Surah al-Munafiqun 63 ~ Tafsir al-Jalalain

Dari Buku:
Tafsir Jalalain.
(Jilid 4. Dari Sūrat-uz-Zumar sampai Sūrat-un-Nās)
Oleh: Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

Rangkaian Pos: Surah al-Munafiqun 63 ~ Tafsir al-Jalalain

063

SŪRAT-(AL-MUNĀFIQŪN)

Madaniyyah, 11 ayat
Turun sesudah Sūrat-ul-Hajj

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُوْنَ قَالُوْا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُوْلُ اللهِ وَ اللهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُوْلُهُ وَ اللهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ لَكَاذِبُوْنَ.

  1. (إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُوْنَ قَالُوْا) “Apabila orang-orang munāfiq datang kepadamu, mereka berkata” dengan mulut mereka mengenai hal-hal yang bertentangan dengan apa yang ada dalam hati mereka (نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُوْلُ اللهِ وَ اللهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُوْلُهُ وَ اللهُ يَشْهَدُ) “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasūl Allah. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasūl-Nya; dan Allah menyaksikan” ya‘ni mengetahui (إِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ لَكَاذِبُوْنَ.) “bahwa sesungguhnya orang-orang munāfiq itu benar-benar pendusta” ya‘ni isi hati mereka berbeda dengan apa yang mereka katakan.

اتَّخَذُوْا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ.

  1. (اتَّخَذُوْا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً) “Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai” maksudnya untuk melindungi harta benda mereka dan jiwa mereka (فَصَدُّوْا) “lalu mereka menghalangi” melalui sumpah itu (عَنْ سَبِيْلِ اللهِ) “jalan Allah” artinya mereka menghalangi manusia untuk berjihad melawan mereka. (إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ.) “Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan”.

ذلِكَ بِأَنَّهُمْ آمَنُوْا ثُمَّ كَفَرُوْا فَطُبِعَ عَلَى قُلُوْبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُوْنَ.

  1. (ذلِكَ) “Yang demikian itu” ya‘ni pekerjaan mereka yang buruk itu (بِأَنَّهُمْ آمَنُوْا) “adalah karena sesungguhnya mereka telah beriman” mulutnya (ثُمَّ كَفَرُوْا) “kemudian menjadi kafir” hatinya. Artinya, mereka masih tetap dalam kekafirannya, (فَطُبِعَ) “lalu dikunci matilah” dikuncilah (عَلَى قُلُوْبِهِمْ) “hati mereka” dengan kekafiran (فَهُمْ لَا يَفْقَهُوْنَ.) “karena itu mereka tidak dapat mengerti” tentang iman yang sesungguhnya.

وَ إِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَ إِنْ يَقُوْلُوْا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ يَحْسَبُوْنَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللهُ أَنَّى يُؤْفَكُوْنَ.

  1. (وَ إِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ) “Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum” karena keindahan dan kebagusannya. (وَ إِنْ يَقُوْلُوْا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ) “Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka” karena kefasihan tutur katanya. (كَأَنَّهُمْ) “Mereka adalah seakan-akan” karena tubuhnya yang besar akan tetapi pikirannya kosong tidak dapat memahami (خُشُبٌ) “kayu” dapat dibaca khusyubun dan khusybun (مُّسَنَّدَةٌ) “yang tersandar” artinya bagaikan kayu yang tersandar ke tembok. (يَحْسَبُوْنَ كُلَّ صَيْحَةٍ) “Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan keras” teriakan sebagaimana seruan di dalam kemiliteran, atau bagaikan seruan orang yang mencari barang yang hilang (عَلَيْهِمْ) “ditujukan kepada mereka” demikian itu karena hati mereka sudah memendam rasa kecut dan takut terhadap hal-hal yang akan menimpa mereka yang memperbolehkan darah mereka dialirkan. (هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ) “Mereka itulah musuh yang sebenarnya, maka waspadalah terhadap mereka” karena sesungguhnya mereka pasti membeberkan rahasia kamu kepada orang-orang kafir (قَاتَلَهُمُ اللهُ) “semoga Allah membinasakan mereka” menghancurkan mereka. (أَنَّى يُؤْفَكُوْنَ.) “Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan?” dari iman, padahal bukti-buktinya sudah cukup jelas.

وَ إِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُوْلُ اللهِ لَوَّوْا رُؤُوْسَهُمْ وَ رَأَيْتَهُمْ يَصُدُّوْنَ وَ هُمْ مُّسْتَكْبِرُوْنَ.

  1. (وَ إِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا) “Dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah” seraya memberi maaf (يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُوْلُ اللهِ) “supaya Rasūlullāh memberikan ampunan bagi kalian, mereka membuang” lafal lawwau dapat dibaca dengan memakai tasydīd, dapat pula dibaca tanpa memakainya sehingga menjadi lawau, artinya memalingkan (رُؤُوْسَهُمْ وَ رَأَيْتَهُمْ يَصُدُّوْنَ) “muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling” dari hal tersebut (وَ هُمْ مُّسْتَكْبِرُوْنَ.) “sedangkan mereka menyombongkan diri”.

سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَسْتَغْفَرْتَ لَهُمْ أَمْ لَمْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ لَنْ يَغْفِرَ اللهُ لَهُمْ إِنَّ اللهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِيْنَ.

  1. (سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَسْتَغْفَرْتَ لَهُمْ) “Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan bagi mereka” dalam ungkapan kalimat astaghfarta, keberadaan hamzah istifhām cukup diwakili oleh hamzah washal (أَمْ لَمْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ لَنْ يَغْفِرَ اللهُ لَهُمْ إِنَّ اللهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِيْنَ.) “atau kamu tidak memintakan ampunan bagi mereka, Allah tidak akan memberikan ampunan kepada mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fāsiq”.

هُمُ الَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ لَا تُنْفِقُوْا عَلَى مَنْ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ حَتَّى يَنْفَضُّوْا وَ للهِ خَزَائِنُ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ وَ لكِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ لَا يَفْقَهُوْنَ.

  1. (هُمُ الَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ) “Mereka orang-orang yang mengatakan” kepada teman-teman mereka dari kalangan kaum Anshār: (لَا تُنْفِقُوْا عَلَى مَنْ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ) “Janganlah kalian memberikan perbelanjaan kepada orang-orang yang ada di sisi Rasūlullāh” ya‘ni orang-orang Muhājirīn (حَتَّى يَنْفَضُّوْا) “supaya mereka bubar” bercerai-berai dari sisinya. (وَ للهِ خَزَائِنُ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ) “Padahal kepunyaan Allahlah perbendaharaan langit dan bumi” ya‘ni pemberian rezeki-Nya, Dia Maha Pemberi rezeki kepada orang-orang Muhājirīn dan lain-lainnya (وَ لكِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ لَا يَفْقَهُوْنَ.) “tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami”.

يَقُوْلُوْنَ لَئِنْ رَّجَعْنَا إِلَى الْمَدِيْنَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْأَعَزُّ مِنْهَا الْأَذَلَّ وَ للهِ الْعِزَّةُ وَ لِرَسُوْلِهِ وَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ لكِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ.

  1. (يَقُوْلُوْنَ لَئِنْ رَّجَعْنَا) “Mereka berkata: Sesungguhnya jika kita telah kembali” ya‘ni kembali dari peperangan Bani Mushthaliq (إِلَى الْمَدِيْنَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْأَعَزُّ) “ke Madīnah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir” yang dimaksud orang-orang kuat adalah diri mereka sendiri (مِنْهَا الْأَذَلَّ) “orang-orang yang lemah daripadanya” yang dimaksud oleh mereka adalah orang-orang mu’min. (وَ للهِ الْعِزَّةُ) “Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah” ya‘ni kemenangan itu milik Allah (وَ لِرَسُوْلِهِ وَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ لكِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ.) “bagi Rasūl-Nya dan bagi orang-orang mu’min, tetapi orang-orang munāfiq itu tidak mengetahui” hal tersebut.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَ لَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَ مَنْ يَفْعَلْ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ.

  1. (يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ) “Hai orang-orang yang beriman, janganlah melalaikan kalian” ya‘ni melupakan kalian (أَمْوَالُكُمْ وَ لَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ) “harta-harta kalian dan anak-anak kalian dari mengingat Allah” dari melakukan salat lima waktu. (وَ مَنْ يَفْعَلْ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ.) “Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi”.

وَ أَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنَاكُمْ مِّنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْ لَا أَخَّرْتَنِيْ إِلَى أَجَلٍ قَرِيْبٍ فَأَصَّدَّقَ وَ أَكُنْ مِّنَ الصَّالِحِيْنَ.

  1. (وَ أَنْفِقُوْا) “Dan belanjakanlah” dalam berzakat (مِنْ مَّا رَزَقْنَاكُمْ مِّنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْ لَا) “sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kalian; lalu ia berkata: Ya Rabbku! Mengapa tidak” lafal lau lā di sini berma‘na hal lā, ya‘ni kenapa tidak. Atau huruf dianggap sebagai huruf zā’idah dan huruf lau berma‘na tamannī, ya‘ni seandainya (أَخَّرْتَنِيْ إِلَى أَجَلٍ قَرِيْبٍ فَأَصَّدَّقَ) “Engkau menangguhkan aku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah” bentuk asli lafal ashshaddaqa adalah atashaddaqa, kemudian huruf tā’ di-idghām-kan ke dalam huruf shād sehingga jadilah ashshaddaqa, ya‘ni supaya aku dapat membayar zakatku (وَ أَكُنْ مِّنَ الصَّالِحِيْنَ.) “dan aku termasuk orang-orang yang shāliḥ?” seumpamanya aku akan menunaikan ‘ibādah haji. Ibnu ‘Abbās r.a. telah memberikan penafsirannya, bahwa tiada seseorang pun yang melalaikan untuk membayar zakat dan melakukan ‘ibādah haji, melainkan ia meminta supaya kematiannya ditangguhkan di saat ia menjelang ajalnya.

وَ لَنْ يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَ اللهُ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ.

  1. (وَ لَنْ يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَ اللهُ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ.) “Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan, kematian, seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kalian kerjakan” lafal ta‘malūna dapat pula dibaca ya‘malūna, sehingga artinya menjadi, yang mereka kerjakan.