Hati Senang

Surah al-Mulk 67 ~ Tafsir al-Jalalain (2/2)

Tafsir Jalalain | Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi

Dari Buku:
Tafsir Jalalain.
(Jilid 4. Dari Sūrat-uz-Zumar sampai Sūrat-un-Nās)
Oleh: Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

أَمْ أَمِنْتُمْ مَّنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا فَسَتَعْلَمُوْنَ كَيْفَ نَذِيْرِ.

  1. (أَمْ أَمِنْتُمْ مَّنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ) “Atau apakah kalian merasa aman terhadap kekuasaan Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan” lafal an yursila menjadi badal dari lafal man (عَلَيْكُمْ حَاصِبًا) “kepada kalian badai yang berbatu” ya‘ni angin dahsyat yang menghujani kalian dengan batu. (فَسَتَعْلَمُوْنَ) “Maka kelak kalian akan mengetahui” di saat kalian menyaksikan ‘adzāb-Nya (كَيْفَ نَذِيْرِ.) “bagaimana peringatan-Ku” ya‘ni ‘adzāb-Ku; maksudnya bahwa ‘adzāb-Ku itu adalah benar.

وَ لَقَدْ كَذَّبَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَكَيْفَ كَانَ نَكِيْرِ.

  1. (وَ لَقَدْ كَذَّبَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ) “Dan sesungguhnya orang-orang sebelum mereka telah mendustakan” umat-umat sebelum mereka. (فَكَيْفَ كَانَ نَكِيْرِ.) “Maka alangkah hebatnya kemurkaan-Ku” keingkaran-Ku terhadap mereka disebabkan kedustaan mereka, yaitu sewaktu mereka dibinasakan, bahwasanya pembinasaan-Ku itu adalah benar.

أَوَ لَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صَافَّاتٍ وَ يَقْبِضْنَ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا الرَّحْمنُ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ بَصِيْرٌ.

  1. (أَوَ لَمْ يَرَوْا) “Apakah mereka tidak melihat” tidak memperhatikan (إِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ) “burung-burung yang berada di atas mereka” ya‘ni di udara (صَافَّاتٍ) “yang mengembangkan sayapnya” melebarkan sayapnya (وَ يَقْبِضْنَ) “dan mengatupkannya?” menutupkannya sesudah dikembangkan. (مَا يُمْسِكُهُنَّ) “Tidak ada yang menahan mereka” agar jangan jatuh ke bumi sewaktu mengembangkan dan mengatupkan sayapnya (إِلَّا الرَّحْمنُ) “selain Yang Maha Penyayang” ya‘nī dengan kekuasaan-Nya. (إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ بَصِيْرٌ.) “Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu” ma‘na yang dimaksud, apakah mereka tidak menyimpulkan dengan tetapnya burung-burung di udara tentang kekuasaan Kami, bahwa Kami dapat menimpakan kepada mereka ‘adzāb yang telah disebutkan di atas tadi dan ‘adzāb lainnya.

أَمَّنْ هذَا الَّذِيْ هُوَ جُنْدٌ لَّكُمْ يَنْصُرُكُمْ مِّنْ دُوْنِ الرَّحْمنِ إِنِ الْكَافِرُوْنَ إِلَّا فِيْ غُرُوْرٍ.

  1. (أَمَّنْ) “Atau siapakah” berkedudukan menjadi mubtada’ (هذَا) “dia” menjadi khabar dari mubtada’ (الَّذِيْ) “yang” menjadi badal dari lafal hādza (هُوَ جُنْدٌ) “menjadi tentara” ya‘ni penolong-penolong (لَّكُمْ) “kalian” berkedudukan menjadi shilah dari lafal alladzī (يَنْصُرُكُمْ) “yang akan menolong kalian” menjadi sifat dari lafal jundun (مِّنْ دُوْنِ الرَّحْمنِ) “selain daripada Allah Yang Maha Penyayang” yang dapat menolak datangnya ‘adzāb bagi kalian; ya‘ni tiada seseorang pun yang dapat menolong kalian (إِنِ) “tidak lain” tiadalah (الْكَافِرُوْنَ إِلَّا فِيْ غُرُوْرٍ.) “orang-orang kafir itu hanyalah dalam keadaan tertipu” mereka tertipu oleh syaithān, bahwasanya ‘adzāb tidak akan turun atas mereka.

أَمَّنْ هذَا الَّذِيْ يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ رِزْقَهُ بَلْ لَّجُّوْا فِيْ عُتُوٍّ وَ نُفُوْرٍ.

  1. (أَمَّنْ هذَا الَّذِيْ يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ) “Atau siapakah dia yang memberi kalian rezeki jika Dia menahan” yakni Allah Yang Maha Penyayang menahan (رِزْقَهُ) “rezeki-Nya” ya‘ni hujan-Nya terhadap kalian. Jawāb syarat-nya tidak disebutkan, karena dapat disimpulkan dari kalimat sebelumnya. Lengkapnya, siapakah yang dapat memberi kalian rezeki? Tentu tiada seorang pun yang dapat memberikan rezeki kepada kalian selain-Nya. (بَلْ لَّجُّوْا) “Tetapi mereka terus-menerus” berkelanjutan (فِيْ عُتُوٍّ) “di dalam kesombongan” dalam kesombongannya (وَ نُفُوْرٍ.) “dan menjauhkan diri” dari kebenaran.

أَفَمَنْ يَمْشِيْ مُكِبًّا عَلَى وَجْهِهِ أَهْدَى أَمَّنْ يَمْشِيْ سَوِيًّا عَلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ.

  1. (أَفَمَنْ يَمْشِيْ مُكِبًّا) “Maka apakah orang yang berjalan terjungkal” ya‘ni terbalik (عَلَى وَجْهِهِ أَهْدَى أَمَّنْ يَمْشِيْ سَوِيًّا) “di atas mukanya itu lebih banyak mendapat petunjuk, ataukah orang yang berjalan tegap” ya‘ni secara wajar dengan kakinya (عَلَى صِرَاطٍ) “di atas jalan” tuntunan (مُّسْتَقِيْمٍ.) “yang luruskhabar dari mubtada’ yang kedua tidak disebutkan karena cukup hanya ditunjukkan oleh ma‘na yang terkandung di dalam khabar yang pertama, ya‘ni lebih banyak mendapat petunjuk. Perumpamaan ini menggambarkan tentang keadaan orang yang kafir pada perumpamaan yang pertama, dan orang yang beriman pada perumpamaan yang kedua, ya‘ni manakah di antara keduanya yang lebih banyak mendapat petunjuk?

قُلْ هُوَ الَّذِيْ أَنْشَأَكُمْ وَ جَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَ الْأَبْصَارَ وَ الْأَفْئِدَةَ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ.

  1. (قُلْ هُوَ الَّذِيْ أَنْشَأَكُمْ) “Katakanlah!: Dialah Yang menjadikan kalian” ya‘ni yang telah menciptakan kalian (وَ جَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَ الْأَبْصَارَ وَ الْأَفْئِدَةَ) “dan menjadikan bagi kalian pendengaran, penglihatan dan hati” atau qalbu. (قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ.) “Tetapi amat sedikit kalian bersyukur” huruf adalah huruf zā’idah, dan jumlah kalimat ini merupakan jumlah isti’nāf atau kalimat baru yang memberitakan tentang syukur mereka yang amat sedikit terhadap ni‘mat-ni‘mat tersebut.

قُلْ هُوَ الَّذِيْ ذَرَأَكُمْ فِي الْأَرْضِ وَ إِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ.

  1. (قُلْ هُوَ الَّذِيْ ذَرَأَكُمْ) “Katakanlah: Dialah Yang menjadikan kalian berkembang biak” artinya menciptakan kalian dapat berkembang biak (فِي الْأَرْضِ وَ إِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ.) “di muka bumi, dan hanya kepada-Nyalah kalian kelak dikumpulkan” untuk menjalani ḥisāb.

وَ يَقُوْلُوْنَ مَتَى هذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ.

  1. (وَ يَقُوْلُوْنَ) “Dan mereka berkata” kepada orang-orang yang beriman, (مَتَى هذَا الْوَعْدُ) “Kapankah datangnya Janji itu” ya‘ni janji datangnya hari semua makhlūq dihimpun (إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ.) “jika kalian adalah orang-orang yang benar?” dalam hal ini.

قُلْ إِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللهِ وَ إِنَّمَا أَنَا نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ.

  1. (قُلْ إِنَّمَا الْعِلْمُ) “Katakanlah: Sesungguhnya ‘ilmu” tentang kedatangan hari tersebut (عِنْدَ اللهِ وَ إِنَّمَا أَنَا نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ.) “hanya pada sisi Allah, dan sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan.” Ya‘ni yang jelas peringatannya.

فَلَمَّا رَأَوْهُ زُلْفَةً سِيْئَتْ وُجُوْهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَ قِيْلَ هذَا الَّذِيْ كُنْتُمْ بِهِ تَدَّعُوْنَ.

  1. (فَلَمَّا رَأَوْهُ) “Ketika mereka melihat ‘adzāb itu” sesudah mereka dihimpunkan (زُلْفَةً) “sudah dekat” artinya, dekat sekali (سِيْئَتْ) “menjadi muramlah” menjadi hitam muramlah (وُجُوْهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَ قِيْلَ) “muka orang-orang kafir itu. Dan dikatakan” kepada mereka, ya‘ni para malaikat penjaga neraka berkata kepada mereka (هذَا) “Inilah” ‘adzāb (الَّذِيْ كُنْتُمْ بِهِ) “yang dahulu kalian terhadapnya” ya‘ni sewaktu kalian diancam dengan ‘adzāb ini (تَدَّعُوْنَ.) “selalu menganggapnya sebagai yang diada-adakan.” Ya‘ni kalian menduga, bahwasanya kalian tidak akan dibangkitkan menjadi hidup kembali. Hal ini menceritakan keadaan di masa mendatang, akan tetapi ungkapannya memberikan pengertian sudah terjadi. Ini tiada lain karena subjeknya pasti benar-benar terjadi.

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَهْلَكَنِيَ اللهُ وَ مَنْ مَّعِيَ أَوْ رَحِمَنَا فَمَنْ يُجِيْرُ الْكَافِرِيْنَ مِنْ عَذَابٍ أَلِيْمٍ.

  1. (قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَهْلَكَنِيَ اللهُ وَ مَنْ مَّعِيَ) “Katakanlah!: Terangkanlah kepadaku jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersama dengan aku” ya‘ni orang-orang mu’min, kami binasa karena ‘adzāb-Nya, sebagaimana yang kalian maksudkan (أَوْ رَحِمَنَا) “atau memberi rahmat kepada kami” maksudnya, Dia tidak meng‘adzāb kami (فَمَنْ يُجِيْرُ الْكَافِرِيْنَ مِنْ عَذَابٍ أَلِيْمٍ) “tetapi siapakah yang dapat melindungi orang-orang yang kafir dari siksa yang pedih?” Tentu saja tiada seorang pun yang dapat melindungi mereka dari ‘adzāb-Nya.

قُلْ هُوَ الرَّحْمنُ آمَنَّا بِهِ وَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا فَسَتَعْلَمُوْنَ مَنْ هُوَ فِيْ ضَلَالٍ مُّبِيْنٍ.

  1. (قُلْ هُوَ الرَّحْمنُ آمَنَّا بِهِ وَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا فَسَتَعْلَمُوْنَ) “Katakanlah!: Dialah Allah Yang Maha Penyayang kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nyalah kami bertawakal. Kelak kalian akan mengetahui” bilamana mereka menyaksikan ‘adzāb itu. Lafal fasata‘lamūna dapat pula dibaca fasaya‘lamūna, artinya kelak mereka akan mengetahui di saat mereka menyaksikan ‘adzāb (مَنْ هُوَ فِيْ ضَلَالٍ مُّبِيْنٍ.) “siapakah yang berada dalam kesesatan yang nyata.” Kami-kah atau mereka?

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَصْبَحَ مَاؤُكُمْ غَوْرًا فَمَنْ يَأْتِيْكُمْ بِمَاءٍ مَّعِيْنٍ.

  1. (قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَصْبَحَ مَاؤُكُمْ غَوْرًا) “Katakanlah: Terangkanlah kepadaku jika sumber air kalian menjadi kering;” ya‘ni airnya masuk jauh ke dalam bumi (فَمَنْ يَأْتِيْكُمْ بِمَاءٍ مَّعِيْنٍ.) “maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagi kalian?” Sehingga air itu menyumber dan dapat dicapai oleh tangan atau oleh timba-timba, sebagaimana air yang kalian miliki sekarang? Tiada seorang pun yang dapat mendatangkannya selain Allah s.w.t. Maka, mengapa kalian mengingkari adanya hari berbangkit, yaitu hari di mana Dia membangkitkan kalian menjadi hidup kembali. Disunahkan bagi pembaca surah ini, bila bacaannya sampai kepada lafal ma‘īn, hendaknya ia mengucapkan kalimat jawabannya, yaitu “allāhu rabb-ul-‘ālamīna/Allah Rabb semesta alam yang dapat mengeluarkannya. Demikianlah menurut keterangan yang dikemukakan di dalam hadits. Dan ayat ini dibacakan terhadap sebagian orang-orang yang bersifat angkara murka, maka menurut perawinya, bahwa cangkul dan sekop penggali tanah terus menghunjam ke tanah, akan tetapi sumber air tidak muncul-muncul juga; ia telah pergi jauh meresap ke dalam bumi yang tidak dapat dicapainya. Kami berlindung kepada Allah dari perbuatan berani melawan Allah dan ayat-ayatNya.

 

Catatan: Tidak ada Asbāb-un-Nuzūlnya di buku ini.

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.