انْطَلِقُوْا إِلَى مَا كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُوْنَ.
Inthaliqū ilā mā kuntum bihi tukadzdzibūn.
“Pergilah kamu kepada ‘adzab yang kamu dustakan.” (al-Mursalāt [77]: 29)
Para pengawal Jahannam berkata kepada orang-orang kafir: “Pergilah ke tempat yang dahulu kamu ingkari. Ini adalah Jahannam yang berada di depanmu.”
انطَلِقُوْا إِلَى ظِلٍّ ذِيْ ثَلَاثِ شُعَبٍ.
Inthaliqū ilā zhillin dzī tsalātsi syu‘ab.
“Pergilah kamu kepada naungan yang bercabang tiga.” (al-Mursalāt [77]: 30)
Pergilah kamu ke naungan asap Jahannam yang bercabang tiga: sebuah cabang di sebelah kanan, sebuah cabang di sebelah kiri, dan satu cabang di atas kepala.
لَا ظَلِيْلٍ وَ لَا يُغْنِيْ مِنَ اللَّهَبِ.
Lā zhalīliw wa lā yughnī minal lahab.
“Bukan naungan yang sejuk dan tidak pula melindungi dari nyala api.” (61) (al-Mursalāt [77]: 31)
Naungan yang tidak memberikan perlindungan, dan tidak menghindarkan diri dari teriknya sinar matahari.
Dan tidak pula dapat menolak panasnya api neraka.
إِنَّهَا تَرْمِيْ بِشَرَرٍ كَالْقَصْرِ. كَأَنَّهُ جِمَالَتٌ صُفْرٌ.
Innahā tarmī bisyararin kal qashr. Ka’annahū jimālatun shufr.
“Sesungguhnya neraka itu melemparkan bunga api laksana gedung besar. Bagaikan unta-unta yang kuning warnanya.” (72) (al-Mursalāt [77]: 32-33)
Dari neraka beterbangan bara api ke segenap penjuru yang besar-besar, seakan-akan gedung besar, seperti unta yang berwarna kuning yang terus-menerus berhamburan.
وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَ.
Wailuy yauma’idzil lil mukadzdzibīn.
“‘Adzāb dan kehinaan pada hari itu untuk orang yang mendustakan.” (al-Mursalāt [77]: 34)
‘Adzāb dan kehinaan ditimpakan oleh Allah kepada orang-orang yang mendustakan hari kiamat. Pada hari itu mereka tidak memperoleh orang yang dapat menyelamatkan diri mereka dari ‘adzāb.
هذَا يَوْمُ لَا يَنْطِقُوْنَ. وَ لَا يُؤْذَنُ لَهُمْ فَيَعْتَذِرُوْنَ.
Hādzā yaumu lā yanthiqūn. Wa lā yu’dzanu lahum fa ya‘tadzirūn.
“Inilah hari, yang ketika itu mereka tidak bisa berbicara. Dan mereka tidak diberi idzin, maka mereka tidak dapat memajukan pembelaan.” (83) (al-Mursalāt [77]: 35-36)
Pada hari itu, manusia tidak dapat berbicara karena kebingungan. Mereka tidak diberi waktu untuk berdalih, karena mereka sebenarnya tidak mempunyai alasan yang dapat diterima.
وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَ.
Wailuy yauma’idzil lil mukadzdzibīn.
“‘Adzāb dan kehinaan pada hari itu untuk orang yang mendustakan.” (al-Mursalāt [77]: 37)
‘Adzāb dan kehinaan ditimpakan oleh Allah kepada mereka yang mendustakan Rasūl dan menolak seruan-seruannya.
هذَا يَوْمُ الْفَصْلِ جَمَعْنَاكُمْ وَ الْأَوَّلِيْنَ.
Hādzā yaumul fashli jama‘nākum wal awwalīn.
“Inilah hari keputusan. Kamu dan orang-orang yang dahulu kala Kami kumpulkan.” (al-Mursalāt [77]: 38)
Pada hari itulah Allah menyelesaikan seluruh urusan makhlūq-Nya. Pada hari itu juga akan menjadi nyatalah yang benar dan yang salah, sebab pada saat itu dilakukan pemberian pembalasan terhadap ‘amal masing-masing orang, baik berupa pembalasan pahala ataupun siksa.
Kami kumpulkan antara kamu dengan orang-orang yang telah lalu di sebuah lapangan yang luas supaya semua urusan mereka dapat diselesaikan bersama-sama.
فَإِنْ كَانَ لَكُمْ كَيْدٌ فَكِيْدُوْنِ.
Fa in kāna lakum kaidun fa kīdūn.
“Maka, jika kamu mempunyai rencana, jalankanlah rencana itu terhadap-Ku.” (al-Mursalāt [77]: 39)
Jika ada sesuatu rencana yang dapat kamu lakukan untuk menolak ‘adzāb, maka siapkanlah rencana itu, supaya kamu terlepas dari ‘adzāb yang pedih ini.
وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَ.
Wailuy yauma’idzil lil mukadzdzibīn.
“‘Adzāb dan kehinaan pada hari itu untuk orang yang mendustakan.” (al-Mursalāt [77]: 40)
Kecelakaan dan kebinasaan akan ditimpakan kepadamu, wahai orang-orang yang mendustakan hari bangkit. Sekarang ini kelemahanmu telah tampak dengan nyata.
إِنَّ الْمُتَّقِيْنَ فِيْ ظِلَالٍ وَ عُيُوْنٍ.
Innal muttaqīna fī zhilāliw wa ‘uyūn.
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwā, mereka berada di bawah naungan teduh dan dekat mata-air.” (al-Mursalāt [77]: 41)
Semua orang yang bertaqwā kepada Allah benar-benar ditempatkan di bawah naungan pepohonan dan istana. Karenanya, mereka terhindar dari teriknya matahari. Lain halnya dengan orang kafir yang ditempatkan di bawah naungan yang bercabang tiga, yang tidak dapat menghindari bunga api yang beterbangan.
وَ فَوَاكِهَ مِمَّا يَشْتَهُوْنَ.
Wa fawākihā mimmā yasytahūn.
“Dan buah-buahan yang sangat mereka inginkan.” (al-Mursalāt [77]: 42)
Mereka disuguhi buah-buahan yang sedap dan dapat memuaskan keinginan mereka.
كُلُوْا وَ اشْرَبُوْا هَنِيْئًا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ.
Kulū wasyrabū hanī’am bimā kuntum ta‘malūn.
“Makanlah dan minumlah sepuas hati disebabkan oleh apa yang dahulunya kamu lakukan.” (al-Mursalāt [77]: 43)
Kepada orang-orang yang bertaqwā itu dikatakan: “Wahai orang-orang yang telah berbakti, makanlah buah-buahan ini dan minumlah air yang terpancar ini dengan sepuas hatimu. Ini sebagai pembalasan terhadap apa yang kamu lakukan di dunia dengan menaati Allah secara sungguh-sungguh dan mendekatkan diri untuk memperoleh keridhāan-Nya.”
إِنَّا كَذلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنيْنَ.
Innā kadzālika najzil muḥsinīn.
“Sesungguhnya demikianlah Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang yang mengerjakan kebaikan.” (al-Mursalāt [77]: 44)
Sebagaimana Kami memberikan pembalasan kepada orang yang bertaqwa atas ketaatan yang telah mereka lakukan begitu pula Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang yang memiliki keihsanan karena ketaatan dan ibadah mereka.
وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَ.
Wailuy yauma’idzil lil mukadzdzibīn.
“‘Adzāb dan kehinaan pada hari itu untuk orang yang mendustakan.” (al-Mursalāt [77]: 45)
Orang-orang yang mendustakan apa yang diberitahukan oleh Allah seperti menghina orang-orang yang bertaqwā, kelak akan tertimpa ‘adzāb dan kehinaan.
كُلُوْا وَ تَمَتَّعُوْا قَلِيْلًا إِنَّكُمْ مُّجْرِمُوْنَ.
Kulū wa tamatta‘ū qalīlan innakum mujrimūn.
“Makanlah dan bersuka-rialah kamu sejenak, sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa.” (al-Mursalāt [77]: 46)
Makanlah kamu di dunia sepanjang hayatmu dan nikmatilah sisa umurnya yang sesungguhnya tidak panjang dan tidak lama. Setelah itu, Kami akan meng‘adzābmu disebabkan oleh perilakumu yang mengingkari kebenaran dan mendustakan rasūl-rasūl Kami.
وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَ.
Wailuy yauma’idzil lil mukadzdzibīn.
“‘Adzāb dan kehinaan pada hari itu untuk orang yang mendustakan.” (al-Mursalāt [77]: 47)
Orang-orang yang membiarkan diri mereka untuk di‘adzab tentu akan menerima siksaan.
وَ إِذَا قِيْلَ لَهُمُ ارْكَعُوْا لَا يَرْكَعُوْنَ.
Wa idzā qīla lahumurka‘ū lā yarka‘ūn.
“Dan apbila dikatakan kepada mereka: “Tunduklah”, mereka tidak mau tunduk.” (al-Mursalāt [77]: 48)
Apabila dikatakan kepada orang-orang yang mendustakan itu: “Sembahlah Allah, taatilah Dia, dan takutilah hari kiamat”, niscaya mereka menyombongkan diri dan melawan kebenaran.
Ada riwayat yang menyebutkan bahwa ketika Nabi menyuruh Bani Tsaqīf shalat, mereka menjawab: “Kami tidak mau tunduk, sebab tunduk itu hina.” Mendengar hal itu, maka berkatalah Nabi: “Tidak ada kebajikan dalam agama yang tidak mempunyai rukū‘ dan sujūd.”
Diriwayatkan oleh Ibn Jarīr dari Ibnu ‘Abbās bahwa ucapan ini disampaikan nanti di akhirat. Yaitu ketika mereka diperintahkan bersujūd dan sewaktu mereka tidak mampu bersujūd lagi.
وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَ.
Wailuy yauma’idzil lil mukadzdzibīn.
“‘Adzāb dan kehinaan pada hari itu untuk orang yang mendustakan.” (al-Mursalāt [77]: 49)
‘Adzāb dan kehinaan untuk mereka yang ingkar.
فَبِأَيِّ حَدِيْثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُوْنَ
Fa bi’ayyi ḥadītsim ba‘dahū yu’minūn.
“Dan kabar yang manakah, yang akan kamu percayai setelah kabar yang sangat menarik hati ini?” (al-Mursalāt [77]: 50)
Apabila kamu tidak beriman dengan dalil-dalil itu, padahal dalil itu terang dan jelas, maka dengan ḥujjah-ḥujjah mana lagi kamu mau beriman?
Dalam ayat-ayat ini Allah menjelaskan ‘adzāb yang akan ditimpakan kepada orang kafir. Mereka diperintahkan masuk Jahannam, bernaung di bawah naungan asap yang hitam pekat, yang tidak dapat melindungi mereka dari suhu yang panas.
Selain itu, Allah juga menjelaskan bahwa ‘adzāb dan kehinaan adalah untuk orang-orang yang mendustakan hari kiamat. Pada hari itu Allah mengumpulkan seluruh makhlūq-Nya. Adapun nikmat yang diberikan kepada para mu’min adalah hidup jaya dan bahagia di dalam surga yang indah.
Pada akhirnya Allah menerangkan bahwa orang-orang kafir, apabila diperintahkan menyembah Allah dan menaati-Nya, mereka menyombongkan diri dan melawan. Kalau mereka tidak mau membenarkan al-Qur’ān, maka apa lagi yang akan mereka benarkan.