Surah al-Muddatstsir 74 ~ Tafsir asy-Syaukani (4/7)

Dari Buku:
TAFSIR FATHUL-QADIR
(Jilid 12, Juz ‘Amma)
Oleh: Imam asy-Syaukani

Penerjemah: Amir Hamzah, Besus Hidayat Amin
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

Rangkaian Pos: Surah al-Muddatstsir 74 ~ Tafsir al-Munir – asy-Syaukani

Hannād meriwayatkan dari Abū Sa‘īd al-Khudrī tentang firman-Nya: (سَأُرْهِقُهُ صَعُوْدًا.) “Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan” ia menjelaskan: “Itu adalah sebuah gunung di neraka, mereka dibebankan untuk mendakinya, dan tatkala mereka meletakkan tangannya untuk mendaki, maka tangan-tangan itu meleleh, dan tatkala mereka mengangkat kembali tangan mereka, maka tangan-tangan itu kembali seperti semula.”

Ibnu Jarīr dan Ibnu Mundzir meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās tentang (عَنِيْدًا) “menentang”, ia menjelaskan: “Ingkar”. Dan diriwayatkan oleh Aḥmad, at-Tirmidzī, Ibnu Jarīr, Ibnu Mundzir, Ibnu Abī Ḥātim, Ibnu Ḥibbān, al-Ḥākim dan ia menilainya shaḥīḥ, Ibnu Mardawaih, dan al-Baihaqī, dari Abū Sa‘īd, dari Nabi s.a.w., beliau bersabda:

الصَّعُوْدُ جَبَلٌ فِي النَّارِ يَصْعَدُ فِيْهِ الْكَافِرُ سَبْعِيْنَ خَرِيْفًا ثُمَّ يَهْوِيْ وَ هُوَ كَذلِكَ فِيْهِ أَبَدًا.

Sha‘ūd adalah sebuah gunung di neraka, yang orang-orang kafir mendakinya selama tujuh puluh tahun, kemudian mereka terjatuh lagi, dan demikian selamanya.” (1661)

Setelah meriwayatkan hadits ini at-Tirmidzi berkomentar: “Gharīb (janggal), kami tidak mengetahuinya melainkan dari hadits Ibnu Lahī‘ah dari Darrāj.” Ibnu Katsīr berkomentar: “Pada hadits ini terdapat kejanggalan dan sesuatu yang meragukan.”

Sekelompok ulama (jamā‘ah) meriwayatkan dari perkataan Abū Sa‘īd, dan Ibnu Abī Ḥātim meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās: Ia berkata: (صَعُوْدًا) “pendakian yang memayahkan” adalah sebuah batu di neraka yang orang-orang kafir diseret dengan wajahnya ke atasnya. Ibnu Mundzir juga meriwayatkan darinya, ia berkata: “Sebuah gunung di neraka.” Ibnu Mundzir juga meriwayatkan darinya tentang firman Allah: (لَا تُبْقِيْ وَ لَا تَذَرُ) “Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan”, ia menjelaskan: “Tidak menyisakan sedikitpun dari mereka, dan tatkala mereka sudah diganti dengan penciptaan yang baru, maka neraka tidak akan meloloskannya untuk dapat melewati adzab yang pertama.”

‘Abd bin Ḥumaid juga meriwayatkan darinya tentang: (لَوَّاحَةٌ لِّلْبَشَرِ) “(Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia”, ia menjelaskan: “Menyulut kulit hingga membakarnya dan merubah warnanya menjadi lebih hitam dari gelapnya malam.” Ibnu Mundzir dan Ibnu Abī Ḥātim meriwayatkan darinya juga, (لَوَّاحَةٌ) “(Neraka Saqar) adalah pembakar”, ia berkomentar: “Membakar.”

Ibnu Abī Ḥātim, Ibnu Mardawaih, dan al-Baihaqī di dalam al-Ba‘ts meriwayatkan dari al-Barrā’: bahwa sekelompok orang dari kaum Yahudi menanyakan kepada sebagian sahabat Nabi s.a.w. tentang para penjaga neraka Jahannam. Para sahabat menjawab: “Allah dan Rasūl-Nya yang lebih mengetahui.” Maka datanglah Jibrīl untuk mengabarkan kepada Nabi s.a.w., dan turunlah saat itu: (عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ) “Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).

 

وَ مَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلآئِكَةً وَ مَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتَابَ وَ يَزْدَادَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِيْمَانًا وَ لَا يَرْتَابَ الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتَابَ وَ الْمُؤْمِنُوْنَ وَ لِيَقُوْلَ الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ وَ الْكَافِرُوْنَ مَاذَا أَرَادَ اللهُ بِهذَا مَثَلًا، كَذلِكَ يُضِلُّ اللهُ مَنْ يَشَاءُ وَ يَهْدِيْ مَنْ يَشَاءُ، وَ مَا يَعْلَمُ جُنُوْدَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ، وَ مَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ. كَلَّا وَ الْقَمَرِ. وَ اللَّيْلِ إِذْ أَدْبَرَ. وَ الصُّبْحِ إِذَا أَسْفَرَ. إِنَّهَا لَإِحْدَى الْكُبَرِ. نَذِيْرًا لِّلْبَشَرِ. لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَتَقَدَّمَ أَوْ يَتَأَخَّرَ.

74: 31. Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi al-Kitāb menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi al-Kitab dan orang-orang mu’min itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): “Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?” Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya, dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia Sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.
74: 32. Sekali-kali tidak, demi bulan,
74: 33. dan malam ketika telah berlalu,
74: 34. dan shubuh apabila mulai terang.
74: 35. Sesungguhnya Saqar itu adalah salah satu bencana yang amat besar.
74: 36. sebagai ancaman bagi manusia.
74: 37. (Yaitu) bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mnudur.
(al-Muddatstsir [74]: 31-37).

 

Ketika diturunkan firman Allah: (عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ) “Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).” Abū Jahal berkata: “Muḥammad tidak memiliki teman kecuali sembilan belas orang, Muḥammad mencoba menakut-nakuti kalian dengan sembilan belas penjaga, sementara kalian sangat banyak. Apakah tidak mampu setiap seratus orang dari kalian untuk menghajar satu orang dari mereka dan keluar dari neraka?” dan Abul-Asyad berkata – dia adalah seorang lelaki dari Bani Jamah – : “Wahai sekalian kaum Quraisy, pada Hari Kiamat kelak, aku akan berjalan di hadapan kalian, akan aku dorong sepuluh penjaga neraka dengan pundak kananku dan sembilan dengan pundak kiriku, lalu kita lewat dan masuk surga.”

Maka Allah menurungkan: (وَ مَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلآئِكَةً) “Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat.” Yakni: Kami tidak menjadikan para pengatur neraka dan penyiksa penghuni di dalamnya melainkan para malaikat, siapa yang sanggup menghadapi malaikat dan mengalahkannya? Lantas bagaimana kalian wahai orang-orang kafir mengira dapat mengalahkan para malaikat? Suatu pendapat mengatakan: “Penjaga-penjaga itu terdiri dari para malaikat, karena malaikat berbeda dengan jin dan manusia, maka tidak dibayangkan sama sekali bahwa mereka akan melemah dan merasa kasihan.” Pendapat lain mengatakan: “Karena para malaikat adalah makhluk Allah yang paling taat kepada-Nya, murka dengan kemurkaan-Nya, paling kuat dan paling perkasa.”

(وَ مَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً) “dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan”, yakni, penyesatan. (لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا) “bagi orang-orang kafir,” yang menganggap sedikit jumlah itu, sebagai cobaan bagi mereka, dan maknanya: Tidaklah Kami menjadikan jumlah yang disebutkan ini, di dalam al-Qur’ān, melainkan untuk penyesatan (dengan menganggap remeh) dan cobaan bagi mereka hingga mereka mengatakan apa yang hendak mereka katakan, supaya adzab berlipat ganda atas mereka dan kemurkaan Allah semakin besar terhadap mereka.

Ada yang mengatakan makna (إِلَّا فِتْنَةً) “melainkan untuk jadi cobaan” adalah “melainkan untuk jadi adzab”, sebagaimana dalam firman Allah: (يَوْمَ هُمْ عَلَى النَّارِ يُفْتَنُوْنَ) “Hari (Pembalasan itu) ialah pada hari ketika mereka diadzab di atas api neraka.” (adz-Dzāriyāt [51]: 13). Yakni: Diadzab. Dan huruf lām di dalam firman-Nya: (لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتَابَ) “supaya orang-orang yang diberi al-Kitāb menjadi yakin” berkaitan dengan (جَعَلْنَا) “Kami jadikan”, dan yang dimaksud dengan ahl-ul-kitāb (orang-orang yang diberi al-Kitāb) di sini adalah orang-orang Yahudi dan Nashrani, supaya apa yang diturunkan di dalam al-Qur’ān bahwa jumlah penjaga neraka adalah sembilan belas malaikat, sesuai dengan apa yang ada di dalam kitab-kitab mereka. Ini dikatakan oleh Qatādah, adh-Dhaḥḥāk, Mujāhid, dan lain-lain.

Maknanya: bahwa Allah menyebutkan penjaga neraka dengan jumlah ini, supaya kaum Yahudi dan Nashrani meyakini akan kenabian Muḥammad s.a.w. karena sesuainya pernyataan al-Qur’ān dengan yang ada di dalam kitab-kitab mereka.

(وَ يَزْدَادَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِيْمَانًا) “dan supaya orang yang beriman bertambah imannya” Ada yang berpendapat bahwa maksud “orang-orang yang beriman” di sini adalah dari kalangan ahl-ul-kitāb, seperti: ‘Abdullāh bin Salām. Ada juga yang mengatakan maksud dari “orang-orang yang beriman” di sini adalah orang-orang mu’min dari umat Nabi s.a.w. Maknanya: Supaya menjadi tambahan keyakinan untuk keyakinan yang telah ada pada mereka ketika mereka melihat bahwa apa yang ada di dalam kitab-kitab itu sesuai dengan yang ada di dalam al-Qur’ān.

Firman Allah: (وَ لَا يَرْتَابَ الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتَابَ وَ الْمُؤْمِنُوْنَ) “dan supaya orang-orang yang diberi al-Kitab dan orang-orang mu’min itu tidak ragu-ragu” menjadi penguat untuk harapan adanya keyakinan dan bertambahnya keimanan. Dan maknanya: Meniadakan keragu-raguan dari mereka di dalam urusan agama, atau bahwa jumlah penjaga neraka itu sembilan belas, sebetulnya sudah tidak diragukan lagi oleh orang-orang yang beriman, melainkan itu menjadi pemaparan untuk selain mereka dari orang-orang yang di dalam hatinya masih ada keraguan.

(وَ لِيَقُوْلَ الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ وَ الْكَافِرُوْنَ مَاذَا أَرَادَ اللهُ بِهذَا مَثَلًا) “dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): “Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?”” Maksud “orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit” adalah orang-orang munafik. Sekalipun surah ini diturunkan di Makkah, dan saat itu belum ada orang munafik, namun surah ini sebagai pemberitahuan akan apa yang terjadi di Madinah. Atau, yang dimaksud “penyakit” di sini sekedar adanya kebimbangan dan keraguan, dan itu terdapat pada orang-orang kafir.

Al-Ḥusain bin al-Fadhl berkata: “Surah ini diturunkan di Makkah, dan di Makkah belum ada kemunafikan, maka yang dimaksud “penyakit” di sini adalah penentangan. Dan yang dimaksud (وَ الْكَافِرُوْنَ) “orang-orang kafir” di sini adalah orang-orang kafir ‘Arab, dari Makkah dan lainnya.

(مَاذَا أَرَادَ اللهُ بِهذَا مَثَلًا) ““Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?”” yakni: Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan yang aneh ini sebagai perumpamaan yang janggal? Al-Laits berkata: “Perumpamaan pembicaraan, di antaranya firman Allah: (مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِيْ وُعِدَ الْمُتَّقُوْنَ) “(apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa.” (Muḥammad [47]: 15) yakni, pembicaraannya adalah berita tentangnya.

(كَذلِكَ يُضِلُّ اللهُ مَنْ يَشَاءُ) “Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya.” Yakni, seperti penyesatan yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu melalui firman-Nya: (وَ مَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا) “dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir”.

(يُضِلُّ اللهُ مَنْ يَشَاءُ) “Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya” dari hamba-hambaNya. Huruf kāf di sini sebagai na‘t (sifat) untuk mashdar yang dihilangkan. (وَ يَهْدِيْ مَنْ يَشَاءُ) “dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya” dari hamba-hambaNya. Dan maknanya: Seperti perumpamaan penyesatan bagi orang-orang kafir dan petunjuk bagi orang-orang yang dikehendaki-Nya untuk diberi petunjuk. Ada juga yang mengatakan bahwa maknanya: Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dari surga dan menunjukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya kepadanya (surga).

(وَ مَا يَعْلَمُ جُنُوْدَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ) “Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia Sendiri”. Yakni, mengetahui jumlah ciptaan-Nya dan ukuran jumlahnya dari para malaikat dan yang lainnya, melainkan Dia Sendiri, dan tidak dapat diketahui oleh siapapun. ‘Athā’ berkata: “Yakni: jumlah para melaikat yang Allah ciptakan untuk menyiksa para penghuni neraka, tidak ada yang mengetahui jumlahnya melainkan Allah saja. Maknanya: bahwa para penjaga neraka, sekalipun mereka berjumlah sembilan belas, namun mereka mempunyai bala tentara dan teman-teman dari kalangan malaikat yang tidak diketahui selain oleh Allah s.w.t.

Kemudian Allah kembali menyebutkan tentang Saqar, Allah berfirman: (وَ مَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ) “Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.” Yakni: Dan tidaklah Saqar serta jumlah penjaganya melainkan sebagai peringatan dan pengingat bagi alam semesta. Ada yang mengatakan: (وَ مَا هِيَ) “Dan Saqar itu tiada lainyakni: petunjuk-petunjuk, bukti-bukti, dan al-Qur’ān, melainkan sebagai peringatan untuk manusia.

Az-Zujjāj berkata: “Api dunia menjadi pengingat untuk api neraka”, dan ini pendapat yang jauh. Ada yang mengatakan: “Tidaklah penyebutan jumlah para penjaga neraka itu melainkan untuk menjadi peringatan bagi manusia, supaya mereka mengetahui kesempurnaan kekuasaan Allah, dan bahwa Allah tidak membutuhkan pendukung dan penolong.” Ada pula yang mengatakan dhamir dalam firman-Nya: (وَ مَا هِيَ) “Dan Saqar itu tiada lain kembali kepada bala tentara.

Catatan:

  1. 166). Dha‘īf, Aḥmad (3/75), at-Tirmidzī (3326), dan disebutkan oleh al-Albānī di dalam Dha‘īf-ul-Jāmi‘ (3/3554).

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *