Surah al-Ma’un 107 ~ Tafsir as-Sa’di

TAFSĪR AL-QUR’ĀN
(Judul Asli: TAISĪR-UL-KARĪM-IR-RAḤMĀNI FĪ TAFSĪRI KALĀM-IL-MANNĀN)

Penyusun: Syaikh ‘Abd-ur-Raḥmān bin Nāshir as-Sa‘dī

(Jilid ke 7 dari Surah adz-Dzāriyāt s.d. an-Nās)

Penerjemah: Muhammad Iqbal, Lc.
Izzudin Karimi, Lc.
Muhammad Ashim, Lc.
Mustofa Aini, Lc.
Zuhdi Amin, Lc.

Penerbit: DARUL HAQ

سُوْرَةُ الْمَاعُوْنِ

TAFSIR SURAT AL-MĀ‘ŪN

(Barang-barang yang Berguna)

Surat ke-107: 7 ayat

Makkiyyah

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

 

أَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِ. فَذلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَ. وَ لَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِ. فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَ. الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلاَتِهِمْ سَاهُوْنَ. الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاؤُوْنَ. وَ يَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ

107:1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?

107:2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,

107:3. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin,

107:4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat,

107:5. (Yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya,

107:6. Orang-orang yang berbuat riyā’.

107:7. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna.

(al-Mā‘ūn [107]: 1-7)

 

Tafsir Ayat:

(1) Allah s.w.t. berfirman seraya mencela orang yang meninggalkan kewajiban-kewajiban terhadap-Nya dan terhadap hamba-hambaNya, (أَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِ.) “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?”, yakni mendustakan kebangkitan dan pembalasan dan tidak beriman dengan apa yang dibawa oleh para rasul.

 

(2) (فَذلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَ.) “Itulah orang yang menghardik anak yatim”, yakni membentaknya dengan kasar dan keras, tidak mengasihinya karena kerasnya hatinya, dan karena ia tidak mengharapkan pahala, dan tidak takut akan siksa.

 

(3) (وَ لَا يَحُضُّ) “Dan tidak menganjurkan” orang lain (عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِ.) “memberi makan orang miskin”, dan lebih-lebih lagi, dia sendiri tidak memberi makan orang miskin.

 

(4-5) (فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَ.) “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat”, yaitu orang-orang yang konsisten menegakkan shalat, tapi mereka adalah (الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلاَتِهِمْ سَاهُوْنَ.) “(Yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya”, yaitu menyia-nyiakannya, tidak shalat hingga waktunya berlalu dan tidak memenuhi rukun-rukunnya. Hal itu disebabkan mereka tidak mengindahkan titah Allah s.w.t., karena mereka menyia-nyiakan shalat yang merupakan ketaatan paling utama. Melalaikan shalat membuat pelakunya berhak mendapatkan celaan dan hinaan. Lain halnya dengan lupa pada saat shalat, karena siapa saja bisa lupa, termasuk Nabi s.a.w. sendiri. (441).

 

(6-7) Karena itu Allah s.w.t. menyebutkan sifat mereka sebagai orang yang berbuat riyā’, keras hati, dan tidak memiliki belas kasih seraya berfirman, (الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاؤُوْنَ.) “Orang-orang yang berbuat riyā’”, yakni, melakukan pekerjaan untuk dilihat orang (وَ يَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ) “Dan enggan (menolong dengan) barang berguna”, yaitu enggan memberikan sesuatu yang tidak memudaratkan untuk diberikan dengan cara dipinjamkan atau dihibahkan seperti bejana, gayung, kapak, dan lainnya yang biasanya diberikan atau direlakan. Mereka itu, karena amat kikir, enggan memberikan barang-barang yang berguna, lantas bagaimana halnya dengan benda yang lebih besar nilainya?

Dalam surat ini terdapat anjuran serta dorongan untuk memberi makan anak yatim dan orang miskin, menjaga dan memelihara shalat, menunaikannya dengan ikhlas dan juga dengan amal-amal lainnya, dorongan untuk mengerjakan kebajikan, memberikan benda-benda misalnya meminjamkan bejana, gayung, kitab, dan lainnya, karena Allah s.w.t. mencela orang yang tidak melakukan hal itu. Wallāhu a‘lam.

Catatan:


  1. 44). Sebagaimana disebutkan dalam Shaḥīḥ al-Bukhārī, no. 401 dan Shaḥīḥ Muslim, no. 572: Dari hadits Ibnu Mas‘ūd r.a. Rasūlullāh s.a.w. bersabda: إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ أَنْسَى كَمَا تَنْسُوْنَ، فَإِذَا نَسِيْتُ فَذَكِّرُوْنِيْ.Sesungguhnya aku hanyalah manusia biasa seperti kalian, aku lupa sebagaimana kalian lupa; maka bila aku lupa, ingatkanlah aku.” 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *