Surah al-Mujadilah 58 ~ Tafsir ash-Shabuni (3/4)

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

Rangkaian Pos: Surah al-Mujadilah 58 ~ Tafsir ash-Shabuni

Sūrat-ul-Mujādilah, Ayat: 11-22

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ وَ إِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَ الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِذَا نَاجَيْتُمُ الرَّسُوْلَ فَقَدِّمُوْا بَيْنَ يَدَيْ نَجْوَاكُمْ صَدَقَةً ذلِكَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَ أَطْهَرُ فَإِنْ لَّمْ تَجِدُوْا فَإِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ. أَأَشْفَقْتُمْ أَنْ تُقَدِّمُوْا بَيْنَ يَدَيْ نَجْوَاكُمْ صَدَقَاتٍ فَإِذْ لَمْ تَفْعَلُوْا وَ تَابَ اللهُ عَلَيْكُمْ فَأَقِيْمُوا الصَّلَاةَ وَ آتُوا الزَّكَاةَ وَ أَطِيْعُوا اللهَ وَ رَسُوْلَهُ وَ اللهُ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ. أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِيْنَ تَوَلَّوْا قَوْمًا غَضِبَ اللهُ عَلَيْهِمْ مَّا هُمْ مِّنْكُمْ وَ لَا مِنْهُمْ وَ يَحْلِفُوْنَ عَلَى الْكَذِبِ وَ هُمْ يَعْلَمُوْنَ. أَعَدَّ اللهُ لَهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ. اتَّخَذُوْا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللهِ فَلَهُمْ عَذَابٌ مُّهِيْنٌ. لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَ لَا أَوْلَادُهُمْ مِّنَ اللهِ شَيْئًا أُوْلئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيْهَا خَالِدُوْنَ. يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللهُ جَمِيْعًا فَيَحْلِفُوْنَ لَهُ كَمَا يَحْلِفُوْنَ لَكُمْ وَ يَحْسَبُوْنَ أَنَّهُمْ عَلَى شَيْءٍ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْكَاذِبُوْنَ. اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللهِ أُوْلئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ. إِنَّ الَّذِيْنَ يُحَادُّوْنَ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ أُوْلئِكَ فِي الْأَذَلِّيْنَ. كَتَبَ اللهُ لَأَغْلِبَنَّ أَنَا وَ رُسُلِيْ إِنَّ اللهَ قَوِيٌّ عَزِيْزٌ. لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَ الْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّوْنَ مَنْ حَادَّ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ وَ لَوْ كَانُوْا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيْرَتَهُمْ أُولئِكَ كَتَبَ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الْإِيْمَانَ وَ أَيَّدَهُمْ بِرُوْحٍ مِّنْهُ وَ يُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِيْنَ فِيْهَا رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَ رَضُوْا عَنْهُ أُوْلئِكَ حِزْبُ اللهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللهِ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ.

58: 11. Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ‘ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
58: 12. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasūl hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tiada memperoleh (yang akan disedekahkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
58: 13. Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum pembicaraan dengan Rasūl? Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi tobat kepadamu maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Allah dan Rasūl-Nya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
58: 14. Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui.
58: 15. Allah telah menyediakan bagi mereka ‘adzāb yang sangat keras, sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.
58: 16. Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah; karena itu mereka mendapat ‘adzāb yang menghinakan.
58: 17. Harta benda dan anak-anak mereka tiada berguna sedikit pun (untuk menolong) mereka dari ‘adzāb Allah. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
58: 18. (Ingatlah) hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Allah, lalu mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan orang musyrik) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu; dan mereka menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan memperoleh suatu (manfaat). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta.
58: 19. Syaithān telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaithān. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaithān itulah golongan yang merugi.
58: 20. Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasūl-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina.
58: 21. Allah telah menetapkan: “Aku dan rasūl-rasūlKu pasti menang”. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
58: 22. Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasūl-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridhā terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) -Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.

Korelasi Ayat.

Setelah melarang kaum Muslimīn dari sesuatu yang menyebabkan saling marah dan saling benci, maka Allah memerintahkan mereka dengan sesuatu yang menyebabkan bertambanya cinta dan sayang, yaitu melapangkan dalam majlis, yaitu dengan saling memberi kelapangan. Kemudian Allah memperingatkan agar tidak mengasihi musuh-musuh Allah. Allah menutup surat al-Mujādilah ini dengan menjelaskan sifat-sifat orang mu’min yang sempurna.

Tinjauan Bahasa.

(تَفَسَّحُوْا): melapangkan.

(انْشُزُوْا): bangkitlah dan menyingkirkan kalian.

(جُنَّةً): jīm-nya di-dhammah, artinya penjagaan.

(اسْتَحْوَذَ): mengalahkan dan menguasai akal mereka.

(الْأَذَلِّيْنَ): yang hina-dina,

Asbāb-un-Nuzūl.

  1. – Muqātil berkata: “Nabi s.a.w. memuliakan pengikut perang Badar dari Muhājirīn dan Anshār. Kemudian beberapa orang dari pengikut perang Badar datang termasuk Tsābit bin Qais dan mereka telah didahului oleh orang lain. Mereka berdiri di hadapan Nabi s.a.w. untuk menanti diberi tempat, namun lama mereka tidak mendapat tempat. Hal itu membuat Nabi keberatan, sehingga beliau bersabda kepada beberapan orang yang ada di sana: “Berdirilah hai Fulan, berdirilah hai Fulan, sebanyak jumlah pengikut Badar tersebut yang masih berdiri. Hal itu dirasakan berat oleh orang yang disuruh berdiri dari tempatnya dan orang-orang munāfiq mencela hal itu dengan berkata: “Muḥammad tidak adil terhadap orang-orang yang disuruh berdiri. Mereka telah memperoleh tempat dan ingin dekat dengannya, namun dia malah menyuruh mereka berdiri dan mendekatkan orang yang datang belakangan. Maka Allah menurunkan ayat: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu”. (4281).
  2. – Ibnu ‘Abbās berkata: “Orang-orang banyak bertanya kepada Nabi s.a.w., sampai hal itu membuat Nabi s.a.w. keberatan. Karena itu, Allah berkehendak meringankan beliau dan membuat mereka mengurangi bertanya. Maka Allah menurunkan ayat: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasūl hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu”. Ketika ayat ini turun, maka banyak sahabat yang jerih dan tidak jadi bertanya.” (4292).
  3. – ‘Abdullāh bin Nabtal seorang dari kelompok munāfiqīn biasa berkunjung kepada Nabi s.a.w. dan melaporkan sabda beliau kepada kaum Yahudi. Ketika Nabi s.a.w. sedang berada di sebagian kamar, tiba-tiba beliau bersabda: “Telah masuk kepada kalian sekarang seorang lelaki yang hatinya adalah hati orang bengis dan dia melihat dengan dua mata syaithān.” Maka masuklah ‘Abdullāh bin Nabtal yang bermata biru, lalu Nabi s.a.w. bersabda kepadanya: “Kenapa kamu dan kawan-kawanmu mencaci-maki aku?” ‘Abdullāh bersumpah bahwa dia tidak pernah berbuat demikian, lalu Nabi s.a.w. bersabda: “Sebaliknya, kamu telah berbuat itu”. ‘Abdullāh pergi, lalu datang bersama kawan-kawannya, lalu mereka bersumpah demi Allah bahwa mereka tidak pernah mencaci-maki Nabi. Maka Allah menurunkan ayat: “Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui.” (4303).

Tafsir Ayat.

Hai orang-orang yang beriman”; seruan dari Allah kepada orang-orang mu’min dengan panggilan paling mulia dan ungkapan paling lembut: “Hai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasūl dan berhias dengan keimanan yang merupakan hiasan umat manusia.” “apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah”; jika seseorang berkata kepada kalian: “Berlapang-lapanglah dalam majlis, dalam majlis Nabi s.a.w. atau majlis lainnya, maka hendaklah kalian berlapang-lapanglah kalian dan berilah dia kelapangan.” “niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu”; jika kalian berbuat demikian, maka Tuhan kalian melapangkan kalian dalam rahmat dan surga-Nya. Mujāhid berkata: “Para sahabat saling berlomba di majlis Nabi s.a.w., maka mereka diperintah agar saling memberi kelapangan.” (4314) Al-Khāzin berkata: “Allah memerintah orang-orang mu’min agar tawādhu‘ dan melapangkan majlis untuk orang yang ingin duduk di sisi Nabi s.a.w. agar mereka mendapat bagian yang sama dalam menimba ‘ilmu dari beliau.” (4325) Dalam hadits disebutkan: “Jangan sampai salah seorang dari kalian menyuruh berdiri seorang lelaki dari majlisnya (tempat duduknya) lalu ia duduk di situ. Namun hendaknya kalian melapangkan dan meluaskan, maka Allah melapangkan kalian.” (4336). Imām ar-Rāzī berkata: “Ayat “niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu” bersifat mutlak. Ketahuilah, bahwa ayat ini menunjukkan bahwa orang yang memberi keluasan pada orang lain dalam pintu-pintu kebaikan, maka Allah melapangkan kebaikan dunia dan akhirat baginya. Dalam hadits disebutkan: “Allah selalu menolong hamba selama dia menolong saudaranya.” (4347) “Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah”; jika dikatakan kepada kalian hai orang-orang mu’min: “Bangkitlah kalian dari majlis dan berdirilah kalian agar majlis luas bagi kalian, maka lapangkan (4358) dan berdirilah.” Ibnu ‘Abbās berkata: “Ma‘nanya, jika dikatakan kepada kalian: “Bangkitlah kalian, maka bangkit”. Dalam al-Baḥr-ul-Muḥīth disebutkan: “Pertama kali para sahabat diperintah untuk melapangkan majlis. Kedua kalinya, mereka diperintah untuk menunaikan perintah di majlis itu jika ada.” (4369) “niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ‘ilmu pengetahuan beberapa derajat”; Allah mengangkat derajat orang-orang mu’min karena menunaikan perintah-Nya dan perintah Rasūl-Nya dan orang-orang yang ber‘ilmu dari mereka beberapa derajat. Allah memberi mereka derajat tertinggi di dalam surga. Ibnu Mas‘ūd berkata: “Allah menyanjung ‘ulamā’ dalam ayat ini. Wahai umat manusia, pahamilah ayat ini dan hendaknya ayat ini mendorong kalian untuk ber‘ilmu, sebab Allah berfirman: “Allah mengangkat mu’min ber‘ilmu atas mu’min tak ber‘ilmu beberapa deraja.” Al-Qurthubī berkata: “Allah dalam ayat ini menjelaskan, bahwa kemuliaan di sisi Allah adalah dengan ‘ilmu dan iman, bukan karena lebih dahulu sampai di majlis. Dalam hadits disebutkan: “Kelebihan orang ber‘ilmu atas ahli ‘ibādah adalah seperti kelebihan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang.” Nabi s.a.w.bersabda: “Pada hari kiamat tiga orang memberi syafā‘at: para nabi, lalu para ‘ulamā’, lalu para syahīd.” Betapa agung derajat orang yang sejajar di antara para nabi dan syahīd dengan kesaksian Nabi s.a.w.” (43710) “dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”; Allah tahu siapa yang berhak terhadap kelebihan dan pahala dan siapa yang tidak berhak.

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasūl”; jika kalian ingin berbicara secara rahasia dengan Nabi, “hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu”; kalian hendaknya mendahulukan sedekah kepada kaum fakir-miskin sebelumnya. Al-Alūsī berkata: “Perintah ini mengandung kehormatan bagi Nabi s.a.w., keuntungan bagi fakir-miskin dan membedakan antara orang yang ikhlas dan orang munafiq, antara pecinta dunia dan pecinta akhirat.” (43811) “Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu dan lebih bersih”; mendahulukan sedekah sebelum berbicara dengan Nabi lebih utama bagi kalian di sisi Allah sebab menunaikan perintah Allah dan lebih membersihkan dosa kalian. “jika kamu tiada memperoleh (yang akan disedekahkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”; jika kalian tidak mendapati apa yang kalian sedekahkan, maka Allah memaafkan kalian, sebab Allah hanya membebankan hal itu kepada siapa yang mampu di antara kalian.

Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum pembicaraan dengan Rasūl?”; ini kritikan yang halus bagi kaum Muslimīn. Ma‘nanya, hai kaum Muslimīn apakah kalian takut miskin jika kalian bersedekah sebelum berbicara rahasia dengan Nabi s.a.w.? Ma‘na inti ayat, jangan takut, sebab Allah memberi kalian rezeki, sebab Dia Maha Kaya dan di tangan-Nya perbendaharaan langit dan bumi. Kemudian Allah menghapus hukum di atas untuk meringankan kaum Muslimīn. “Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi tobat kepadamu”; jika kalian tidak melakukan apa yang diperintahkan kepada kalian karena hal itu kalian rasakan berat dan Allah memaafkan kalian dengan memperbolehkan kalian mengadakan pembicaraan rahasia dengan Nabi tanpa mendahulukan sedekah. “kepadamu maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat”; kalian cukup mencirikan shalat dan membayar zakat wajib. “dan taatlah kepada Allah dan Rasūl-Nya”; taatilah perintah Allah dan perintah Rasūl dalam segala keadaan. “dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”; Allah meliputi segala perbuatan dan niat kalian. ‘Ulamā’ tafsir berkata: “Allah me-nasakh (menghapus hukum) perintah sedekah tersebut untuk meringankan para hamba. Sampai Ibnu ‘Abbās berkata: “Perintah itu hanya sesaat di siang hari, lalu di-nasakh-nya.” (43912). Al-Qurthubī berkata: “Wajibnya zakat me-nasakh kewajiban sedekah ini. Ayat ini menjadi dalil mungkinnya dan bolehnya nasakh sebuah perintah sebelum dilakukan. Sedangkan riwayat dari ‘Alī dha‘īf. Yang dimaksud adalah ucapan ‘Alī: “Ada satu ayat di dalam al-Qur’ān yang tidak pernah dilakukan oleh siapapun sebelum aku maupun sesudah aku. Ya‘ni tentang sedekah ketika berbicara kepada Rasūlullāh s.a.w. Aku mempunyai satu dinar, lalu aku menyedekahkannya.” Riwayat ini dha‘īf (lemah), sebab Allah berfirman: “Maka jika kamu tiada memperbuatnya” menunjukkan bahwa tidak ada orang yang menyedekahkan sesuatupun.” (44013).

Catatan:

  1. 428). Lihat al-Qurthubī, 17/297 dan Tafsīr-ul-Kabīr, ar-Rāzī, 28/268.
  2. 429). Mukhtasharu Ibni Katsīr, 3/465 dan Tafsīr-ul-Khāzin, 4/52.
  3. 430). Tafsīr-ul-Qurthubī, 17/304.
  4. 431). Tafsīr-ul-Qurthubī, 17/296.
  5. 432). Tafsīr-ul-Khāzin, 4/50.
  6. 433). Diriwayatkan Bukhārī Muslim.
  7. 434). Tafsīr-ur-Rāzī, 28/269.
  8. 435). Ibnu Katsīr ketika menafsiri ayat ini menjelaskan hukum berdiri untuk orang yang datang. Ibnu Katsīr berkata: “‘Ulamā’ fikih berbeda pendapat mengenai berdiri kepada orang yang datang. Ada yang memperolehkan dengan dasar hadits: “Berdirilah kalian menuju junjungan kalian.” Ada yang melarang hal itu dengan dasar hadits: “Barang siapa ingin orang-orang berdiri karenanya, maka hendaklah dia mengambil tempatnya dari neraka.” Ada yang merinci dan berkata: “Boleh untuk orang yang baru tiba dari bepergian dan untuk hakim di wilayah kerjanya. Berdasarkan kisah Sa‘d bin Mu‘ādz ketika dipanggil oleh Nabi s.a.w. untuk memberi keputusan mengenai Bani Quraidhah. Ketika dia tiba, Nabi s.a.w. bersabda: “Berdirilah kalian menuju junjungan kalian.” Hal itu hanya bertujuan agar keputusannya lebih diterima. Kemudian Ibnu Katsīr berkata: “Dalam sunnah dijelaskan, bahwa Nabi s.a.w. duduk di mana beliau sampai, namun di manapun beliau duduk, pasti di majlis bagian depan.
  9. 436). Al-Baḥr-ul-Muḥīth, 8/237.
  10. 437). Tafsīr-ul-Qurthubī, 17/300.
  11. 438). Tafsīr-ul-Alūsī, 28/30.
  12. 439). Tafsīr-ul-Khāzin, 4/53.
  13. 440). Al-Qurthubī, 17/303.