Surah al-Mulk 67 ~ Tafsir ash-Shabuni (3/3)

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

Rangkaian Pos: Surah al-Mulk 67 ~ Tafsir ash-Shabuni

Kemudian Allah membuat sebuah gambaran perumpamaan orang mu’min dan kafir, “Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapat petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?”; apakah orang yang berjalan dengan kepala terbalik sehingga tidak melihat jalan dan membabi-buta seperti halnya orang buta yang terpeleset setiap saat sehingga terjatuh pada mukanya, apakah dia lebih mendapat petunjuk daripada orang yang berjalan dengan tegap normal, yang melihat jalan dan tidak terpeleset dalam melangkah karena dia berjalan di atas jalan yang jelas? ‘Ulamā’ tafsir berkata: “Gambaran permisalan ini dibuat Allah untuk orang mu’min dan kafir. Orang kafir bagaikan orang buta yang berjalan tanpa petunjuk dan penglihatan, dia tidak memperoleh petunjuk dan dia selalu terjerembab pada mukanya. Sedangkan mu’min bagaikan orang sempurna yang normal penglihatannya. Dia berjalan di atas jalan yang lurus, sehingga jauh dari sikap membabi-buta dan tidak terpeleset. Ini gambaran keduanya di dunia. Demikian juga keadaan keduanya di akhirat. Mu’min dibangkitkan dengan berjalan di atas jalan yang lurus, sedangkan kafir dibangkitkan dengan berjalan di mukanya menuju neraka. Qatādah berkata: “Orang kafir selalu melakukan dosa, sehingga Allah membangkitkannya pada hari kiamat di atas wajahnya tertelungkup ke bawah. Sedangkan mu’min memeluk agama yang jelas, sehingga Allah membangkitkannya pada jalan yang lurus dan benar pada hari kiamat.” (6881) Ibnu ‘Abbās berkata: “Ini adalah gambaran bagi orang yang berjalan di atas jalan kesesatan dan orang yang berjalan di atas jalan hidāyah.” (6892).

Kemudian Allah mengingatkan mereka akan ni‘mat-ni‘matNya yang agung agar mengetahui keburukan kekafiran dan kesyirikan yang mereka lakukan. Allah berfirman: “Katakanlah: “Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati.””; katakanlah, hai Muḥammad kepada mereka: “Allah-lah yang menciptakan kalian dari ketiadaan dan memberikan ni‘mat-ni‘mat ini kepada kalian dari ni‘mat mata, telinga dan akal pikiran. Secara khusus ketiga anggota badan ini disebutkan, sebab ketiganya merupakan indra dan alat untuk mengetahui dan memahami. “(Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur”; sedikit sekali kalian bersyukur (6903) kepada Tuhan kalian atas ni‘mat-ni‘matNya yang tidak terhingga. Ath-Thabarī berkata: “Ya‘ni sedikit sekali kalian mensyukuri Tuhan kalian atas ni‘mat-ni‘mat yang diberikan kepada kalian. “Katakanlah: “Dia-lah Yang menjadikan kamu berkembang-biak di muka bumi”; Allah menciptakan kalian dengan jumlah yang banyak di muka bumi “dan hanya kepada-Nya-lah kamu kelak dikumpulkan.””; hanya kepada Allah kalian kembali untuk dihisab dan diberi balasan.

Dan mereka berkata: “Kapankah datangnya ancaman itu jika kamu adalah orang-orang yang benar?””; kapankah terjadinya kebangkitan dan pembalasan yang kalian ancamkan kepada kami jika kalian benar dalam ucapan kalian kepada kami semua? Ini tindakan orang kafir benar dalam menertawakan mereka: “Katakanlah: “Sesungguhnya ‘ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya pada sisi Allah”; hai Muhammad katakanlah kepada mereka: “‘Ilmu tentang terjadinya kiamat dan waktu siksa itu ada pada Allah. Tidak seorang pun selain Dia yang tahu.” “Dan sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan.””; kami ini hanyalah rasul yang memberi peringatan kepada kalian akan siksa Allah agar kalian menunaikan perintah-Nya.

Kemudian Allah menjelaskan keadaan orang kafir pada hari kiamat yang berat itu. “Ketika mereka melihat ‘adzāb (pada hari kiamat) sudah dekat”; ketika mereka melihat siksa dekat dan menyaksikan prahara hari kiamat “muka orang-orang kafir itu menjadi muram”; tanda-tanda kesedihan, duka dan kehinaan tampak pada muka mereka. Dalam al-Baḥr-ul-Muḥīth disebutkan, melihat siksa bagi orang kafir membuah wajah mereka semakin muram seperti orang yang dihadapkan pada hukuman mati. (6914) “Dan dikatakan (kepada mereka) inilah (‘adzāb) yang dahulunya kamu selalu meminta-mintanya”; para malaikat berkata kepada mereka untuk mencerca dan mencibir: “Inilah yang kalian minta di dunia dan kalian ingin disegerakan ‘adzāb itu demi menertawakan dan mendustakannya.”

Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersama dengan aku atau memberi rahmat kepada kami”; hai Muḥammad, katakanlah kepada orang-orang kafir yang menginginkan kebinasaanmu itu: “Beritahu kami, jika Allah mematikan kami dan kaum Muslimīn besertaku atau Allah mengakhirkan siksa dari kami semua”, “(maka kami akan masuk surga), tetapi siapakah yang dapat melindungi orang-orang yang kafir dari siksa yang pedih?””; siapakah yang menjaga kalian dari siksa Allah yang pedih? Kata “orang-orang yang kafir” ditempatkan pada kata kalian untuk mendokumentasikan lebih kuat kekafiran mereka yang sangat buruk. ‘Ulamā’ tafsir berkata: “Orang-orang kafir berharap Muḥammad dan kaum Muslimīn mati. Karena itu, Allah menyuruh beliau untuk berkata kepada mereka: Jika Allah menghancurkan kami dan kaum Muslimīn dengan kematian, apa manfaatnya bagi kalian dan siapa yang menyelamatkan kalian dari siksa Allah jika menimpa kalian? Apakah kalian mengira, bahwa berhala akan menyelamatkan kalian dari siksa?” (6925).

Katakanlah: “Dia-lah Allah Yang Maha Penyayang, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah kami bertawakkal” Katakanlah kepada mereka: Kami semua beriman kepada Allah Yang Maha Esa dan kepada-Nya kami semua bergantung dalam semua urusan, bukan kepada harta benda dan manusia. “Kelak kamu akan mengetahui siapakah dia yang berada dalam kesesatan yang nyata.””; sebentar lagi kalian akan tahu, siapakah yang berada dalam kesesatan, kami ataukah kalian? Kalimat ini mengandung ancaman bagi orang kafir. “Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering”; hai Muhammad katakanlah kepada mereka: Beritahulah kami, jika air menjadi kering dan lenyap ke dalam bumi, sehingga kalian tidak mampu mengeluarkannya, “maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?””; siapakah yang mengeluarkan air itu untuk kalian setelah ia tampak dan mengalir di atas bumi? Apakah sesuatu selain Allah yang akan mendatangkannya kepada kalian? Lantas kenapa kalian mempersekutukan berhala dengan Sang Pencipta?

Aspek Balāghah

Surat ini mengandung sejumlah keindahan bahasa sebagai berikut ini:

Pertama; thibāq (menyandingkan sebagai perbandingan) antara (الْمَوْتَ) dan (الْحَيَاةَ), antara (أَسِرُّوْا) dan (اجْهَرُوْا), antara (صَافَّاتٍ) dan (يَقْبِضْنَ).

Kedua, meletakkan maushūl (kata sambung) untuk mengagungkan dan memuliakan:

الَّذِيْ بِيَدِهِ الْمُلْكُ

Ya‘ni: bagi-Nya kerajaan dan kekuasaan serta hak bertindak di alam ini.

Ketiga, ithnāb (merinci lebih jauh) dengan mengulang-ulangi jumlah sebanyak dua kali agar lebih mengingatkan:

فَارْجِعِ الْبَصَرَ …….. ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ

Demikian juga firman Allah:

مَا كُنَّا فِيْ أَصْحَابِ السَّعِيْرِ …….. فَسُحْقًا لِأَصْحَابِ السَّعِيْرِ.

Keempat, istifhām ingkari (pertanyaan penolakan) untuk mencerca dan mencaci-maki:

أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيْرٌ.

Kelima, perbandingan antara:

وَ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ

Dan

إِنَّ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ

Ini termasuk keindahan bahasa.

Keenam, isti‘ārah makniyyah (penyerupaan yang sangat halus).

تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ

Allah menyerupakan kedahsyatan mendidihnya neraka Jahannam dan nyala apinya dengan seseorang yang sangat marah kepada musuh Allah. Jahannam hampir terputus-putus karena sangat emosi. Yang diserupakan dibuang dan diisyaratkan dengan sebagian sifatnya, yaitu marah yang hebat.

Ketujuh, isti‘ārah tamtsiliyyah (penyerupaan dengan pemisalan):

أَفَمَنْ يَمْشِيْ مُكِبًّا عَلَى وَجْهِهِ أَهْدَى أَمَّنْ يَمْشِيْ سَوِيًّا عَلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ.

Ini mengumpamakan mu’min dan kafir. Mu’min diumpamakan dengan orang berjalan tegak di atas jalan yang lurus, sementara kafir diumpamakan dengan orang yang berjalan dengan tengkurap pada wajahnya menuju neraka. Isti‘ārah ini sangat menakjubkan.

Kedelapan, sajak yang tersusun rapi untuk kesesuaian akhir-akhir ayat, misalnya:

فَسَتَعْلَمُوْنَ كَيْفَ نَذِيْرِ.فَكَيْفَ كَانَ نَكِيْرِ. إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ بَصِيْرٌ.

Dan

إِنِ الْكَافِرُوْنَ إِلَّا فِيْ غُرُوْرٍ. بَلْ لَّجُّوْا فِيْ عُتُوٍّ وَ نُفُوْرٍ.

Catatan:

  1. 688). Ibnu Katsīr berkata: “Ini gambaran yang dibuat Allah untuk kafir dan mu’min. Kesesatan kafir bagaikan orang yang berjalan dengan wajah terjungkal, sehingga tidak tahu mana yang akan dia lalui. Maka dia bingung dan sesat. Mu’min berjalan dengan tegak di atas jalan yang jelas. Mana dari keduanya yang lebih memperoleh petunjuk? Ini atau itu? Mukhtashar Ibni Katsīr, 3/30.
  2. 689). Ibnu ‘Athiyyah berkata: “Yang dimaksudkan adalah tidak adanya syukur, sebagaimana dikatakan orang ‘Arab: Tanah ini sedikit kali menumbuhkan anu. Padahal tanah tersebut tidak menumbuhkannya sama sekali. Mengutip dari Al-Baḥr-ul-Muḥīth, 8/303.
  3. 690). Tafsīr-uth-Thabarī, 29/7.
  4. 691). Al-Baḥr-ul-Muḥīth, 8/307.
  5. 692). Tafsīr-ul-Kabīr, 30/76.