Surah al-Mujadilah 58 ~ Tafsir al-Jalalain (1/2)

Dari Buku:
Tafsir Jalalain.
(Jilid 4. Dari Sūrat-uz-Zumar sampai Sūrat-un-Nās)
Oleh: Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

Rangkaian Pos: Surah al-Mujadilah 58 ~ Tafsir al-Jalalain

058

SŪRAT-UL-MUJĀDILAH

Madaniyyah, 22 ayat
Turun sesudah Sūrat-(al-Munāfiqūn)

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

قَدْ سَمِعَ اللهُ قَوْلَ الَّتِيْ تُجَادِلُكَ فِيْ زَوْجِهَا وَ تَشْتَكِيْ إِلَى اللهِ وَ اللهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللهَ سَمِيْعٌ بَصِيْرٌ.

  1. (قَدْ سَمِعَ اللهُ قَوْلَ الَّتِيْ تُجَادِلُكَ) “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu” ya‘ni seorang wanita yang melapor kepadamu, hai nabi (فِيْ زَوْجِهَا) “tentang suaminya” yang telah mengucapkan kata-kata zihār kepadanya. Suami wanita itu berkata kepadanya: Kamu menurutku bagaikan punggung ibuku. Lalu wanita itu menanyakan hal tersebut kepada Nabi s.a.w., maka beliau menjawab bahwa dia haram atas suaminya. Hal ini sesuai dengan tradisi yang berlaku di kalangan mereka, bahwa zihār itu akibatnya adalah perpisahan untuk selama-lamanya. Wanita yang dimaksud bernama Khaulah binti Tsa‘labah, sedangkan suaminya bernama Aus bin Shāmit (وَ تَشْتَكِيْ إِلَى اللهِ) “dan mengadukan halnya kepada Allah” ya‘ni tentang keadaannya yang tidak mempunyai orang tua dan famili yang terdekat, serta keadaan ekonominya yang serba kekurangan, di samping itu ia menanggung beban anak-anaknya yang masih kecil-kecil; apabila anak-anaknya dibawa oleh suaminya, niscaya mereka akan tersia-sia dan tak terurus lagi keadaannya tetapi apabila anak-anak itu di bawah pemeliharaannya, niscaya mereka akan kelaparan. (وَ اللهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا) “Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua” dialog kamu berdua. (إِنَّ اللهَ سَمِيْعٌ بَصِيْرٌ.) “Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” artinya Maha Mengetahui.

الَّذِيْنَ يُظَاهِرُوْنَ مِنْكُمْ مِّنْ نِّسَائِهِمْ مَّا هُنَّ أُمَّهَاتِهِمْ إِنْ أُمَّهَاتُهُمْ إِلَّا اللَّائِيْ وَلَدْنَهُمْ وَ إِنَّهُمْ لَيَقُوْلُوْنَ مُنْكَرًا مِّنَ الْقَوْلِ وَ زُوْرًا وَ إِنَّ اللهَ لَعَفُوٌّ غَفُوْرٌ.

  1. (الَّذِيْنَ يُظَاهِرُوْنَ) “Orang-orang yang menzihar” asal kata yazhzhahharūna adalah yatazhahharūna, kemudian huruf tā’ di-idghām-kan ke dalam huruf zhā’ sehingga jadilah yazhzhahharūna. Akan tetapi menurut suatu qirā’at dibaca dengan memakai huruf alif di antara huruf zhā’ dan hā’, sehingga bacaannya menjadi yazhāharūna. Menurut qirā’at lainnya dibaca seperti wazan yuqātilūna, ya‘ni menjadi yuzhāhirūna. Lafal yang sama pada ayat berikutnya berlaku pula ketentuan ini (مِنْكُمْ مِّنْ نِّسَائِهِمْ مَّا هُنَّ أُمَّهَاتِهِمْ إِنْ أُمَّهَاتُهُمْ إِلَّا اللَّائِيْ) “istrinya di antara kalian, padahal tiadalah istri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita-wanita” lafal allā’ī dapat dibaca dengan memakai huruf yā’ dan dapat pula dibaca tanpa yā’ (وَلَدْنَهُمْ وَ إِنَّهُمْ) “yang melahirkan mereka. Sesungguhnya mereka” dengan melakukan zihār itu (لَيَقُوْلُوْنَ مُنْكَرًا مِّنَ الْقَوْلِ وَ زُوْرًا) “sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan yang mungkar dan dusta”. (وَ إِنَّ اللهَ لَعَفُوٌّ غَفُوْرٌ.) “Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun” kepada orang yang melakukan zihār dengan pembayaran kifarat.

وَ الَّذِيْنَ يُظَاهِرُوْنَ مِنْ نِّسَائِهِمْ ثُمَّ يَعُوْدُوْنَ لِمَا قَالُوْا فَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مِّنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا ذلِكُمْ تُوْعَظُوْنَ بِهِ وَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ.

  1. (وَ الَّذِيْنَ يُظَاهِرُوْنَ مِنْ نِّسَائِهِمْ ثُمَّ يَعُوْدُوْنَ لِمَا قَالُوْا) “Dan orang-orang yang menzihār istri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan” tentang zihār ini, seumpama dia bersikap berbeda dengan apa yang telah dikatakannya itu, yaitu dengan cara tetap memegang istri yang dizihārnya. Sedangkan perbuatan ini jelas bertentangan dengan maksud tujuan daripada perkataan zihār, yaitu menggambarkan istri dengan sifat yang menjadikannya haram bagi dia (فَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ) “maka memerdekakan seorang budak” maksudnya wajib atasnya memerdekakan seorang budak (مِّنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا) “sebelum kedua suami istri itu bercampur” bersetubuh. (ذلِكُمْ تُوْعَظُوْنَ بِهِ وَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ.) “Demikianlah yang diajarkan kepada kalian, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan”.

فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا فَمَنْ لَّمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّيْنَ مِسْكِيْنًا ذلِكَ لِتُؤْمِنُوْا بِاللهِ وَ رَسُوْلِهِ وَ تِلْكَ حُدُوْدُ اللهِ وَ لِلْكَافِرِيْنَ عَذَابٌ أَلِيْمٌ.

  1. (فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ) “Maka barang siapa yang tidak mendapatkan” budak (فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا فَمَنْ لَّمْ يَسْتَطِعْ) “maka wajib atasnya berpuasa dua bulan berturut-turut, sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak mampu” melakukan puasa (فَإِطْعَامُ سِتِّيْنَ مِسْكِيْنًا) “memberi makan enam puluh orang miskin” diwajibkan atasnya, ya‘ni sebelum keduanya bercampur kembali sebagai suami istri; untuk tiap-tiap orang miskin satu mudd makanan pokok negeri orang yang bersangkutan. Kesimpulan hukum ini berdasarkan pemahaman menyamakan pengertian yang mutlak dengan yang muqayyad. (ذلِكَ) “Demikianlah” keringanan ini dengan memakai kifarat (لِتُؤْمِنُوْا بِاللهِ وَ رَسُوْلِهِ وَ تِلْكَ) “supaya kalian beriman kepada Allah dan Rasūl-Nya. Dan itulah” ya‘ni hukum-hukum tersebut (حُدُوْدُ اللهِ وَ لِلْكَافِرِيْنَ) “batasan-batasan Allah, dan bagi orang-orang yang ingkar” kepada batasan-batasan atau hukum-hukum Allah itu (عَذَابٌ أَلِيْمٌ.) “‘adzāb yang sangat pedih” atau siksaan yang amat menyakitkan.

إِنَّ الَّذِيْنَ يُحَادُّوْنَ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ كُبِتُوْا كَمَا كُبِتَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ قَدْ أَنْزَلْنَا آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ وَ لِلْكَافِرِيْنَ عَذَابٌ مُّهِيْنٌ.

  1. (إِنَّ الَّذِيْنَ يُحَادُّوْنَ) “Sesungguhnya orang-orang yang menentang” orang-orang yang melawan (اللهَ وَ رَسُوْلَهُ كُبِتُوْا) “Allah dan Rasūl-Nya pasti mendapat kehinaan” mereka pasti akan memperoleh kehinaan (كَمَا كُبِتَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ) “sebagaimana orang-orang yang sebelum mereka telah mendapat kehinaan” karena mereka menentang rasūl-rasūl mereka. (وَ قَدْ أَنْزَلْنَا آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ) “Sesungguhnya Kami telah menurunkan ayat-ayat yang jelas” yang menunjukkan kebenaran Rasūl. (وَ لِلْكَافِرِيْنَ) “Dan bagi orang-orang yang kafir” yang ingkar kepada ayat-ayat itu (عَذَابٌ مُّهِيْنٌ.) “ada ‘adzāb yang menghinakan” yaitu siksaan yang membuat mereka hina.

يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللهُ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوْا أَحْصَاهُ اللهُ وَ نَسُوْهُ وَ اللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ.

  1. (يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللهُ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوْا أَحْصَاهُ اللهُ وَ نَسُوْهُ وَ اللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ.) “Pada hari ketika mereka semuanya dibangkitkan Allah lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah menghitung ‘amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu”.

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ مَا فِي الْأَرْضِ مَا يَكُوْنُ مِنْ نَّجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَ لَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَ لَا أَدْنَى مِنْ ذلِكَ وَ لَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوْا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوْا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ.

  1. (أَلَمْ تَرَ) “Tidakkah kamu perhatikan” tidakkah kamu ketahui (أَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ مَا فِي الْأَرْضِ مَا يَكُوْنُ مِنْ نَّجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ) “bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya” ya‘ni melalui ‘ilmu-Nya. (وَ لَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَ لَا أَدْنَى مِنْ ذلِكَ وَ لَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوْا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوْا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ.) “Dan tiada pembicaraan antara lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tiada pula pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِيْنَ نُهُوْا عَنِ النَّجْوَى ثُمَّ يَعُوْدُوْنَ لِمَا نُهُوْا عَنْهُ وَ يَتَنَاجَوْنَ بِالْإِثْمِ وَ الْعُدْوَانِ وَ مَعْصِيَتِ الرَّسُوْلِ وَ إِذَا جَاؤُوْكَ حَيَّوْكَ بِمَا لَمْ يُحَيِّكَ بِهِ اللهُ وَ يَقُوْلُوْنَ فِيْ أَنْفُسِهِمْ لَوْ لَا يُعَذِّبُنَا اللهُ بِمَا نَقُوْلُ حَسْبُهُمْ جَهَنَّمُ يَصْلَوْنَهَا فَبِئْسَ الْمَصِيْرُ.

  1. (أَلَمْ تَرَ) “Apakah tidak kamu perhatikan” apakah tidak kamu lihat (إِلَى الَّذِيْنَ نُهُوْا عَنِ النَّجْوَى ثُمَّ يَعُوْدُوْنَ لِمَا نُهُوْا عَنْهُ وَ يَتَنَاجَوْنَ بِالْإِثْمِ وَ الْعُدْوَانِ وَ مَعْصِيَتِ الرَّسُوْلِ) “orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali mengerjakan larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada rasūl” mereka adalah orang-orang Yahudi; Nabi s.a.w. telah melarang mereka dari pembicaraan rahasia yang dahulu sering mereka lakukan. Pembicaraan rahasia mereka itu dalam rangka merencanakan tindakan sabotase terhadap kaum mu’minīn, dimaksud supaya mereka dapat menanamkan keraguan dalam hati kaum mu’minīn. (وَ إِذَا جَاؤُوْكَ حَيَّوْكَ) “Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu” hai Nabi (بِمَا لَمْ يُحَيِّكَ بِهِ اللهُ) “dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu” yaitu perkataan mereka: As-Sāmmu ‘alaika, ya‘ni kematian atasmu. (وَ يَقُوْلُوْنَ فِيْ أَنْفُسِهِمْ لَوْ لَا) “Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri: Mengapa tidak” kenapa tidak (يُعَذِّبُنَا اللهُ بِمَا نَقُوْلُ) “diturunkan ‘adzāb atas kami oleh Allah disebabkan apa yang kita katakan itu?” Ya‘ni salam penghinaan yang kami katakan itu, kalau begitu dia bukanlah seorang nabi, sekalipun dia adalah nabi. (حَسْبُهُمْ جَهَنَّمُ يَصْلَوْنَهَا فَبِئْسَ الْمَصِيْرُ.) “Cukuplah bagi mereka neraka Jahannam yang akan mereka masuki Dan seburuk-buruk tempat kembali” itu adalah neraka Jahannam.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِذَا تَنَاجَيْتُمْ فَلَا تَتَنَاجَوْا بِالْإِثْمِ وَ الْعُدْوَانِ وَ مَعْصِيَتِ الرَّسُوْلِ وَ تَنَاجَوْا بِالْبِرِّ وَ التَّقْوَى وَ اتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ إِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ.

  1. (يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِذَا تَنَاجَيْتُمْ فَلَا تَتَنَاجَوْا بِالْإِثْمِ وَ الْعُدْوَانِ وَ مَعْصِيَتِ الرَّسُوْلِ وَ تَنَاجَوْا بِالْبِرِّ وَ التَّقْوَى وَ اتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ إِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ.) “Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kalian membicarakan tentang berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada rasūl. Dan bicarakanlah tentang berbuat kebaikan dan taqwā. Dan bertaqwālah kepada Allah yang kepada-Nya kalian akan dikembalikan”.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *