Surah al-Muddatstsir 74 – Tafsir Ayat (Bag 3) ~ Tafsir ash-Shabuni

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

Rangkaian Pos: Surah al-Muddatstsir 74 ~ Tafsir ash-Shabuni

Tafsīr Ayat (Bagian 3)

Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar”; Aku akan memasukkan al-Walīd ke dalam neraka Jahannam yang panasnya menyala dan dia rasakan siksanya. “Tahukah kamu apa (neraka) Saqar itu”; pertanyaan untuk membuat memperingatkan dan menakuti. Maksudnya, apa yang kamu ketahui apa neraka Saqar itu? “Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan”; Saqar tidak membiarkan apapun di dalamnya, kecuali ia hancurkan dan tidak membiarkan siapapun orang jahat, kecuali ia membakarnya. Ibnu ‘Abbās berkata: “Saqar tidak membiarkan sedikitpun darah, daging, dan tulang. Jika mereka dikembalikan kepada penciptaan yang baru, maka Saqar kembali membakar mereka dengan lebih hebat daripada sebelumnya. Demikian itu berlangsung terus selama-lamanya.” (8061) “(Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia”; Saqar tampak jelas bagi pandangan umat manusia dari jarak yang jauh karena besarnya. Ini semakna dengan ayat: “Dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat.” (an-Nāzi‘āt: 36). Al-Ḥasan berkata: “Saqar tampak bagi mereka dari jarak lima ratus tahun, sehingga mereka melihatnya dengan mata kepala.” (8072) Saqar tampak oleh mata mereka dan mereka melihatnya tanpa mengawasi atau mendongakkan leher.

Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga)”; para penjaga yang ditugaskan menjaga neraka Saqar ada 19 malaikat dari malaikat Zabāniyah yang kuat. Ini semakna dengan ayat, “Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (at-Taḥrīm: 6). Ibnu ‘Abbās berkata: “Jarak antara dua pundak satu malaikat Zabāniyah adalah perjalanan setahun. Kekuatan satu Zabāniyah apabila memukulkan gada sekali untuk menjebloskan 70,000 manusia ke dasar Jahannam. Al-Alūsī berkata: “Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās, ketika turun ayat: “Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga),” Abū Jahal berkata kepada kaum Quraisy: “Ibu kalian kehilangan kalian. Kami mendengar Ibnu Abī Kabsyah (yakni Muḥammad) mengatakan: bahwa penjaga neraka berjumlah 19. Sedangkan kalian adalah kelompok orang-orang pemberani. Apakah tiap orang dari kalian tidak mampu untuk mengalahkan satu penjaga? Abū Asad al-Jumahī yang sangat kuat berkata: “Kami mengalahkan 17 penjaga, sedangkan kalian bertugas mengalahkan dua orang yang lain.” (8083) Maka Allah menurunkan ayat ini: “Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaika”; Kami tidak menjadikan penjaga neraka, kecuali dari bangsa malaikat yang kasar dan kuat. Kami tidak menjadikan mereka dari bangsa manusia, sebab bisa dikalahkan oleh orang kafir: “dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu, melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir”; Kami tidak menjadikan jumlah itu, kecuali sebagai penyebab fitnah dan kesesatan orang kafir. Mereka menganggap jumlah itu sedikit kemudian menertawakannya. Sampai Abū Jahal berkata: “Apakah tiap seratus orang dari kalian tidak mampu untuk mengalahkan satu penjaga, lalu keluar dari neraka?” (8094). Ath-Thabarī berkata: “Allah memberitakan mengenai penjaga Jahannam sebagai fitnah bagi orang kafir. Sebab, mereka mendustakan hal itu. Sebagian mereka berkata kepada teman-temannya untuk menertawakan: “Kami akan membereskan mereka untuk kalian.” (8105) “supaya orang-orang yang diberi al-Kitāb menjadi yakin”; agar Ahli Kitab yakin tentang kebenaran Muḥammad dan bahwa al-Qur’ān ini dari sisi Allah. Sebab, mereka menjumpai jumlah tersebut pada kitab suci mereka. “dan supaya orang yang beriman bertambah imannya”; dan orang mu’min bertambah membenarkan Allah dan Rasūlullāh dengan apa yang mereka saksikan tanda-tanda kebenaran berita-berita Nabi s.a.w. dan penerimaan Ahli Kitab terhadap isi al-Qur’ān karena sesuai dengan Taurāt dan Injīl. “dan supaya orang-orang yang diberi al-Kitāb dan orang-orang mu’min itu tidak ragu-ragu”; dan Ahli Kitab dan orang mu’min tidak bimbang mengenai jumlah penjaga tersebut. Ini menguatkan ayat sebelumnya. Sebab, keyakinan meniadakan keraguan. (8116) “dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan”; dan supaya orang yang ada kebimbangan serta kemunafikan dalam hatinya dan kaum kafir Makkah berkata: “Apa yang dikehendaki Allah dengan ucapan yang mengherankan yang menakut-nakuti kita dengan Saqar dan para penjaganya yang berjumlah 19? Ar-Rāzī berkata: “Menegaskan keyakinan dalam sebagian kondisi tidak berarti ada keraguan setelah itu. Tujuan ayat ini ingin mengulangi penegasan keyakinan yang kuat, sehingga setelah itu tidak ada lagi kebimbangan. Nabi s.a.w. sudah tahu dari sifat kaum kafir Quraisy. Jika beliau memberitahukan jumlah tersebut yang mengherankan, maka mereka menertawakan jumlah tersebut yang mengherankan, maka mereka menertawakannya. Itulah sebabnya Allah menjelaskan tujuan dari penuturan berita ini. (8127) “Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya”; sebagaimana Allah menyesatkan Abū Jahal dan kawan-kawannya, Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk siapa yang Dia kehendaki. (8138) Allah memiliki hikmah sempurna dan hujjah kuat dalam segala urusan. “Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu, melainkan Dia sendiri”; tidak ada yang tahu jumlah malaikat, kekuatan, besarnya fisik, kecuali Allah semata. Ayat ini membantah Abū Jahal yang mengatakan: “Tidakkah Tuhan Muhammad tidak mempunyai pembantu, selain sembilan belas saja?”; “Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia”; neraka yang dijelaskan oleh Allah kepada kalian ini, hanyalah nasihat dan petuah bagi makhluk agar mereka takut dan taat kepada-Nya.

Sekali-kali tidak, demi bulan”; kalimat untuk melarang dan mencegah. Kemudian Allah bersumpah dengan bulan, bahwa Saqar adalah nyata. Maknanya, hendaknya orang-orang yang menertawakan wahyu dan al-Qur’an menghentikan perbuatan buruk mereka. Allah bersumpah dengan bulan. “dan malam ketika telah berlalu”; Allah juga bersumpah demi malam ketika pergi dengan kegelapannya. “dan shubuh apabila mulai terang”; dan demi shubuh ketika bersinar dan cahayanya tersebar di segala penjuru. “Sesungguhnya Saqar itu adalah salah satu bencana yang amat besar”; Jahannam adalah salah satu bencana besar yang berbahaya. Lalu bagaimana mereka menertawakannya dan mendustakannya? Abū Ḥayyān berkata: “Allah bersumpah dengan beberapa benda tersebut untuk memuliakannya. Juga mengingatkan keajaiban kekuasaan Allah yang ada padanya. Allah bersumpah, bahwa neraka Jahannam adalah salah satu bencana besar yang tiada taranya. (8149) Ayat ini mengisyaratkan bahwa matahari dan bulan diciptakan Allah dan keduanya tunduk pada perintah Allah, baik dalam bergerak, terang maupun timbulnya siang dan malam. Keduanya sujud di hadapan kekuasaan dan keperkasaan Allah. Lalu, bagaimana manusia pantas menyembah keduanya dan kufur kepada Tuhan yang menciptakan keduanya? Kemudian Allah berfirman mengenai Jahannam: “sebagai ancaman bagi manusia”; Jahannam adalah peringatan bagi makhluk agar mereka taqwa kepada Tuhan mereka. “(yaitu) bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mundur”; bagi hamba yang ingin mendekatkan diri kepada Allah dengan berbuat kebaikan atau mundur dengan melakukan dosa yang menghancurkan pahala. Dalam al-Baḥr-u-Muḥīth disebutkan: “Yang dimaksudkan maju mundur adalah melakukan kebaikan dan tidak melakukannya. Sama dengan ayat lainnya: “Maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.” (81510) (al-Kahfi: 29). Ibnu ‘Abbās berkata: Barang siapa ingin (kebaikan), maka dia taat kepada Allah. Barang siapa ingin (keburukan), maka dia tidak taat kepada Allah dengan durhaka kepada-Nya.” (81611).

Catatan:

 


  1. 806). At-Tafsīr-ul-Kabīr, 30/202. 
  2. 807). Sebagian ulama tafsir berpendapat, bahwa tafsir ayat ini adalah pembakar kulit manusia. Saqar menghanguskan kulit, sehingga kulit lebih hitam daripada malam. Namun tafsir yang jelas adalah apa yang kami sebutkan, sebab Allah telah menyebutkan sifat Saqar sebelumnya: “Saqar itu tidak meninggalkan (menyisakan) dan tidak membiarkan.” Apa faedahnya menyifati Saqar bahwa ia menghitamkan kulit setelah itu? Tafsir yang kami pilih adalah yang dirajihkan oleh al-Qurthubī dan dia menisbatkannya kepada Ibnu ‘Abbās. Demikian juga yang dirajihkan oleh Imām rs (?????). Wallāhu a‘lam
  3. 808). Tafsīr-ul-Alūsī, 29/126. 
  4. 809). Al-Qurthubī, 19/79. 
  5. 810). Tafsīr-uth-Thabarī, 29/101. 
  6. 811). Hal ini dikutip oleh penyusun at-Tasḥīl dari az-Zamakhsyarī. 
  7. 812). At-Tafsīr-ul-Kabīr, 30/206 agar kami ubah redaksinya. 
  8. 813). Ulama tauhid berkata: “Makna Allah menyesatkan dan memberi petunjuk bukanlah bahwa Allah memaksa hamba untuk sesat dan mendapat petunjuk. Bukan pula bahwa Allah memaksa mereka untuk melewati jalan baik atau jalan buruk. Mustahil demikian, sebab pemaksaan itu bertentangan dengan keadilan Allah, bahkan bertentangan dengan hikmah syariat samawi. Juga tidak sesuai dengan nash-nash mutawatir yang menunjukkan bahwa hamba mempunyai kehendak dan ikhtiar yang keduanya merupakan dasar taklīf (pembebanan syariat) dan hukuman. Demikianlah pemahaman sahabat dan salaf saleh. Seorang lelaki bertanya kepada ‘Alī: “Apakah perjalanan anda untuk menyerang Syam itu dengan takdir dan keputusan Allah?” ‘Alī menjawab: “Kasihan kamu, barangkali kamu menyangka takdir yang pasti dan keputusan yang harus. Seandainya seperti itu, maka batallah pahala dan siksa dan tidak ada janji serta ancaman.” Allah memerintah hamba dengan memberi pilihan dan melarang mereka untuk memperingatkan dan menakut-nakuti. Allah membebankan hal yang ringan kepada mereka dan tidak membebankan hal berat kepada mereka. Allah tidak menurunkan kitab tanpa tujuan dan tidak menciptakan langit bumi serta isinya dengan sia-sia. Ini makna petunjuk dan kesesatan. 
  9. 814). Al-Baḥr-ul-Muḥīth, 8/378. 
  10. 815). Al-Baḥr-ul-Muḥīth, 8/379. 
  11. 816). Tafsīr-uth-Thabarī, 29/103. 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *