Hati Senang

Surah al-Ma’arij 70 ~ Tafsir ath-Thabari (6/6)

Tafsir ath-Thabari

Dari Buku:
Tafsir ath-Thabari
(Jilid 26, Juz ‘Amma)
(Oleh: Abu Ja‘far Muhammad bin Jarir ath-Thabari)
(Judul Asli: Jāmi‘-ul-Bayāni ‘an Ta’wīli Āy-il-Qur’ān)

Penerjemah: Amir Hamzah
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

فَلَا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَ الْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُوْنَ. عَلَى أَنْ نُّبَدِّلَ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَ مَا نَحْنُ بِمَسْبُوْقِيْنَ. فَذَرْهُمْ يَخُوْضُوْا وَ يَلْعَبُوْا حَتَّى يُلَاقُوْا يَوْمَهُمُ الَّذِيْ يُوْعَدُوْنَ.

70: 40. Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang; sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.
70: 41. Untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik dari mereka, dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan.
70: 42. Maka biarkanlah mereka tenggelam (dalam kebatilan) dan bermain-main sampai mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka.
(Qs. al-Ma‘ārij [70]: 40-42)

Ta’wīl firman Allah: (فَلَا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَ الْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُوْنَ. عَلَى أَنْ نُّبَدِّلَ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَ مَا نَحْنُ بِمَسْبُوْقِيْنَ. فَذَرْهُمْ يَخُوْضُوْا وَ يَلْعَبُوْا حَتَّى يُلَاقُوْا يَوْمَهُمُ الَّذِيْ يُوْعَدُوْنَ.) “Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang; sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa. Untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik dari mereka, dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan. Maka biarkanlah mereka tenggelam (dalam kebatilan) dan bermain-main sampai mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka.

Maksudnya adalah, Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan tempat tenggelamnya matahari di bumi. (عَلَى أَنْ نُّبَدِّلَ خَيْرًا مِّنْهُمْ) “Untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik dari mereka,” yang menaati-Ku dan tidak berbuat maksiat kepada-Ku. (وَ مَا نَحْنُ بِمَسْبُوْقِيْنَ.) “dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan.” Sekali-kali tidak ada seorang pun dari mereka yang mendahului Kami dalam suatu perkara yang Kami kehendaki, lalu mereka mengalahkan Kami dan lari.

Pakar ta’wīl berpendapat seperti yang kami katakan. Riwayat-riwayat yang menjelaskan demikian adalah:

  1. Ya‘qūb bin Ibrāhīm menceritakan kepadaku, dia berkata: Ibnu ‘Aliyyah (‘Ulayyah) menceritakan kepada kami, dia berkata: ‘Imārah bin Abī Ḥafshah mengabarkan kepada kami dari ‘Ikrimah, dia berkata: Ibnu ‘Abbās berkata: Matahari terbit setiap tahun dalam tiga ratus enam puluh lubang, dan setiap hari muncul di satu lubang, dan ia tidak kembali ke lubang itu pada tahun depan, dan ia tidak terbit kecuali dalam keadaan tidak suka. Matahari berkata: “Wahai Tuhan-ku, janganlah Engkau terbitkan aku kepada hamba-hambaMu, karena sesungguhnya aku melihat mereka berbuat maksiat kepada-Mu. Mereka berbuat maksiat dan aku melihat mereka.”

Ibnu ‘Abbās berkata: “Tidakkah kalian mendengar perkataan Umayyah bin Abish-Shalt:

Hingga matahari ditarik dan dicambuk.”

Aku bertanya: “Wahai tuan, apakah matahari dicambuk?” Dia (Ibnu ‘Abbās) menjawab: “Kamu telah membuat bapakmu menunduk karenanya. Sesungguhnya orang yang kenyang akibat banyak makan dan minum terpaksa harus dicambuk.” (9761).

  1. Ibn-ul-Mutsannā menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibnu ‘Imārah (bin Abī Ḥafshah) menceritakan kepadaku, ‘Imārah (bin Abī Ḥafshah) mengabarkan kepada kami dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbās, tentang firman-Nya: (بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَ الْمَغَارِبِ) “Dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari,” dia berkata: “Matahari terbit dalam tiga ratus enam puluh tempat terbit. Setiap hari ia terbit di satu tempat terbit dan tidak akan kembali kepadanya, dan ia tidak terbit kecuali dalam keadaan tidak suka.

‘Ikrimah berkata: seorang penyair berkata:

Hingga matahari ditarik dan dicambuk.”

Ibnu ‘Abbās berkata: “Kamu telah membuat bapakmu menunduk karenanya. Sesungguhnya orang yang kenyang akibat banyak makan dan minum terpaksa harus dicambuk.” (9772).

  1. Khallād bin Aslam menceritakan kepada kami, dia berkata: an-Nadhr mengabarkan kepada kami, dia berkata: Syu‘bah mengabarkan kepada kami, dia berkata: ‘Imārah (bin Abī Ḥafshah) mengabarkan kepada kami dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbās, ia berkata: “Sesungguhnya matahari terbit dalam 360 lubang. Jika dia terbit di suatu lubang, maka pada tahun depan ia tidak terbit di lubang itu, dan ia tidak terbit kecuali dalam keadaan tidak suka.” (9783).
  2. Muḥammad bin Sa‘ad menceritakan kepadaku, dia berkata: Bapakku menceritakan kepadaku, dia berkata: Pamanku menceritakan kepadaku, dia berkata: Bapakku menceritakan kepadaku dari bapaknya, dari Ibnu ‘Abbās, tentang ayat: (فَلَا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَ الْمَغَارِبِ) “Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari,” dia berkata: “Ia adalah tempat terbit dan tenggelamnya matahari, serta tempat terbit dan tenggelamnya bulan.” (9794).

 

Firman-Nya: (فَذَرْهُمْ يَخُوْضُوْا وَ يَلْعَبُوْا) “Maka biarkanlah mereka tenggelam (dalam kebatilan) dan bermain-main,” maksudnya adalah Allah berkata kepada Nabi Muḥammad s.a.w.: “Biarkanlah orang-orang musyrik yang bersegera datang berkelompok-kelompok dari sebelah kanan dan kirimu tenggelam dalam kebatilan serta bermain-main di dunia ini. (حَتَّى يُلَاقُوْا يَوْمَهُمُ الَّذِيْ يُوْعَدُوْنَ.) “Sampai mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka,” dan mereka jumpai ‘adzab pada Hari Kiamat yang dijanjikan-Nya.

 

***

يَوْمَ يَخْرُجُوْنَ مِنَ الْأَجْدَاثِ سِرَاعًا كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوْفِضُوْنَ. خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ذلِكَ الْيَوْمُ الَّذِيْ كَانُوْا يُوْعَدُوْنَ.

70: 43. (Yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia),
70: 44. dalam keadaan mereka menekurkan pandangannya (serta) diliputi kehinaan. Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka.
(Qs. al-Ma‘ārij [70]: 43-44)

Ta’wīl firman Allah: (يَوْمَ يَخْرُجُوْنَ مِنَ الْأَجْدَاثِ سِرَاعًا كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوْفِضُوْنَ. خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ذلِكَ الْيَوْمُ الَّذِيْ كَانُوْا يُوْعَدُوْنَ.) “(Yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia), dalam keadaan mereka menekurkan pandangannya (serta) diliputi kehinaan. Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka.

Firman-Nya: (يَوْمَ يَخْرُجُوْنَ) “(Yaitu) pada hari mereka keluar,” merupakan penjelasan dari keadaan hari pertama yang dikatakan oleh Allah dalam firman-Nya: (يَوْمَهُمُ الَّذِيْ يُوْعَدُوْنَ) “Hari yang diancamkan kepada mereka.” Adapun ta’wīl firman Allah tersebut yaitu, hingga mereka menjumpai hari yang telah dijanjikan-Nya kepada mereka, (يَوْمَ يَخْرُجُوْنَ مِنَ الْأَجْدَاثِ) “(Yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur.Al-ajdāts yaitu kubur. Kata tunggalnya adalah jadatsan. (سِرَاعًا كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوْفِضُوْنَ.) “Dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia).

  1. Bisyr menceritakan kepada kami, dia berkata: Yazīd menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa‘īd menceritakan kepada kami dari Qatādah, tentang ayat: (يَوْمَ يَخْرُجُوْنَ مِنَ الْأَجْدَاثِ سِرَاعًا) “(Yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat,” ia berkata: “Atau keluar dari kubur dengan cepat.” (9805).
  2. Ibnu ‘Abd-il-A‘lā menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibnu Tsaur menceritakan kepada kami dari Mu‘ammar, dari Qatādah, atsar semisalnya. (9816).

Sebelumnya kami telah menjelaskan makna al-judats dengan dalil-dalilnya, serta pendapat para ‘ulamā’ dalam hal itu. (9827).

 

Firman-Nya: (إِلَى نُصُبٍ يُوْفِضُوْنَ) “Mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia),” dia berkata: “Seolah-olah mereka berlomba-lomba datang kepada berhala-berhala.

Penduduk semua negeri sepakat membacanya dengan fatḥah pada huruf nūn, seperti lafazh nashbin firman-Nya, (9838) selain al-Ḥasan al-Bashrī yang disebutkan bahwa dia membacanya dengan dhammah dan shād.

Orang yang membacanya dengan fatḥah pada huruf nūn mengarahkan an-nashbu pada mashdar, dan sepertinya ta’wīlnya yaitu: seolah-olah mereka bergegas kepada berhala yang ditegakkan. Sedangkan orang yang membacanya dhammah dan shād, mengarahkan bahwa nushub adalah kata tunggal dari al-anshāb, yaitu tuhan-tuhan yang mereka sembah.

Pada firman-Nya: (يُوْفِضُوْنَ) “Mereka pergi,”, al-īfādh maknanya adalah mempercepat.

Ru‘bah berkata:

Orang yang tekun berjalan bersama kami dengan cepat.” (9849).

Pakar ta’wīl berpendapat seperti yang kami katakan. Riwayat-riwayat yang menjelaskan demikian adalah:

  1. Ibnu Basysyār menceritakan kepada kami, dia berkata: Muḥammad bin Ja‘far menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibnu Abī ‘Addī menceritakan kepada kami dari ‘Auf, dari Abul-‘Aliyyah, tentang ayat: (كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوْفِضُوْنَ.) “Seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia),” dia berkata: “Berlomba-lomba menuju tanda-tanda.” (98510)
  2. Muḥammad bin Sa‘ad menceritakan kepadaku, dia berkata: Bapakku menceritakan kepadaku, dia berkata: Pamanku menceritakan kepadaku, dia berkata: Bapakku menceritakan kepadaku dari bapaknya, dari Ibnu ‘Abbās, tentang ayat: (كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوْفِضُوْنَ.) “Seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia),” dia berkata: “Bergegas menuju suatu tanda.” (98611).
  3. Muḥammad bin ‘Amru menceritakan kepadaku, dia berkata: Abū ‘Āshim menceritakan kepada kami, ‘Īsā menceritakan kepada kami, al-Ḥārits menceritakan kepadak, al-Ḥasan menceritakan kepada kami, Waraqā’ menceritakan kepada kami, semuanya dari Ibnu Abī Najīḥ, dari Mujāhid, tentang firman-Nya: (يُوْفِضُوْنَ) “Mereka pergi,” dia berkata: “Berlomba-lomba.” (98712).
  4. Bisyr menceritakan kepada kami, dia berkata: Yazīd menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa‘īd menceritakan kepada kami dari Qatādah, tentang firman-Nya: (كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوْفِضُوْنَ.) “Seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia),” dia berkata: “Bergegas menuju suatu tanda.” (98813).
  5. Ibnu ‘Abd-il-A‘lā menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibnu Tsaur menceritakan kepada kami dari Mu‘ammar, dari Qatādah, tentang firman-Nya: (كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوْفِضُوْنَ.) “Seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia),” dia berkata: “Kepada suatu tanda. Lafazh (يُوْفِضُوْنَ) maknanya yaitu bergegas.” (98914).
  6. ‘Alī bin Saḥal menceritakan kepada kami, dia berkata: al-Walīd bin Muslim menceritakan kepada kami, dia berkata: Aku mendengar Abū ‘Amr berkat: Aku mendengar Yaḥyā bin Abī Katsīr berkata tentang ayat: (كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوْفِضُوْنَ.) “Seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia),” bahwa maksudnya adalah, hingga mereka sangat berlomba-lomba.” (99015).
  7. Aku diceritakan dari al-Ḥusain, dia berkata: Aku mendengar Abū Mu‘ādz berkata: ‘Ubaid menceritakan kepada kami, dia berkata: Aku mendengar adh-Dhaḥḥāk berkata, tentang firman-Nya: (إِلَى نُصُبٍ يُوْفِضُوْنَ) “Mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia),” dia berkata: “Mereka berangkat kepada suatu tanda.” (99116).
  8. Ibnu Ḥumaid menceritakan kepada kami, dia berkata: Mahrān menceritakan kepada kami dari Sufyān, tentang firman-Nya: (إِلَى نُصُبٍ يُوْفِضُوْنَ) “Mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia),” dia berkata: “Berlomba-lomba menuju suatu tanda.” (99217).
  9. Yūnus menceritakan kepadaku, dia berkata: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami, dia berkata: Ibnu Zaid berkata tentang firman-Nya: (إِلَى نُصُبٍ يُوْفِضُوْنَ) “Mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia),” dia berkata: “An-Nashab adalah batu yang mereka sembah, dan batu yang panjang disebut nushub.”

Firman-Nya: (يُوْفِضُوْنَ) “Mereka pergi,” maksudnya adalah bersegera datang kepadanya, sebagaimana mereka bersegera menuju berhala yang ditegakkan.”

Ibnu Zaid berkata: “Al-Anshāb adalah yang disembah oleh orang-orang Jāhiliyyah, didatangi dan diagungkan. Jika mereka mendapatkan yang lebih baik darinya, maka mereka mengambilnya dan membuang yang lama. Allah lalu berfirman kepadanya: (وَ هُوَ كُلٌّ عَلَى مَوْلَاهُ أَيْنَمَا يُوَجِّهْهُ لَا يَأْتِيْ بِخَيْرٍ، هَلْ يَسْتَوِيْ هُوَ وَ مَنْ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَ هُوَ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ.) “Dan dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja ia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikan pun. Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus.” (Qs. An-Naḥl [16]: 76). (99318).

  1. Ibnu Basysyār menceritakan kepada kami, dia berkata: Abū ‘Āmir menceritakan kepada kami, dia berkata: Qarrah menceritakan kepada kami dari al-Ḥasan, tentang firman-Nya: (كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوْفِضُوْنَ.) “Seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia),” dia berkata: “Bergegas menuju berhala-berhala mereka, siapakah di antara mereka yang pertama sampai” (99419).
  2. Ibnu Basysyār menceritakan kepada kami, dia berkata: Ḥammād bin Mas‘adah menceritakan kepada kami, dia berkata: Qarrah menceritakan kepada kami dari al-Ḥasan, atsar semisalnya. (99520).

 

Firman-Nya: (خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ) “Dalam keadaan mereka menekurkan pandangannya,” maksudnya adalah menundukkan pandangan mereka karena diliputi rasa rendah diri dan hina. (تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ) “(Serta) diliputi kehinaan.”, (ذلِكَ الْيَوْمُ الَّذِيْ كَانُوْا يُوْعَدُوْنَ.) “Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka.” Inilah hari yang Aku sifatkan, yaitu Hari Kiamat, yang diancamkan kepada orang-orang musyrik Quraisy ketika di dunia, bahwa mereka tidak memiliki daya dan upaya di akhirat, namun mereka mendustakannya.

  1. Bisyr menceritakan kepada kami, dia berkata: Yazīd menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa‘īd menceritakan kepada kami dari Qatādah, tentang firman-Nya: (ذلِكَ الْيَوْمُ.) “Itulah hari,” ia berkata: “Maksudnya adalah Hari Kiamat, (الَّذِيْ كَانُوْا يُوْعَدُوْنَ.) “yang dahulunya diancamkan kepada mereka.” (99621).

Catatan:

  1. 976). Kami tidak mendapatkan lafazh ini dari Umayyah. Namun kami mendapatkan bait syair itu secara lengkap dalam dīwān Umayyah bin Abish-Shalt dengan lafazh:
    Matahari tidak terbit kepada mereka dalam keadaan tenang.
    Jika tidak, maka ia disiksa dan dirajam.”
    Lihat ad-Dīwān (hal. 29), dalam sebagian buka lafazhnya yaitu: Matahari enggan terbit, maka ia tidak terbit kepada kita dalam ketenangannya.
  2. 977). Al-Qurthubī dalam tafsirnya (15/64).
  3. 978). Abusy-Syaikh dalam al-‘Uzhmah (4/1199).
  4. 979). Atsar semisalnya disebutkan oleh Ibnu Abī Ḥātim dalam tafsirnya (10/3374) dan As-Suyūthī dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/286), disandarkan kepada Sa‘īd bin Manshūr, ‘Abd bin Ḥumaid, Ibnu Jarīr, Ibn-ul-Mundzir, dan Ibnu Abī Ḥātim.
  5. 980). Atsar semisalnya disebutkan oleh As-Suyūthī dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/287), disandarkan kepada ‘Abd-ur-Razzāq dan ‘Abd bin Ḥumaid serta Ibnu Jarīr dan Ibn-ul-Mundzir.
  6. 981). ‘Abd-ur-Razzāq dalam tafsirnya (3/247).
  7. 982). Lihat tafsir surah Yāsīn ayat 51.
  8. 983). Ibnu ‘Āmir dan Ḥafsh membacanya (إِلَى نُصُبٍ) dengan dhammah pada huruf nūn dan shād.
    ‘Ulamā’ lainnya membacanya dengan fatḥah pada huruf nūn dan sukūn pada huruf shād.
    Lihat at-Taisīru fil-Qirā’āt-is-Sab‘ (hal. 174) dan al-Wāfī fī Syarḥ-isy-Syāthibiyyah (hal. 305).
  9. 984). Az-Zamakhsyarī dalam al-Fā’iq (4/74), di dalamnya dinyatakan: Yamsyī. Ibnu Manzhur dalam Lisān-ul-‘Arab (entri: wafadha, 6/4883).
  10. 985). Ibnu ‘Athiyyah dalam al-Muḥarrar-ul-Wajīz (5/371) dan Ibnu Katsīr dalam tafsirnya (14/137), di dalamnya dinyatakan: Yas‘auna fīhā.
  11. 986). As-Suyūthī dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/287), hanya dihubungkan kepada Ibnu Jarīr.
  12. 987). As-Suyūthī dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/287), disandarkan kepada ‘Abd bin Ḥumaid, dan Ibnu Katsīr dalam tafsirnya (14/137), di dalamnya dinyatakan: Yasa‘ūna ilaiha.
  13. 988). As-Suyūthī dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/287), disandarkan kepada ‘Abd-ur-Razzāq, ‘Abd bin Ḥumaid, Ibnu Jarīr dan Ibn-ul-Mundzir. Lihat atsar berikutnya.
  14. 989). ‘Abd-ur-Razzāq dalam tafsirnya (3/347), di dalamnya dinyatakan: Yasra‘ūn.
  15. 990). Ibnu Katsīr dalam tafsirnya (14/137).
  16. 991). Ibid.
  17. 992). Kami tidak mendapatkan atsar ini dalam referensi-referensi yang ada pada kami.
  18. 993). Atsar semisalnya disebutkan oleh Ibnu Katsīr dalam tafsirnya (14/137).
  19. 994). Atsar semisalnya disebutkan oleh al-Baghawī dalam Ma‘ālim-ut-Tanzīl (4/396), dan Al-Qurthubī dalam tafsirnya (18/297).
  20. 995). Ibid.
  21. 996). As-Suyūthī dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/287), disandarkan kepada ‘Abd-ur-Razzāq, ‘Abd bin Ḥumaid, Ibnu Jarīr dan Ibn-ul-Mundzir.
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.