawakan orang-orang yang beriman.
83: 30. Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya.
83: 31. Dan apabila orang-orang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira.
83: 32. Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: “Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat”,
83: 33. padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin.
83: 34. Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir,
83: 35. mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang.
83: 36. Sesungguhnya orang-orang kafir telah diberi ganjaran terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
Tinjauan Bahasa
(لِّلْمُطَفِّفِيْنَ.): kata bentuk jama‘; orang yang mengurangi timbangan dan takaran. Makna asalnya sesuatu yang sedikit, sebab yang curang hampir dipastikan hanya mencuri sedikit.
(رَانَ): menutupi dan menyelubungi, seperti karat menutupi pedang. Makna asalnya mengalahkan. Seorang penyair berkata:
كم ران من ذنب على قلب فاجر.
“Banyak dosa menutupi hati orang durhaka.” (9481)
(رَّحِيْقٍ): arak terbaik dan terjernih. Dalam ash-Shiḥāḥ disebutkan, maknanya arak pilihan. Al-Akhfasy berkata: “Yaitu minuman yang tidak ada campurannya.” (9492).
(فَكِهِيْنَ): membanggakan dan menikmati.
(يَتَغَامَزُوْنَ): mengisyaratkan dengan mata untuk menghina.
(ثُوِّبَ): dibalas.
(تَسْنِيْمٍ): mata air tinggi yang minumannya adalah minuman paling mulia. Makna asalnya ketinggian.
Asbābun Nuzūl
Diriwayatkan bahwa Ibnu ‘Abbās r.a. berkata: “Ketika Nabi s.a.w. tiba di Madinah, penduduknya termasuk orang yang paling buruk dalam urusan takar-menakar. Turunlah firman Allah: “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang” Setelah itu mereka menakar dengan baik. (9503).
Tafsīr Ayat
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang”; kebinasaan dan kehancuran bagi orang-orang durhaka yang mengurangi takaran dan timbangan. Allah menjelaskan sifat-sifat buruk mereka. “(yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi”; jika mereka mendapat takaran dari orang-orang, mereka maunya mengambil dengan sempurna dan penuh untuk diri mereka sendiri. “dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi”; jika menakar atau menimbang untuk orang-orang lain, mereka mengurangi takaran dan timbangan. Ulama tafsir berkata: “Sasaran turunnya ayat ini adalah seorang lelaki yang dikenal sebagai Abū Juhainah. Dia mempunyai dua sha‘, menerima dengan salah satunya dan memberi dengan yang lain. Ayat ini merupakan ancaman bagi setiap orang yang berbuat curang dalam urusan takar-menakar dan timbang-menimbang. Allah telah menghancurkan kaum Syu‘aib a.s. karena mereka berbuat hal tersebut. Dalam hadits disebutkan: “Tidaklah mereka mencurangi takaran, kecuali mereka tidak diberi tanaman dan dihukum dengan paceklik.” (9514).
“Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar”; tidakkah tahu dan yakin orang-orang yang curang itu, bahwa mereka akan dibangkitkan pada hari kiamat yang berat, sangat menakutkan dan praharanya hebat? “(yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?”; pada saat mereka berdiri di padang Mahsyar dalam keadaan telanjang, tanpa alas kaki dan tertunduk kepada Tuhan semesta alam. Dalam al-Baḥr-ul-Muḥīth disebutkan, dalam pengingkaran ini ada perintah untuk heran dengan sikap orang kafir, menyifati hari kiamat sebagai hari menakutkan, berdirinya manusia menuju Allah dengan tunduk, menyifati Allah sebagai Tuhan semesta alam. Ini juga dalil bahwa curang adalah dosa yang besar. (9525). Dalam hadits disebutkan, bahwa Nabi s.a.w. bersabda: “(Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam sampai salah seorang dari mereka tenggelam dalam keringatnya hingga pertengahan kedua telinganya.” (9536).
Kemudian Allah menegaskan tempat kembali orang-orang yang durhaka dan orang-orang yang berbakti. “Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjīn”; hendaknya orang-orang yang curang itu menghentikan kelalaian mereka akan hari kebangkitan dan pembalasan. Sebab lembaran dokumen amal perbuatan orang-orang yang celaka dan durhaka berada di tempat yang sempit dan paling bawah. “Tahukah, kamu apakah sijjīn itu?”; pertanyaan ini untuk mengagungkan dan perasaan takut. Apakah kamu tahu, apa itu sijjīn? “(Ialah) kitab yang bertulis”; yaitu kitab yang tertulis seperti stempel pada kain, tidak akan dilupakan, tidak bisa dihapus. Di sana tertulis perbuatan dosa mereka. Ibnu Katsīr berkata: “Sijjīn makna asalnya sempit. Ketika orang-orang durhaka itu tempat kembalinya adalah Jahannam yang merupakan tempat paling bawah dan sempit, Allah menjelaskan bahwa sijjīn adalah kitab yang bertulis. Tulisannya sudah diselesaikan, tidak ditambahi oleh siapapun dan tidak dikurangi oleh siapapun.” (9547).
Catatan:
- 948). al-Baḥr-ul-Muḥīth (8/438).
- 949). Tafsīr-ul-Qurthubī (19/263).
- 950). Mukhtasharu Ibni Katsīr (3/613)
- 951). Ini bagian dari hadits yang diriwayatkan oleh al-Ḥakīm dan Thabrānī dari Ibnu ‘Abbās r.a. secara marfū‘. Lihat al-Alūsī, 30/71.
- 952). al-Baḥr-ul-Muḥīth (8/440).
- 953). Diriwayatkan Bukhārī, Muslim, Mālik.
- 954). Mukhtasharu Ibni Katsīr (3/614).