Surah al-Munafiqun 63 ~ Tafsir ash-Shabuni (1/2)

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

Rangkaian Pos: Surah al-Munafiqun 63 ~ Tafsir ash-Shabuni

063

SŪRAT-(AL-MUNĀFIQŪN)

Pokok-pokok Kandungan Surat.

Surat al-Munāfiqūn termasuk surat Madaniyyah dan sifatnya sebagaimana surat-surat Madaniyyah yang lain yang mementingkan sisi-sisi syarī‘at Islam dan hukum serta membicarakan Islam dari sisi ilmiah; tentang hukum dan undang-undang.

Inti surat al-Munāfiqūn adalah berbicara dengan singkat mengenai kemunāfiqan, sampai surat ini dinamai dengan nama yang mempermalukan ini dan yang membuka tabir kemunāfiqan.

Pertama kali, surat ini membicarakan sifat orang-orang munāfiq yang tercela. Yang paling jelas adalah sifat dusta dan lahir tidak sesuai dengan batin. Mereka mengucapkan dengan lisan mereka apa yang tidak diyakini oleh hati mereka dan mereka mengadakan rencana jahat dan buruk terhadap Nabi s.a.w. dan kaum Muslimīn. Surat ini mempermalukan mereka dan membuka kehinaan serta kejahatan mereka. Mereka berpura-pura menampakkan Islam, namun mereka menghalangi umat manusia dari agama Allah. Mereka berhasil mengganggu dakwah Islam dengan gangguan yang tidak diraih oleh orang kafir yang terang-terangan kafir. Itulah sebabnya bahaya mereka lebih besar dan kejahatan mereka lebih berat. “Sesungguhnya orang-orang munafiq itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (an-Nisā’: 144).

Surat ini juga berbicara mengenai ucapan buruk mereka mengenai Nabi s.a.w. dan keyakinan mereka, bahwa dakwah beliau akan musnah dan sirna. Kaum munāfiq bersumpah bahwa sekembali mereka dari perang Bani Mushthaliq, mereka akan mengusir Nabi s.a.w. dan kaum Muslimīn dari Madīnah al-Munawwarah dan ucapan-ucapan sadis lainnya.

Surat ini ditutup dengan memperingatkan kaum Muslimīn agar mereka tidak terpesona oleh gemerlapnya dunia dan permainannya. Yang pesona yang menjauhkan mereka dari ‘ibādah kepada Allah sebagaimana orang-orang munāfiq. Surat ini menjelaskan, bahwa hal itu adalah jalan kerugian dan bahwa mereka diperintah untuk infaq di jalan Allah demi meraih ridhā Allah sebelum habis waktunya karena datangnya ajal sehingga dia resah dan menyesal ketika penyesalan dan resah tidak berguna.

 

TAFSIR SURAT-(AL-MUNĀFIQŪN)

Sūrat al-Munāfiqūn, Ayat: 1-11

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُوْنَ قَالُوْا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُوْلُ اللهِ وَ اللهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُوْلُهُ وَ اللهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ لَكَاذِبُوْنَ. اتَّخَذُوْا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ. ذلِكَ بِأَنَّهُمْ آمَنُوْا ثُمَّ كَفَرُوْا فَطُبِعَ عَلَى قُلُوْبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُوْنَ. وَ إِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَ إِنْ يَقُوْلُوْا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ يَحْسَبُوْنَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللهُ أَنَّى يُؤْفَكُوْنَ. وَ إِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُوْلُ اللهِ لَوَّوْا رُؤُوْسَهُمْ وَ رَأَيْتَهُمْ يَصُدُّوْنَ وَ هُمْ مُّسْتَكْبِرُوْنَ. سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَسْتَغْفَرْتَ لَهُمْ أَمْ لَمْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ لَنْ يَغْفِرَ اللهُ لَهُمْ إِنَّ اللهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِيْنَ. هُمُ الَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ لَا تُنْفِقُوْا عَلَى مَنْ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ حَتَّى يَنْفَضُّوْا وَ للهِ خَزَائِنُ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ وَ لكِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ لَا يَفْقَهُوْنَ. يَقُوْلُوْنَ لَئِنْ رَّجَعْنَا إِلَى الْمَدِيْنَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْأَعَزُّ مِنْهَا الْأَذَلَّ وَ للهِ الْعِزَّةُ وَ لِرَسُوْلِهِ وَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ لكِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَ لَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَ مَنْ يَفْعَلْ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ. وَ أَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنَاكُمْ مِّنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْ لَا أَخَّرْتَنِيْ إِلَى أَجَلٍ قَرِيْبٍ فَأَصَّدَّقَ وَ أَكُنْ مِّنَ الصَّالِحِيْنَ. وَ لَنْ يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَ اللهُ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ.

63: 1. Apabila orang-orang munāfiq datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasūl Allāh.” Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasūl-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munāfiq itu benar-benar orang pendusta.
63: 2. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.
63: 3. Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti.
63: 4. Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata, kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?
63: 5. Dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasūlullāh memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri.
63: 6. Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka, Allah tidak akan mengampuni mereka; sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fāsiq.
63: 7. Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshār): “Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhājirīn) yang ada di sisi Rasūlullāh supaya mereka bubar (meninggalkan Rasūlullāh).” Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munāfiq itu tidak memahami.
63: 8. Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madīnah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah darinya.” Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasūl-Nya dan bagi orang-orang mu’min, tetapi orang-orang munāfiq itu tiada mengetahui.
63: 9. Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.
63: 10. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shāliḥ?”
63: 11. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Tinjauan Bahasa.

(جُنَّةً): pelindung dan perisai yang digunakan untuk menjaga diri. Dalam hadits disebutkan: (الصوم جنة): puasa itu perisai ya‘ni penjaga dari siksa Allah.

(طُبِعَ): hati mereka dicap kafir.

(يُؤْفَكُوْنَ): mereka dipalingkan dari kebenaran kepada kesesatan.

(لَوَّوْا): mereka menggoyangkan dan menggerakkan.

(يَنْفَضُّوْا): bubar dan bercerai-berai.

(تُلْهِكُمْ): mengganggu dan menyibukkan kalian.

Asbāb-un-Nuzūl

Diriwayatkan bahwa Nabi s.a.w. menyerang Bani Mushthaliq. Lalu, kaum Muslimīn berdesakan untuk mengambil air di sana. Termasuk orang yang berdesakan untuk mengambil air adalah Jahjah bin Sa‘īd, buruh ‘Umar bin Khaththāb, dan Sinān al-Juhanī, sekutu ‘Abdullāh bin Salūl, pimpinan kaum munāfiq. Jahjah menampar Sinān. Sinān marah dan berteriak: “Wahai kaum Anshār, bantulah aku!” Dan Jahjah berteriak: “Hai Muhājirīn, bantulah aku!” Maka ‘Abdullāh bin Salūl berkata: “Apakah mereka telah melakukannya? Demi Allah, kita dan mereka (ya‘ni Muhājirīn) hanyalah sebagaimana ungkapan orang dahulu: “Gemukkanlah anjingmu, maka ia akan memakanmu.” Ingat demi Allah, jika kita kembali ke Madīnah, maka yang kuat mengeluarkan yang lemah dari Madīnah”. Yang dia maksud orang kuat adalah dia sendiri dan yang dia maksud orang lemah adalah Nabi s.a.w. dan kaum Muslimīn. Kemudian pimpinan munāfiq itu berkata kepada kaumnya: “Orang-orang Muhājirīn hanya tinggal di Madīinah karena kalian membantu mereka dan kalian memberi mereka makan. Jika kalian menghentikannya, maka mereka berlari meninggalkan daerah kalian.” Zaid bin Arqam mendengar ucapan itu, lalu memberitahukannya kepada Nabi s.a.w. ‘Abdullāh bin Salūl mendengar hal tersebut. Lalu, dia bersumpah bahwa dia tidak mengucapkan apapun dan mendustakan Zaid. Maka turunlah surat ini sampai ayat: “Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madīnah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah darinya.”” (5761).

Tafsir Ayat

Apabila orang-orang munāfiq datang kepadamu”; hai Muḥammad, jika orang-orang munāfiq mendatangimu dan menghadiri majlismu, misalnya; ‘Abdullāh bin Salūl dan kawan-kawan. “mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasūl Allāh.””; karena nifāq dan riyā’, mereka berkata dengan lisan mereka: “Kami bersaksi bawa kamu hai Muḥammad adalah utusan Allah.” Mereka mengucapkan dengan lidah mereka apa yang tidak ada di dalam hati mereka. Abū Su‘ūd berkata: “Mereka menguatkan ucapan mereka dengan inna dan lām (sama-sama berma‘na sungguh) untuk menunjukkan bahwa kesaksian itu keluar secara tulus dari lubuk hati mereka yang dalam.” (5772) “Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasūl-Nya”; Allah Maha Tahu bahwa kamu hai Muḥammad adalah utusan-Nya yang sesungguhnya, sebab Dia-lah yang mengutus kamu. Kalimat ini adalah kalimat mu‘taridhah (terpisah) dan dihadirkan untuk menolak kesan pendustaan mereka terhadap risālah Nabi s.a.w. Agar pendengar tidak salah bahwa ucapan mereka “sesungguhnya kamu benar-benar Rasūl Allāh” adalah hal yang dusta karena keluar dari kaum munāfiq. Dalam at-Tasḥīlu li ‘Ulūm-it-Tanzīl disebutkan: “Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasūl Allāh” kalimat ini tidak termasuk ucapan orang munāfiq, sebaliknya termasuk firman Allah. Seandainya Allah tidak berfirman demikian, maka akan memberi kesan bahwa ayat selanjutnya “dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munāfiq itu benar-benar orang pendusta”; adalah membatalkan risālah Muḥammad, (5783) Kemudian Allah berfirman: “dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munāfiq itu benar-benar orang pendusta”; Allah bersaksi akan kedustaan orang munāfiq dalam apa yang mereka tampakkan, yaitu kesaksian dan sumpah dengan lisan mereka. Sebab orang yang mengucapkan sesuatu dengan lidahnya dan meyakini hal laingnya, dia dusta.

Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai”; orang munāfiq menjadikan sumpah palsu mereka sebagai pelindung dari hukuman mati. Adh-Dhaḥḥāk berkata: “Sumpah itu adalah sumpah mereka, bahwa mereka Muslim.” “lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah”; mereka kemudian menghalangi umat manusia untuk berjihad dan beriman kepada Nabi s.a.w. Ath-Thabarī berkata: “Ya‘ni mereka berpaling dari agama Allah yang dibawa oleh Muḥammad dan syarī‘at-Nya yang disyarī‘atkan Allah untuk makhlūq-Nya.” (5794) Ibnu Katsīr berkata: “Orang munāfiq melindungi diri dari umat manusia dengan sumpah palsu, sehingga orang yang tidak tahu akan tertipu. Banyak orang berkeyakinan bahwa orang munāfiq itu Muslim, padahal hakekatnya mereka tidak peduli Islam sama sekali. Hal itu merugikan banyak orang.” (5805). “Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan”; perbuatan mereka buruk dan jelek, sebab mereka menampakkan diri sebagai mu’min, padahal mereka munāfiq dan mengeluarkan sumpah palsu. Ash-Shāwī berkata: “Kata (سَاءَ) “buruk” menunjukkan buruknya suatu hal di samping mengandung ma‘na heran (5816) dan menunjukkan besarnya perkara mereka di mata para manusia.

Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi)”; sumpah palsu dan menghalangi orang lain dari jalan Allah, adalah disebabkan orang munāfiq itu beriman dengan di lisan namun kufur di dalam hati. Abū Su‘ūd berkata: “Ma‘na ayat, mereka mengucapkan kalimat syahadat di hadapan kaum Muslimīn. Lalu, mereka mengucapkan kalimat kekafiran di hadapan pimpinan mereka yang jahat. Kata (ذلِكَ) yang berarti isyārat jauh, menunjukkan tingginya kejahatan mereka.” (5827) “lalu hati mereka dikunci mati”; hati mereka ditutup dan dikunci, sehingga hidāyah dan cahaya tidak sampai kepadanya. “karena itu mereka tidak dapat mengerti”; maka mereka tidak tahu kebaikan dan iman dan mereka tidak mampu membedakan antara kebaikan dan keburukan, karena Allah mengunci mati hati mereka.

Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum”; apabila kamu melihat orang munāfiq itu, maka sifat dan penampakan mereka mengagumkan kamu, sebab badan mereka bagus dan gemuk. “Dan jika mereka berkata, kamu mendengarkan perkataan mereka”; jika mereka berbicara, maka kamu memperhatikan ucapan mereka karena ucapan mereka indah dan lidah mereka fasih. Ibnu ‘Abbās berkata: “Putra Salūl, pimpinan munāfiq, badannya besar dan lisannya (bahasa) fasih. Jika dia berbicara, maka Nabi s.a.w. mendengarkan ucapannya. Demikian juga teman-temannya, jika mereka menghadiri majlis Nabi s.a.w., maka mereka menjadi perhatian.” (5838) “Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar”; mereka bagaikan kayu yang disandarkan ke tembok, yaitu wadah tanpa ‘ilmu dan tanpa berpikir. Mereka adalah badan tanpa nyawa dan jasad tanpa akal. Abū Ḥayyān berkata: “Mereka diserupakan dengan kayu karena pemahaman mereka dangkal dan hati mereka kosong dari keimanan. Ayat ini adalah penyerupaan yang menyifati mereka dengan penakut. (5849) Itulah sebabnya Allah berfirman: “Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka”; karena takut, mereka mengira setiap teriakan dan setiap suara diarahkan kepada mereka. Karena itu, mereka selalu dalam ketakutan bahwa Allah membuka rahasia mereka dan menampakkan jati diri mereka. Ibnu Katsīr berkata: “Setiap kali terjadi perkara atau takut, maka mereka meyakini bahwa hal itu terjadi pada mereka karena mereka penakut.” (58510) Muqātil berkata: “Jika mereka mendengar pengumuman mencari benda hilang atau teriakan bagaimanapun bentuknya, maka akal pikiran mereka membayangkan hal itu terjadi pada mereka.” (58611) “Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka”; orang munāfiq itulah musuh yang benar-benar memusuhi kamu dan kaum Muslimīn, meskipun mereka menampakkan Islam. Maka hati-hatilah kamu kepada mereka dan jangan merasa aman terhadap mereka, sebab mereka menjadi mata-mata bagi musuhmu. “semoga Allah membinasakan mereka”; semoga Allah menghinakan dan melaknat mereka serta menjauhkan mereka dari rahmat-Nya. “Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan”; bagaimana mereka dipalingkan dari petunjuk kepada kesesatan dan bagaimana akal mereka sesat, padahal bukti sudah jelas? Ayat ini memerintahkan untuk heran akan kebodohan dan kesesatan mereka. Imām Aḥmad meriwayatkan dari Abū Hurairah r.a. bahwa Nabi s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya bagi orang-orang munafiq ada beberapa tanda yang mereka dikenal dengannya: penghormatan mereka adalah laknat, makanan mereka adalah merampas, jarahan mereka adalah menipu, pencari kayu di malam hari, mereka tidak mendekati masjid-masjid kecuali dengan perkataan keji, tidak mendatangi shalat kecuali di belakang, sombong, tidak suka dan tidak disukai, pencari kayu di malam hari dan hiruk-pikuk di waktu siang.” (58712).

Catatan:

  1. 576). At-Tashīlu li ‘Ulūm-it-Tanzīl, 4/122.
  2. 577). Tafsīru Abī Su‘ūd, 5/164.
  3. 578). At-Tashīlu li ‘Ulūm-it-Tanzīl, 4/212.
  4. 579). Tafsir-uth-Thabarī, 28/69.
  5. 580). Mukhtasharu Ibni Katsīr, 3/503.
  6. 581). Ḥāsyiyat-ush-Shāwī, 4/208.
  7. 582). Tafsīru Abī Su‘ūd, 5/165.
  8. 583). Ḥāsyiyat-ush-Shāwī, 4/208.
  9. 584). Al-Baḥr-ul-Muḥīth, 8/272.
  10. 585). Mukhtasharu Ibni Katsīr, 3/504.
  11. 586). Tafsīr-ul-Alūsī, 28/111.
  12. 587). Diriwayatkan Imām Aḥmad. Lihat Ibnu Katsīr, 3/504.