Aspek Balāghah
Surat-ul-Muddatstsir mengandung segi-segi bayān dan badī‘ sebagaimana berikut ini:
Pertama, thibāq antara: (عَسِيْرٌ) “sulit” dan (يَسِيْرٍ) “mudah” sebagaimana antara kedua kata ini terdapat jinas isytiqāq.
Kedua, perbandingan antara: (وَ اللَّيْلِ إِذْ أَدْبَرَ) “demi makam jika mundur menuju siang” dan (وَ الصُّبْحِ إِذَا أَسْفَرَ) “demi shubuh jika menampakkan diri”.
Ketiga, ithnāb dengan mengulang-ulang jumlah:
(فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ. ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ.) “maka dia dilaknat, bagaimana dia mengira-ngira) untuk menambahkan celaan.
Keempat, jinas isytiqāq:
(فَإِذَا نُقِرَ فِي النَّاقُوْرِ) “maka jika terompet dibunyikan”.
Kelima, mendahulukan maf‘ūl bih untuk menunjukkan khusus:
وَ رَبَّكَ فَكَبِّرْ. وَ ثِيَابَكَ فَطَهِّرْ. وَ الرُّجْزَ فَاهْجُرْ
Keenam, thibāq antara:
كَذلِكَ يُضِلُّ اللهُ مَنْ يَشَاءُ وَ يَهْدِيْ مَنْ يَشَاءُ
“Demikian Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki dan memberi petunjuk siapa yang dikehendaki.”
Dan
يَتَقَدَّمَ أَوْ يَتَأَخَّرَ
“Atau dia maju atau mundur.”
Ketujuh, gaya bahasa mencela dan menjelek-jelekkan dengan istifhām:
فَمَا لَهُمْ عَنِ التَّذْكِرَةِ مُعْرِضِيْنَ
“Kenapa kalian berpaling dari peringatan?”
Kedelapan, tasybīh tamtsīlī:
كَأَنَّهُمْ حُمُرٌ مُّسْتَنْفِرَةٌ. فَرَّتْ مِنْ قَسْوَرَةٍ
“Seakan mereka keledai lari dari singa.”
Sebab yang diumpamakan diambil dari beberapa benda.
Kesembilan, majaz dengan membuang sebagian kalimat:
يَتَسَاءَلُوْنَ. عَنِ الْمُجْرِمِيْنَ. مَا سَلَكَكُمْ فِيْ سَقَرَ
“Mereka bertanya tentang orang-orang yang berdosa, apa yang menjerumuskan kalian di neraka Saqar?”
Yakni sambil mereka mengucapkan: Apa yang menjebloskan kalian ke dalam Saqar? Kata “sambil mereka mengucapkan” dibuang karena sudah jelas.
Kesepuluh, istifhām untuk membuat ngeri dan mengagungkan:
وَ مَا أَدْرَاكَ مَا سَقَرُ
“Apa yang kamu ketahui apa itu Saqar?”
Kesebelas, menuturkan yang khusus setelah yang umum:
وَ كُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّيْنِ
“dan kami mendustakan hari kiamat.”
Mendustakan hari kiamat disebutkan secara khusus. Padahal ini sudah termasuk dalam hal sebelumnya. Ini untuk menjelaskan besarnya dosa ini.
Keduabelas, sajak yang tersusun dengan indah di akhir setiap kata. Misalnya:
كَلَّا وَ الْقَمَرِ. وَ اللَّيْلِ إِذْ أَدْبَرَ. وَ الصُّبْحِ إِذَا أَسْفَرَ. إِنَّهَا لِإِحْدَى الْكُبَرِ.
Dan
وَ كُنَّا نَخُوْضُ مَعَ الْخَائِضِيْنَ. وَ كُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّيْنِ. حَتَّى أَتَانَا الْيَقِيْنُ
dst.