Kemudian Allah menjelaskan langit yang dihiasi bintang-gemintang yang bersinar terang. “Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang” “lam” di sini huruf untuk sumpah dan “qad” untuk menegaskan sesuatu sesuai dengan kenyataan. Maksudnya; demi Allah, hai umat manusia, Kami sungguh telah menghiasi langit pertama yang terdekat dengan kalian di bumi dengan bintang-bintang yang terang. Langit tersebut adalah langit pertama yang paling dekat dengan bumi. ‘Ulamā’ tafsir berkata: “Bintang disebut lampu, sebab bersinar di malam hari bagaikan lampu.” “dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaithān”; Kami jadikan faedah lain bintang itu, yaitu menjadi alat untuk melempar syaithān-syaithān yang mencuri dengar wahyu Allah. Qatādah berkata: “Allah menciptakan bintang-bintang untuk tiga hal; hiasan bagi langit, alat untuk melempar syaithān dan petunjuk arah di darat dan di laut.” (6741). Al-Khāzin berkata: “Jika ada pertanyaan, bagaimana bintang itu menjadi hiasan langit sekaligus untuk melempar syaithān? Padahal jika hiasan berarti konstan dan tetap sementara alat pelempar berarti sirna. Jawabnya; yang dimaksudkan bukan syaithān dilempar dengan bintang, namun mungkin saja ada bintang api yang keluar dari bintang yang dilemparkan kepada syaithān.” (6752). “dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala”. Di akhirat, Kami siapkan (di samping mereka dibakar dengan bintang api di dunia) siksa yang menyala, yaitu api neraka untuk syaithān-syaithān itu.
“Dan orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, memperoleh ‘adzāb Jahannam”; orang-orang yang kafir kepada Tuhannya juga memperoleh siksa Jahannam. Siksa itu tidak khusus untuk syaithān saja, namun juga untuk setiap kafir, baik dari bangsa manusia maupun jinn. “Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”; neraka adalah tempat kembali paling buruk bagi orang kafir. Kemudian Allah menyifati Jahannam dan isinya berupa ketakutan, siksa dan belenggu-belenggu. “Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya”; jika mereka dilemparkan dan dijebloskan ke Jahannam sebagaimana kayu bakar dilemparkan ke dalam api yang besar, “mereka mendengar suara neraka yang mengerikan”; mereka mendengar suara menakutkan dari Jahannam bagaikan suara keledai karena sangat menyala dan mendidih. (6763) Ibnu ‘Abbās berkata: “Suara itu keluar dari Jahannam ketika orang kafir dilemparkan ke dalamnya. Ia bersuara seakan lapar ingin melahap mereka sebagaimana suara keledai yang lapar hendak menyantap gandum. Sekali Jahannam bernafas seperti itu, tak seorang pun yang tidak ketakutan.” (6774) “sedang neraka itu menggelegak”; ketika Jahannam mendidihkan mereka sebagaimana periuk mendidih, karena sangat marah dan menyala-nyala. Mujāhid berkata: “Jahannam mendidihkan mereka sebagaimana biji yang sedikit dimasak mendidih dalam air yang banyak.” “Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah”; Jahannam hampir terpotong-potong dan sebagian lepas sari sebahagian yang lain karena sangat marah kepada musuh-musuh Allah. “Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir)”; setiap kali sekelompok dari orang-orang kafir dijebloskan ke dalam Jahannam “penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: ”; para malaikat penjaga Jahannam, Zabāniyyah, bertanya kepada mereka untuk mencibir dan mempermalukan, ““Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?””; apakah belum ada rasūl yang memperingatkan kalian akan hari yang menakutkan ini? ‘Ulamā’ tafsir berkata: “Pertanyaan ini untuk menambah penderitaan orang kafir agar keresahan dan siksaan mereka bertambah. “Mereka menjawab: “Benar ada, sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya)”; mereka menjawab: ya, seorang rasul pemberi peringatan telah datang kepada kami dan membacakan ayat-ayat Allah. Namun kami mendustakannya dan mengingkari risalahnya. “dan kami katakan: “Allah tidak menurunkan sesuatupun””; dan karena sangat mendustakan dan ingkar, kami berkata: “Allah sama sekali tidak menurunkan wahyu kepada seseorang.” Ar-Rāzī berkata: “Ini pengakuan mereka terhadap keadilan Allah, bahwa Dia menyingkirkan alasan-alasan mereka dengan mengutus rasūl-rasūl. Namun mereka malah mendustakan para rasūl dan mengatakan bahwa Allah tidak menurunkan apapun juga.” (6785) “kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar”; ini termasuk ucapan orang kafir kepada para rasūl. Mereka justru menuduh para rasūl jauh dari kebenaran dan berada dalam kesesatan yang dalam.
“Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu)”; orang kafir berkata: “Seandainya kami mempunyai akal pikiran yang berguna atau kami mendengarkan nasihat untuk mencari kebenaran dan petunjuk, “niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.””; tentu kami tidak berhak abadi di dalam Jahannam. “Mereka mengakui dosa mereka”; mereka mengakui kejahatan, dosa dan pendustaan mereka terhadap para rasūl. “Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”; jauh dan binasalah ahli neraka. Ibnu Katsīr berkata: “Mereka kembali kepada diri mereka dengan mencela diri sendiri. Mereka menyesal namun tidak ada gunanya.” (6796) Kalimat ini doa; semoga Allah menjauhkan mereka dari rahmat-Nya dan membinasakan mereka.
Setelah menuturkan keadaan orang-orang celaka yang kafir, Allah meneruskannya dengan menuturkan keadaan orang-orang yang beruntung dan berbakti: “Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka”; mereka takut kepada Tuhan mereka, meskipun tidak melihat-Nya dan mereka menjauhkan diri dari maksiat demi meraih ridhā-Nya. “mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar”; di sini Allah, mereka memperoleh ampunan besar atas dosa mereka dan pahala agung yang hanya diketahui Allah.
“Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah”; firman ini ditujukan kepada seluruh makhlūq. Hai umat manusia, rahasiakanlah ucapan atau tampakkanlah, sama saja kalian merahasiakannya atau menampakkannya, sebab Allah pasti mengetahuinya. “sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati”; karena Allah mengetahui hal-hal yang samar dan semua niat dalam hati. Allah tahu apa yang terbersit di dalam hati dan gangguannya. Ibnu ‘Abbās berkata: “Ayat ini turun kepada orang kafir. Mereka menggungjing Nabi Muḥammad s.a.w. Lalu Jibrīl memberi tahu beliau apa yang mereka ucapkan. Sebagian dari mereka berkata kepada yang lain: “Pelankan ucapan kalian sehingga tidak terdengar keluarga Muḥammad.” Maka Allah memberitahunya bahwa tidak ada yang samar bagi Dia.” (6807) “Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan)”; apakah mungkin Allah Maha tidak tahu ciptaan-Nya? Bagaimana Yang menciptakan benda-benda tidak mengetahui yang rahasia dan yang tampak dari makhlūq-Nya? “dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?”; padahal Allah Maha Halus terhadap hamba-Nya, mengetahui hal-hal yang pelik dan yang lembut. Allah Maha Mengetahui, tidak ada sesuatu yang lepas dari ‘ilmu-Nya? Tidak ada atom yang bergerak maupun diam dan tidak ada jiwa yang bimbang, kecuali Allah tahu semua itu.
Kemudian Allah menuturkan bukti-bukti kekuasaan dan keesaan-Nya serta anugrah-Nya kepada para hamba: “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu”; Allah menjadikan bumi fleksibel dan mudah dilalui, “maka berjalanlah di segala penjurunya”; maka hai manusia, berjalanlah kalian pada penjuru bumi. Ibnu Katsīr berkata: “Bepergianlah sesuai kalian suka ke penjuru bumi dan berkelilingnya ke negeri-negeri untuk mencari nafkah dan berniaga.” (6818) “dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya”; dan manfaatkanlah apa yang diberikan Allah kepada kalian melalui berbagai profesi dan rezeki. Al-Alūsī berkata: “Untuk mengungkapkan berbagai jenis pemanfaatan dan pengelolahan, seringkali al-Qur’an menggunakan kata “makanlah”, sebab ungkapan “memakan” adalah manfaat yang paling penting dan paling umum. Dalam ayat ini dalil anjuran untuk bekerja dan mencari nafkah dan ini tidak bertentangan dengan konsep tawakkal. Dalam suatu riwayat diceritakan, ‘Umar r.a. melewati sekelompok orang, lalu bertanya: “Siapakah kalian?” Mereka menjawab: “Kami mutawakkilūn; orang-orang yang bertawakkal.” ‘Umar berkata: “Bukan, bahkan kalian mutawākilūn; adalah orang-orang yang puru-pura bertawakkal. Orang yang tawakkal adalah orang yang menanam benih di tanah dan bertawakkal kepada Tuhannya.” (6829). “Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”; hanya kepada Allah kalian kembali setelah mati dan fana’ untuk dihisab dan menerima balasan atas ‘amal kalian.
Kemudian Allah mengancam kafir-kafir Makkah yang mendustakan Nabi s.a.w. “Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkir-balikkan bumi bersama kamu”; apakah kalian hai orang-orang kafir tidak khawatir, bahwa Allah akan menjungkir-balikkan bumi pada kalian, lalu Allah melemparkan kalian ke tempat yang tidak kalian kenal, setelah Allah menjadikan bumi mudah kalian lalui? “sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang?”; tiba-tiba bumi mengguncang kalian oleh gempa yang hebat? Ar-Rāzī berkata: “Yang dimaksudkan adalah, Allah menggerakkan bumi ketika terjadi longsor, sehingga bumi berada di atas kalian. Lalu kalian berada di tempat yang paling bawah.” (68310) “atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu”; apakah kalian tidak khawatir, bahwa Allah akan mengirimkan bebatuan kepada kalian dari langit, sebagaimana Allah pernah mengirimkannya kepada kaum Lūth dan pasukan gajah? “Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku?”; maka ketika menyaksikan siksa Allah, kalian akan mengetahui bagaimana peringatan-Ku dan siksa-Ku kepada hamba yang mendustakan. Ini mengandung ancaman dan peringatan keras. Kata “nadzīr” di akhir ayat dibuang “yā’”-nya untuk menyesuaikan irama setiap akhir ayat.
“Dan sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasūl-rasūlNya)”; sungguh orang-orang kafir dari umat terdahulu telah mendustakan rasūl mereka. Misalnya; kaum Nūḥ, ‘Ād, Tsamūd dan sejenisnya. Ayat ini mengandung hiburan bagi Nabi s.a.w. dan ancaman bagi kaumnya yang kafir. “Maka alangkah hebatnya kemurkaan-Ku”; bagaimana keingkaran-Ku terhadap mereka dengan menurunkan siksa? Bukankah sangat menakutkan dan mengerikan?
Setelah mengingatkan mereka mengenai penjungkir-balikan bumi dan pengiriman badai, Allah mengingatkan mereka agar mengambil pelajaran dari bangsa burung. Allah-lah yang menciptakan burung dan berhala yang mereka sembah sama sekali tidak bisa menciptakan sesuatu pun dari semua itu. “Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka?”; tidakkah mereka melihat untuk mengambil pelajaran, bangsa burung yang ada di atas mereka, yang membentangkan sayap dan mengepakkannya di udara ketika terbang dan berputar-putar dari waktu ke waktu? Dalam at-Tasḥīl, disebutkan: “Membentangkan sayap adalah hal yang lazim dilakukan bangsa burung. Karena itu, Allah meredaksikannya dengan isim “shāffāt” (yang membentangkan sayapnya) sebagai sifat tetap burung terbang. Sedangkan menutupkannya hal yang menyusulnya sehingga Allah meredaksikannya dengan fi‘il “yaqbidhna” Jika ditanyakan; kenapa tidak disebutkan sekalian “qabidhāt” (dengan isim) seperti halnya “shāffāt”? Jawabnya; membentangkan sayap adalah sifat asal ketika burung terbang, sebagaimana sifat membentangkan tangan kaki ketika berenang. Disebutkan isim “shāffāt” untuk burung karena ini sifat konstan bagi burung terbang dan seringnya. Sementara sifat menutupkan sayap jarang dilakukan burung terbang. Biasanya burung melakukannya ketika istirahat dan menghimpun tenaga. Karenanya disebut dalam bentuk fi‘il, yang menunjukkan bukan sifat konstan.” (68411) “Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu”; Allah mengetahui bagaimana menciptakan dan bagaimana membuat hal-hal yang ajaib sesuai kebijaksanaan dan ‘ilmu-Nya.
*Missing: (68512)
Kemudian Allah mencela orang kafir karena menyembah sesuatu yang tidak bisa memberi manfaat maupun mendengar. Allah berfirman: “Atau siapakah dia yang menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu selain dari Allah Yang Maha Pemurah?”; siapakah penolong yang mampu untuk menolak siksa Allah dari kalian? Ibnu ‘Abbās berkata: “Ya‘ni siapakah yang akan menolong kalian dari Aku jika Aku berkehendak menyiksa kalian?” (68613) “Orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah dalam (keadaan) tertipu”; orang-orang kafir hanya berada dalam kebodohan yang besar dan kesesatan berat dalam keyakinan mereka. Sebab berhala mereka bisa memberi manfaat atau mudharat. “Atau siapakah dia ini yang memberi kamu rezeki jika Allah menahan rezeki-Nya?”; siapakah yang akan memberi kalian rezeki selain Allah jika Allah tidak memberikan rezeki kepada kalian? Kedua ayat terakhir ini ditujukan kepada orang kafir untuk mengancam dan mencela serta membuat hujjah atas mereka.” (68714) “Sebenarnya mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri?”; justru mereka terus-menerus durhaka dan maksiat serta lari dan menghindar dari kebenaran dan iman.