Surah al-Muddatstsir 74 ~ Tafsir al-Jalalain

Dari Buku:
Tafsir Jalalain.
(Jilid 4. Dari Sūrat-uz-Zumar sampai Sūrat-un-Nās)
Oleh: Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

074

SŪRAT-UL-Muddatstsir

Makkiyyah, 56 ayat

Turun sesudah Sūrat-ul-Muzzammil

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ.

1. (يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ.) “Hai orang yang berselimut!” yakni Nabi s.a.w. Bentuk asal lafal al-muddatstsir ialah al-mutadatstsir, kemudian huruf tā’ diidgamkan kepada huruf dāl sehingga jadilah al-Muddatstsir, artinya orang yang menyelimuti dirinya dengan pakaiannya sewaktu wahyu turun kepadanya.

قُمْ فَأَنْذِرْ.

2. (قُمْ فَأَنْذِرْ.) “Bangunlah, lalu berilah peringatan” maksudnya pertakutilah penduduk Makkah dengan neraka jika mereka tidak mau beriman.

وَ رَبَّكَ فَكَبِّرْ.

3. (وَ رَبَّكَ فَكَبِّرْ.) “Dan Rabbmu agungkanlah” agungkanlah Dia dari persekutuan yang diada-adakan oleh orang-orang musyrik.

وَ ثِيَابَكَ فَطَهِّرْ.

4. (وَ ثِيَابَكَ فَطَهِّرْ.) “Dan pakaianmu bersihkanlah” dari najis, atau pendekkanlah pakaianmu sehingga berbeda dengan kebiasaan orang-orang ‘Arab yang selalu menguntaikan pakaian mereka hingga menyentuh tanah di kala mereka menyombongkan diri, karena dikhawatirkan akan terkena barang yang najis.

وَ الرُّجْزَ فَاهْجُرْ.

5. (وَ الرُّجْزَ) “Dan perbuatan dosa” lafal Ar-Rujza ditafsirkan oleh Nabi s.a.w. berhala-berhala (فَاهْجُرْ) “tinggalkanlah” hal itu untuk selama-lamanya.

وَ لَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ.

6. (وَ لَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ.) “Dan janganlah kamu memberi dengan maksud memperoleh balasan yang lebih banyak” lafal Tastaktsiru dibaca Rafa‘ berkedudukan sebagai Ḥāl atau kata keterangan keadaan. Maksudnya, janganlah kamu memberi sesuatu dengan tujuan untuk memperoleh balasan yang lebih banyak dari apa yang telah kamu berikan. Hal ini khusus berlaku hanya bagi Nabi saw. karena sesungguhnya dia diperintahkan untuk mengerjakan akhlak-akhlak yang paling mulia dan pekerti yang paling baik.

وَ لِرَبِّكَ فَاصْبِرْ.

7. (وَ لِرَبِّكَ فَاصْبِرْ.) “Dan kepada Rabbmu bersabarlah” di dalam melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-laranganNya.

فَإِذَا نُقِرَ فِي النَّاقُوْرِ.

8. (فَإِذَا نُقِرَ فِي النَّاقُوْرِ.) “Apabila ditiup sangkakala” untuk tiupan yang kedua, guna membangkitkan manusia.

فَذلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيْرٌ.

9. (فَذلِكَ) “Maka waktu itu” waktu peniupan sangkakala yang kedua (يَوْمَئِذٍ) “adalah waktu” lafal Yauma’idzin berkedudukan menjadi Badal dari lafal yang sebelumnya, dan sekaligus menjadi Mubtada’. Lafal Yauma’idzin di-mabnī-kan karena mengingat di-mudhāf-kan kepada Isim yang Ghairu Mutamakkin. Kemudian yang menjadi Khabar-nya ialah (يَوْمٌ عَسِيْرٌ) “datangnya hari yang sulit‘Āmil yang mempengaruhi lafal Idza adalah kalimat yang disimpulkan dari pengertian keseluruhannya. Yakni pada hari itu perkara dirasakan amat berat.

عَلَى الْكَافِرِيْنَ غَيْرُ يَسِيْرٍ.

10. (عَلَى الْكَافِرِيْنَ غَيْرُ يَسِيْرٍ.) “Bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah” di dalam ungkapan ini terkandung pengertian, bahwa keadaan pada hari itu dirasakan amat ringan oleh orang-orang yang beriman di balik kesulitan yang dirasakan oleh orang-orang kafir.

ذَرْنِيْ وَ مَنْ خَلَقْتُ وَحِيْدًا.

11. (ذَرْنِيْ) “Biarkanlah Aku” artinya, serahkanlah kepada-Ku (وَ مَنْ خَلَقْتُ) “untuk menindak orang yang Aku ciptakan” lafal Waman di-‘athaf-kan kepada Maf‘ūl atau kepada Maf‘ūl Ma‘ah (وَحِيْدًا) “dalam keadaan sendirian” menjadi Ḥāl atau kata keterangan keadaan bagi lafal Man, atau bagi Dhamīr-nya yang tidak disebutkan. Maksudnya, orang yang diciptakan-Nya hanya dia sendiri, tanpa keluarga, tanpa harta benda, dia adalah Walīd bin Mughīrah al-Makhzūmī.

وَ جَعَلْتُ لَهُ مَالًا مَّمْدُوْدًا.

12. (وَ جَعَلْتُ لَهُ مَالًا مَّمْدُوْدًا.) “Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak” harta yang luas dan berlimpah, berupa tanam-tanaman, susu perahan, dan perniagaan.

وَ بَنِيْنَ شُهُوْدًا.

13. (وَ بَنِيْنَ) “Dan anak-anak” yang jumlahnya sepuluh orang atau lebih (شُهُوْدًا) “yang selalu bersama dia” di kala menyaksikan perayaan-perayaan dan kamu pun mendengar tentang persaksian mereka itu.

وَ مَهَّدْتُّ لَهُ تَمْهِيْدًا.

14. (وَ مَهَّدْتُّ) “Dan Kulapangkan” Kuluaskan (لَهُ) “baginya” kehidupan, umurnya dan anak-anak yang dimilikinya (تَمْهِيْدًا) “dengan selapang-lapangnya.”

ثُمَّ يَطْمَعُ أَنْ أَزِيْدَ.

15. (ثُمَّ يَطْمَعُ أَنْ أَزِيْدَ.) “Kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahkannya.”

كَلَّا إِنَّهُ كَانَ لِآيَاتِنَا عَنِيْدًا.

16. (كَلَّا) “Sekali-kali tidak” Aku tidak akan memberikan tambahan lagi kepadanya selain dari hal tersebut (إِنَّهُ كَانَ لِآيَاتِنَا) “karena sesungguhnya dia terhadap ayat-ayat Kami” yakni terhadap al-Qur’ān (عَنِيْدًا) “selalu menentang” selalu melawan dan ingkar.

سَأُرْهِقُهُ صَعُوْدًا.

17. (سَأُرْهِقُهُ) “Aku akan membebaninya” Aku akan memberatinya (صَعُوْدًا) “mendaki pendakian yang memayahkan” yaitu kepayahan karena adzab; atau gunung api yang dia daki, kemudian dia jatuh, demikianlah untuk selama-lamanya.

إِنَّهُ فَكَّرَ وَ قَدَّرَ.

18. (إِنَّهُ فَكَّرَ) “Sesungguhnya dia telah memikirkan” tentang apa yang dikatakannya mengenai al-Qur’ān yang ia dengar dari Nabi s.a.w. (وَ قَدَّرَ) “dan menetapkan” di dalam dirinya hal tersebut.

فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ.

19. (فَقُتِلَ) “Maka celakalah dia” dikutuk dan diadzablah dia. (كَيْفَ قَدَّرَ) “Bagaimanakah dia menetapkan?” maksudnya, keadaan apakah yang telah ditetapkannya itu?

ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ.

20. (ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ.) “Kemudian celakalah dia. Bagaimanakah dia menetapkan?

ثُمَّ نَظَرَ.

21. (ثُمَّ نَظَرَ.) “Kemudian ia memikirkan” rencana yang ditekuninya itu, atau dia melayangkan pandangannya ke muka kaumnya.

ثُمَّ عَبَسَ وَ بَسَرَ.

22. (ثُمَّ عَبَسَ) “Sesudah itu dia bermasam muka” mukanya cemberut dan suram karena merasa sempit dengan apa yang dikatakannya (وَ بَسَرَ) “dan merengut” makin bertambah masam mukanya.

ثُمَّ أَدْبَرَ وَ اسْتَكْبَرَ.

23. (ثُمَّ أَدْبَرَ) “Kemudian dia berpaling” dari iman (وَ اسْتَكْبَرَ) “dan menyombongkan diri” sombong tidak mau mengikut Nabi s.a.w.

فَقَالَ إِنْ هذَا إِلَّا سِحْرٌ يُؤْثَرُ.

24. (فَقَالَ) “Lalu dia berkata” di dalam menanggapi apa yang didatangkan oleh Nabi saw. yakni al-Qur’ān (إِنْ) ““Tiada lain” (هذَا إِلَّا سِحْرٌ يُؤْثَرُ.) “al-Qur’ān ini hanyalah sihir yang dipelajari”” maksudnya, yang diambil dari tukang-tukang sihir.

إِنْ هذَا إِلَّا قَوْلُ الْبَشَرِ.

25. (إِنْ) “Tiada lain” (هذَا إِلَّا قَوْلُ الْبَشَرِ) “ini hanyalah perkataan manusia” sama dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang musyrik lainnya, yaitu bahwasanya al-Qur’ān ini diajarkan kepadanya oleh manusia.

سَأُصْلِيْهِ سَقَرَ.

26. (سَأُصْلِيْهِ) “Aku akan memasukkannya” akan menjerumuskannya (سَقَرَ) “ke dalam Saqar” yakni neraka Jahannam.

وَ مَا أَدْرَاكَ مَا سَقَرُ.

27. (وَ مَا أَدْرَاكَ مَا سَقَرُ.) “Tahukah kamu, apakah Saqar itu?” ungkapan ini menggambarkan tentang kedahsyatannya.

لَا تُبْقِيْ وَ لَا تَذَرُ.

28. (لَا تُبْقِيْ وَ لَا تَذَرُ.) “Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan” sedikit pun dari daging dan otot melainkan dia melahapnya habis-habisan, kemudian daging dan otot itu kembali seperti semula, lalu dilahapnya lagi, demikianlah seterusnya.

لَوَّاحَةٌ لِّلْبَشَرِ.

29. (لَوَّاحَةٌ لِّلْبَشَرِ) “Lagi sangat membakar kulit manusia” membakar permukaan kulit dengan cepat.

عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ.

30. (عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ) “Di atasnya ada sembilan belas” malaikat yang bertugas menjaganya. Seorang di antara orang-orang kafir yang terkenal dengan kekuatan dan kekerasan tubuhnya mengatakan: “Aku menjamin kalian untuk dapat mengalahkan tujuh belas malaikat itu, dan kalian harus menjamin aku untuk dapat mengalahkan dua malaikat lainnya.” Maka Allah berfirman:

وَ مَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلآئِكَةً وَ مَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتَابَ وَ يَزْدَادَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِيْمَانًا وَ لَا يَرْتَابَ الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتَابَ وَ الْمُؤْمِنُوْنَ وَ لِيَقُوْلَ الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ وَ الْكَافِرُوْنَ مَاذَا أَرَادَ اللهُ بِهذَا مَثَلًا، كَذلِكَ يُضِلُّ اللهُ مَنْ يَشَاءُ وَ يَهْدِيْ مَنْ يَشَاءُ، وَ مَا يَعْلَمُ جُنُوْدَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ، وَ مَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ

31. (وَ مَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلآئِكَةً) “Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan malaikat” yakni mereka tidak akan dapat dilawan, tidak sebagaimana yang diduga oleh orang-orang kafir (وَ مَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ) “dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka” yang sembilan belas itu (إِلَّا فِتْنَةً) “melainkan untuk jadi cobaan” atau membawa kepada kesesatan (لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا) “bagi orang-orang kafir” seumpamanya mereka mengatakan, mengapa jumlah malaikat-malaikat penjaga neraka itu hanya sembilan belas? (لِيَسْتَيْقِنَ) “supaya menjadi yakin” menjadi tambah jelas (الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتَابَ) “orang-orang yang diberi Alkitab” artinya, supaya orang-orang Yahudi yakin akan kebenaran Nabi s.a.w. yang telah menyatakan bahwa jumlah mereka sembilan belas malaikat, dan ini sesuai dengan keterangan yang terdapat di dalam kitab mereka (وَ يَزْدَادَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا) “dan supaya orang-orang yang beriman bertambah” yaitu, orang-orang yang beriman dari kalangan ahli kitab (إِيْمَانًا) “imannya” kepercayaannya, karena apa yang dijelaskan oleh Nabi s.a.w. itu sesuai dan cocok dengan keterangan yang terdapat di dalam Kitab mereka (وَ لَا يَرْتَابَ الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتَابَ وَ الْمُؤْمِنُوْنَ) “dan supaya orang-orang yang diberi Alkitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu” yaitu orang-orang yang beriman bukan dari kalangan mereka; tentang bilangan malaikat-malaikat penjaga neraka itu (وَ لِيَقُوْلَ الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ) “dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit” berupa keragu-raguan; mereka berada di Madinah (وَ الْكَافِرُوْنَ) “dan orang-orang kafir mengatakan” yaitu orang-orang kafir Makkah: (مَاذَا أَرَادَ اللهُ بِهذَا) Apakah yang dikehendaki Allah dengan hal iniyakni bilangan ini (مَثَلًا،) “sebagai suatu perumpamaan?” mereka menamakannya sebagai perumpamaan, karena hal itu amat aneh didengar oleh mereka. Lafal Matsalan berkedudukan sebagai Ḥāl atau kata keterangan keadaan. (كَذلِكَ) “Demikianlah” sebagaimana disesatkan-Nya orang yang tidak mempercayai bilangan ini, dan diberi-Nya petunjuk orang yang percaya kepada-Nya (يُضِلُّ اللهُ مَنْ يَشَاءُ وَ يَهْدِيْ مَنْ يَشَاءُ، وَ مَا يَعْلَمُ جُنُوْدَ رَبِّكَ) “Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Rabbmu” yaitu malaikat-malaikat tentang kekuatan dan kemampuan mereka (إِلَّا هُوَ، وَ مَا هِيَ) “melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain” neraka itu (إِلَّا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ) “hanyalah peringatan bagi manusia.

كَلَّا وَ الْقَمَرِ.

32. (كَلَّا) “Ingatlah” lafal Kallā pada ayat ini merupakan lafal yang mengandung makna Istiftaḥ atau kata pembuka, artinya, ingatlah (وَ الْقَمَرِ) “demi bulan.”

وَ اللَّيْلِ إِذْ أَدْبَرَ.

33. (وَ اللَّيْلِ إِذْ) “Dan malam ketika” dibaca Idzā bukan Idz (أَدْبَرَ) “datang” sesudah siang hari habis. Akan tetapi menurut suatu qira’at dibaca Adbara, yakni telah berlalu.

وَ الصُّبْحِ إِذَا أَسْفَرَ.

34. (وَ الصُّبْحِ إِذَا أَسْفَرَ) “Dan subuh apabila mulai terang” mulai menampakkan sinarnya.

إِنَّهَا لَإِحْدَى الْكُبَرِ.

35. (إِنَّهَا) “Sesungguhnya Saqar itu” neraka Saqar itu (لَإِحْدَى الْكُبَرِ) “adalah salah satu bencana yang amat besar” malapetaka yang paling besar.

نَذِيْرًا لِّلْبَشَرِ.

36. (نَذِيْرًا) “Sebagai ancaman” berkedudukan menjadi Ḥāl dari lafal Ihdā, disebutkan karena mengingat di dalamnya terkandung makna adzab (لِّلْبَشَرِ) “bagi manusia.”

لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَتَقَدَّمَ أَوْ يَتَأَخَّرَ.

37. (لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ) “Yaitu bagi siapa di antara kalian” lafal ayat ini berkedudukan sebagai Badal dari lafal Al-Basyar (أَنْ يَتَقَدَّمَ) “yang berkehendak akan maju” kepada kebaikan atau surga dengan beriman (أَوْ يَتَأَخَّرَ) “atau mundur” menuju kepada perbuatan dosa, atau neraka dengan melakukan kekafiran.

كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِيْنَةٌ.

38. (كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِيْنَةٌ) “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya” dia tergadaikan, yaitu diadzab di dalam neraka disebabkan amal perbuatannya sendiri.

إِلَّا أَصْحَابَ الْيَمِيْنِ.

39. (إِلَّا أَصْحَابَ الْيَمِيْنِ) “Kecuali golongan kanan” mereka adalah orang-orang yang beriman, mereka selamat dari siksa neraka, di mana mereka berada.

فِيْ جَنَّاتٍ يَتَسَاءَلُوْنَ.

40. (فِيْ جَنَّاتٍ يَتَسَاءَلُوْنَ) “Di dalam surga saling tanya-menanya” di antara sesama mereka.

عَنِ الْمُجْرِمِيْنَ.

41. (عَنِ الْمُجْرِمِيْنَ.) “Tentang orang-orang yang berdosa” tentang keadaan orang-orang yang berdosa, lalu mereka berkata kepada ahli neraka sesudah orang-orang yang bertauhid dikeluarkan daripadanya:

مَا سَلَكَكُمْ فِيْ سَقَرَ.

42. (مَا سَلَكَكُمْ فِيْ سَقَرَ) “Apakah yang memasukkan kalian) yang menjerumuskan kalian (ke dalam Saqar?

قَالُوْا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّيْنَ.

43. (قَالُوْا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّيْنَ) “Mereka menjawab, “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan salat,

وَ لَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِيْنَ.

44. (وَ لَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِيْنَ.) “dan Kami tidak pula memberi makan orang miskin.

وَ كُنَّا نَخُوْضُ مَعَ الْخَائِضِيْنَ.

45. (وَ كُنَّا نَخُوْضُ) “Dan adalah Kami tenggelam ke dalam pembicaraan” yang batil (مَعَ الْخَائِضِيْنَ) “bersama dengan orang-orang yang membicarakannya.”

وَ كُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّيْنِ.

46. (وَ كُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّيْنِ) “Dan adalah Kami mendustakan hari pembalasan” yakni hari berbangkit dan hari pembalasan.

حَتَّى أَتَانَا الْيَقِيْنُ.

47. (حَتَّى أَتَانَا الْيَقِيْنُ.) “Hingga datang kepada kami kematian” ajal kami.

فَمَا تَنفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِيْنَ.

48. (فَمَا تَنفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِيْنَ) “Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberi syafaat” baik dari kalangan malaikat, para nabi atau pun orang-orang saleh. Makna yang dimaksud ialah bahwa tiada syafaat bagi mereka.

فَمَا لَهُمْ عَنِ التَّذْكِرَةِ مُعْرِضِيْنَ.

49. (فَمَا) “Maka mengapa” berkedudukan menjadi Mubtada’ (لَهُمْ) “mereka” menjadi Khabar dari Mubtada’, ber-ta‘alluq kepada lafal yang tidak disebutkan yang Dhamīr-nya dipindahkan kepadanya (عَنِ التَّذْكِرَةِ مُعْرِضِيْنَ) “berpaling dari peringatan?” lafal Mu‘ridhīna menjadi Ḥāl atau kata keterangan keadaan dari Dhamīr Lahum. Makna yang dimaksud, apakah gerangan sesuatu yang terjadi pada diri mereka sehingga mereka berpaling dari peringatan?

كَأَنَّهُمْ حُمُرٌ مُّسْتَنْفِرَةٌ.

50. (كَأَنَّهُمْ حُمُرٌ مُّسْتَنْفِرَةٌ) “Seakan-akan mereka itu keledai liar yang lari terkejut” keledai-keledai liar yang larat.

فَرَّتْ مِنْ قَسْوَرَةٍ.

51. (فَرَّتْ مِنْ قَسْوَرَةٍ) “Lari dari singa” lari sekencang-kencangnya karena menghindar dan menyelamatkan diri dari singa.

بَلْ يُرِيْدُ كُلُّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ أَنْ يُؤْتَى صُحُفًا مُّنَشَّرَةً.

52. (بَلْ يُرِيْدُ كُلُّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ أَنْ يُؤْتَى صُحُفًا مُّنَشَّرَةً) “Bahkan tiap-tiap orang dari mereka berkehendak supaya diberikan kepadanya lembaran-lembaran yang terbuka” dari Allah s.w.t. disebabkan mengikuti Nabi s.a.w. Sebagaimana yang telah mereka katakan, bahwa tidak sekali-kali kami beriman kepadamu sebelum kamu menurunkan kepada kami sebuah kitab yang kami baca.

كَلَّا بَلْ لَا يَخَافُوْنَ الْآخِرَةَ.

53. (كَلَّا) “Sekali-kali tidak” lafal ini merupakan sanggahan terhadap apa yang mereka kehendaki itu. (بَلْ لَا يَخَافُوْنَ الْآخِرَةَ) “Sebenarnya mereka tidak takut kepada negeri akhirat” kepada adzabnya.

كَلَّا إِنَّهُ تَذْكِرَةٌ.

54. (كَلَّا) “IngatlahKallā di sini menunjukkan makna Istiftaḥ atau kata pembukaan (إِنَّهُ) “sesungguhnya dia itu” al-Qur’ān itu (تَذْكِرَةٌ) “adalah peringatan” nasihat dan pelajaran.

فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ.

55. (فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ) “Maka barang siapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran daripadanya” niscaya dia membacanya kemudian mengambil pelajaran daripadanya.

وَ مَا يَذْكُرُوْنَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللهُ، هُوَ أَهْلُ التَّقْوَى وَ أَهْلُ الْمَغْفِرَةِ.

56. (وَ مَا يَذْكُرُوْنَ) “Dan mereka tidak akan mengambil pelajaran daripadanya” dapat dibaca Yadzkurūna dan Tadzkurūna (إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللهُ، هُوَ أَهْلُ التَّقْوَى) “kecuali bila Allah menghendakinya. Dia adalah Tuhan Yang patut kita bertakwa kepada-Nya” Dia adalah yang harus ditakwai (وَ أَهْلُ الْمَغْفِرَةِ) “dan berhak memberi ampun” seumpamanya Dia memberikan ampunan-Nya kepada orang-orang yang bertakwa kepada-Nya.

 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *