Surah al-Mursalat 77 ~ Tafsir al-Qur’an-ul-Majid an-Nur (1/2)

Judul Buku:
TAFSĪR AL-QUR’ĀNUL MAJĪD AN-NŪR

JILID 4

Penulis: Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy
Diterbitkan oleh: Cakrawala Publishing

Rangkaian Pos: Surah al-Mursalat 77 ~ Tafsir al-Qur'an-ul-Majid an-Nur

Surat Ke-77
AL-MURSALĀT

Surat al-Mursalāt bermakna malaikat-malaikat yang diutus, diturunkan di Makkah sesudah surat al-Humazah. Surah ini juga dinamakan al-‘Urf, terdiri dari 50 ayat.

A. KANDUNGAN ISI

Ada yang mengatakan bahwa ayat 48 dari surat ini diturunkan di Madīnah. Surat ini menetapkan adanya hidup kedua sesudah hidup yang pertama sekarang ini. Tuhan bersumpah untuk menguatkan penetapan ini.

Sesudah itu, surat ini menjelaskan kejadian-kejadian yang mendahului hari bangkit, keadaan orang-orang kafir dan orang-orang mu’min pada hari kiamat. Pada akhir surat, Tuhan mencela orang-orang kafir berkaitan dengan tindak-tanduk mereka. Surat ini sering dibaca Nabi ketika shalat Maghrib.

B. KAITAN DENGAN SURAT SEBELUMNYA

Dalam surat ini Tuhan bersumpah untuk menguatkan apa yang diterangkan, sedangkan surat yang telah lalu menjelaskan janji baik kepada orang mu’min dan janji ‘adzāb kepada orang yang durhaka. (11).

C. TAFSĪR SURAT AL-MURSALĀT

1. Allah Bersumpah dengan Beberapa Golongan Malaikat dan Membinasakan Orang-orang Purbakala yang Mendustakan Rasūl, dan Menciptakan Manusia dari Setetes Air Mani.

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillāhirraḥmānirraḥīm

Dengan (menyebut) nama Allah Yang Maha Pemurah, yang senantiasa mencurahkan rahmat-Nya.

 

وَ الْمُرْسَلَاتِ عُرْفًا.

Wal mursalāti ‘urfā.
“Demi malaikat-malaikat yang dikirim membawa ‘urf.” (22). (al-Mursalāt [77]: 1)

Untuk membuktikan adanya hari kiamat yang didustakan oleh para musyrik, Tuhan bersumpah dengan malaikat yang diutus menyampaikan keihsanan dan kebajikan kepada para nabi, dan rasūl.

فَالْعَاصِفَاتِ عَصْفًا.

Fal ‘āshifāti ‘ashfā.
“Dan malaikat-malaikat yang terbang dengan kencangnya.” (al-Mursalāt [77]: 2)

Tuhan bersumpah dengan malaikat yang sangat sigap dan cepat melaksanakan tugasnya bagaikan kecepatan angin yang bertiup. (33)

وَ النَّاشِرَاتِ نَشْرًا.

Wan nāsyirāti nasyrā.
“Malaikat-malaikat yang mengepak-ngepakkan sayapnya.” (al-Mursalāt [77]: 3)

Allah bersumpah pula dengan malaikat yang mengembangkan sayapnya di angkasa tinggi dalam keadaan turun naik atau dengan para malaikat yang mengembangkan syarī‘art-syarī‘at kepada para nabi untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

فَالْفَارِقَاتِ فَرْقًا.

Fal fāriqāti farqā.
“Malaikat-malaikat yang memisahkan antara yang hak dan yang batal.” (al-Mursalāt [77]: 4)

Allah bersumpah dengan malaikat yang mengembangkan syarī‘at di muka bumi untuk menjadi ukuran mana yang benar dan mana yang salah.

فَالْمُلْقِيَاتِ ذِكْرًا. عُذْرًا أَوْ نُذْرًا.

Fal mulqiyāti dzikrā. ‘Uzran au nudzrā.
“Dan malaikat-malaikat yang memberikan pelajaran. Untuk i‘dzar (menghilang keudzuran) atau peringatan.” (al-Mursalāt [77]: 5-6)

Allah bersumpah dengan para malaikat yang menurunkan wahyu kepada para rasul yang mengandung pelajaran dan peringatan bahwa para hamba akan disiksa jika mereka menyalahi perintah-Nya.

إِنَّمَا تُوْعَدُوْنَ لَوَاقِعٌ.

Innamā tū‘adūna lawāqi‘.
“Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu benar-benar terjadi.” (al-Mursalāt [77]: 7)

Allah bersumpah dengan benda-benda yang telah dijanjikan kepadamu atau dengan malaikat-malaikat, dengan tujuan menandaskan bahwa kiamat yang telah dijanjikan itu pasti terjadi. (44) Kemudian Allah menjelaskan kejadian-kejadian yang mendahului hari bangkit.

فَإِذَا النُّجُوْمُ طُمِسَتْ. وَ إِذَا السَّمَاءُ فُرِجَتْ. وَ إِذَا الْجِبَالُ نُسِفَتْ. وَ إِذَا الرُّسُلُ أُقِّتَتْ.

Fa idzan nujūmu thumisat. Wa idzas samā’u furijat. Wa idzal jibālu nusifat. Wa idzar rusulu uqqitat.
“Maka, apabila bintang-bintang telah pudar cahayanya. Dan apbila langit telah terbelah. Dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan. Dan apabila rasūl-rasūl telah tiba waktunya untuk berkumpul.” (al-Mursalāt [77]: 8-11)

Apabila Allah telah menetapkan satu waktu bagi para rasūl untuk menyelesaikan seluruh urusan mereka dan urusan umat mereka masing-masing.

لِأَيِّ يَوْمٍ أُجِّلَتْ.

Li’ayyi yaumin ujjilat.
“Niscaya dikatakan: “Untuk hari manakah urusan-urusan ditangguhkan?” (al-Mursalāt [77]: 12)

Ketika itu dikatakan: “Sampai hari apa seluruh urusan yang bersangkut dengan Rasūl ditunda, yaitu menyiksa orang-orang kafir dan mencurahkan nikmat kepada orang-orang mu’min dan tampak dengan nyata apa yang telah diterangkan Rasūl? Hari berkumpulnya seluruh rasūl untuk menerima penyelesaian urusan adalah hari yang teramat besar.”

لِيَوْمِ الْفَصْلِ. وَ مَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الْفَصْلِ.

Liyaumil fashl. Wa mā adrāka mā yaumul fashl.
“Untuk hari keputusan. Tahukah engkau, apa hari keputusan itu?” (al-Mursalāt [77]: 13-14)

Allah menangguhkan hari penyelesaian urusan dengan para rasūl hingga Dia menyelesaikan seluruh urusan makhlūq, dan setelah itulah hari berkumpulnya para rasūl.

Siapakah yang memberi tahu kamu, bagaimana huru-hara hari keputusan itu?

وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَ.

Wailuy yauma’idzil lil mukadzdzibīn.
“‘Adzāb dan kehinaan pada hari itu untuk orang-orang yang mendustakan hari keputusan.” (al-Mursalāt [77]: 15)

‘Adzāb dan kehinaan pada hari itu untuk orang-orang yang mendustakan para rasūl sebelummu. Kami siksa mereka di dunia dengan semua apa yang diterangkan oleh rasūl-Nya.

أَلَمْ نُهْلِكِ الْأَوَّلِيْنَ.

Alam nuhlikil awwalīn.
“Bukankah Kami telah membinasakan orang-orang purbakala?” (al-Mursalāt [77]: 16)

Apakah belum Kami binasakan umat-umat yang telah mendustakan para rasūl sebelummu? Kami siksa mereka di dunia dengan berbagai macam siksaan.

ثُمَّ نُتْبِعُهُمُ الْآخِرِيْنَ.

Tsumma nutbi‘uhum-ul-ākhirīn.
“Kemudian Kami ikutkan mereka dengan orang-orang yang lain.” (al-Mursalāt [77]: 17)

Apa yang telah Kami lakukan terhadap kaum Nūḥ, kaum ‘Ād dan Tsamūd, juga Kami lakukan terhadap orang-orang yang datang (hidup) sesudah mereka, seperti kaum Lūth dan kaum Mūsā. Mereka telah Kami binasakan akibat kedurhakaannya kepada Allah dan Rasūl-Nya.

كَذلِكَ نَفْعَلُ بِالْمُجْرِمِيْنَ.

Kadzālika naf‘alu bil mujrimīn.
“Begitulah Kami memperlakukan orang-orang yang berdosa.” (al-Mursalāt [77]: 18)

Demikianlah sunnah Kami terhadap semua orang yang berdosa. Sebagaimana telah Kami binasakan orang-orang yang terdahulu karena selalu berbuat dosa, begitu pulalah orang-orang (generasi) yang datang kemudian, Kami binasakan pula akibat perbuatan dosanya.

وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَ.

Wailuy yauma’idzil lil mukadzdzibīn.
“‘Adzāb dan kehinaan pada hari itu untuk orang yang mendustakan.” (55) (al-Mursalāt [77]: 19)

Walau di dunia mereka telah di‘adzāb dengan berbagai ‘adzāb, kelak di akhirat mereka tetap akan tertimpa ‘adzāb yang keras. Sampai sepuluh kali ayat ini diulang-ulang dalam surat al-Mursalāt ini. Mengapa? Karena surat ini mengandung sebutan nikmat dan ‘adzāb. Karena itu, setiap kali Allah menyebut nikmat atau mempertakutkan dengan suatu siksaan, tentu Dia kembali menjelaskan tentang kebinasaan dan kecelakaan (kerugian) akan menimpa orang-orang yang berdosa.

أَلَمْ نَخْلُقْكُّمْ مِّنْ مَّاءٍ مَّهِيْنٍ. فَجَعَلْنَاهُ فِي قَرَارٍ مَّكِيْنٍ. إِلَى قَدَرٍ مَّعْلُوْمٍ. فَقَدَرْنَا فَنِعْمَ الْقَادِرُوْنَ.

Alam nakhluqkum mim mā’im mahīn. Fa ja‘alnāhu fī qarārim makīn. Ilā qadarim ma‘lūm. Fa qadarnā, fa ni‘mal qādirūn.
“Bukankah mereka Kami ciptakan dari air yang hina? Dan Kami letakkan di tempat yang kukuh? Sampai waktu yang ditentukan. Maka Kami tentukan, dan Kamilah sebaik-baik Penentu.” (al-Mursalāt [77]: 20-23)

Apakah kamu tidak mau mengakui bahwa kamu telah dijadikan dari setetes mani yang anyir yang diletakkan di dalam rahim ibu (perempuan) sampai pada masa kelahirannya? Kami telah menentukan seperti itu, karena Kami jadikan manusia dalam bentuk dan keadaan yang paling baik. Apakah Tuhan yang menciptakan manusia seperti itu tidak berhak kamu syukuri dan kamu akui keesaan-Nya?

وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَ.

Wailuy yauma’idzil lil mukadzdzibīn.
“‘Adzāb dan kehinaan pada hari itu untuk orang yang mendustakan.” (5) (al-Mursalāt [77]: 24)

‘Adzāb dan kehinaan ditimpakan kepada semua orang yang mendustakan nikmat-nikmat Allah.

أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ كِفَاتًا. أَحْيَاءً وَ أَمْوَاتًا.

Alam naj‘alil ardha kifātā. Aḥyā’aw wa amwātā.
“Bukankah bumi itu Kami jadikan sebagai wadah? Yang mengumpulkan orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati.” (al-Mursalāt [77]: 25-26)

Bukankah bumi Kami jadikan sebagai tempat kamu berdiam? Dia mengumpulkan kamu sewaktu masih hidup di muka bumi, dan Dia kembali mengumpulkan kamu setelah kamu mati di dalam perut bumi.

وَ جَعَلْنَا فِيْهَا رَوَاسِيَ شَامِخَاتٍ وَ أَسْقَيْنَاكُمْ مَّاءً فُرَاتًا.

Wa ja‘alnā fīhā rawāsiya syāmikhātiw wa asqainākum mā’an furātā.
“Dan Kami jadikan letakkan di bumi ini gunung-gunung yang tinggi. dan Kami memberi kepadamu dengan air tawar.” (al-Mursalāt [77]: 27)

Kami jadikan di muka bumi ini gunung-gunung yang besar dan kukuh, sehingga bumi tidak oleng ke sana kemari.

Kami berikan air yang tawar untuk kamu minum, baik air itu turun dari awan yang tinggi maupun dari mana air yang terpancar ke bumi.

وَيْلٌ يوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَ.

Wailuy yauma’idzil lil mukadzdzibīn.
“‘Adzāb dan kehinaan pada hari itu untuk orang yang mendustakan.” (al-Mursalāt [77]: 28)

‘Adzāb yang ganas di akhirat ditimpakan kepada orang-orang yang mengingkari nikmat-Nya.

Dalam ayat-ayat ini, Allah bersumpah dengan beberapa golongan malaikat. Misalnya dengan malaikat pembawa wahyu, malaikat yang menyampaikan kebajikan kepada makhlūq, malaikat yang mengembangkan rahmat dalam pribadi yang hidup, malaikat yang memisahkan antara yang hak dan yang batal, dan malaikat yang menyampaikan ‘ilmu dan hikmat untuk menandaskan bahwa kiamat itu pasti terjadi.

Allah menjelaskan bahwa Dia telah membinasakan orang-orang kafir karena kekafirannya dari masa ke masa. Pada akhirnya Allah mengemukakan bahwa Dia telah menjadikan manusia dari air mani, yang kemudian ditempatkan dalam rahim ibu, lalu Allah menjadikannya menjadi manusia yang sempurna, agar dia mensyukuri nikmat-nikmat Allah.

Catatan:

  1. 1). Baca Bukhārī 65: 77 hadits: 927, Muslim 39 hadits. 137, Aḥmad VI No. 338, baca ayat 10: 98 hadits. 463, Muslim 4 hadits. 173.
  2. 2). Ayat 1-7, kaitkan dengan QS. al-Qamar [54], QS. Fushshilāt [41], QS. al-Ḥāqqah [69], QS. adz-Dzāriyāt [51], QS. al-Aḥqāf [46], QS. Shād [38], QS. Saba’ [34], QS. an-Naml [27], QS. al-Anbiyā’ [21], QS. ar-Rūm [30], QS. al-A‘rāf [7]: 57, QS. al-Ḥijr [15]: 23, QS. al-Isrā’ [17]: 69, 70, QS. Yūnus [10]: 22, 23, QS. asy-Syūrā [42]: 33, 35, QS. Ibrāhīm [14]: 18, 20, QS. al-Ḥajj [22]: 31, QS Āli ‘Imrān [3]: 117.
  3. 3). Baca QS. al-A‘rāf [7]: 57, QS. ar-Rūm [30]: 18.
  4. 4). Baca QS. adz-Dzāriyāt [51]: 6.
  5. 5). Baca QS. al-Muthaffifīn [83]: 11.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *