Surah al-Ma’arij 70 ~ Tafsir ath-Thabari (1/6)

Dari Buku:
Tafsir ath-Thabari
(Jilid 26, Juz ‘Amma)
(Oleh: Abu Ja‘far Muhammad bin Jarir ath-Thabari)
(Judul Asli: Jāmi‘-ul-Bayāni ‘an Ta’wīli Āy-il-Qur’ān)

Penerjemah: Amir Hamzah
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

Rangkaian Pos: Surah al-Ma'arij 70 ~ Tafsir ath-Thabari

SURAH AL-MA‘ĀRIJ

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Ya Allah, mudahkanlah!

 

سَأَلَ سَائِلٌ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ. لِّلْكَافِريْنَ لَيْسَ لَهُ دَافِعٌ. مِّنَ اللهِ ذِي الْمَعَارِجِ. تَعْرُجُ الْمَلآئِكَةُ وَ الرُّوْحُ إِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ. فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيْلًا.

70: 1. Seorang peminta telah meminta kedatangan ‘adzab yang bakal terjadi,
70: 2. untuk orang-orang kafir, yang tidak seorang pun dapat menolaknya,
70: 3. (yang datang) dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik.
70: 4. Malaikat-malaikat dan Jibrīl naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.
70: 5. Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.
(Qs. al-Ma‘ārij [70]: 1-5)

 

Ta’wīl firman Allah: (سَأَلَ سَائِلٌ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ. لِّلْكَافِريْنَ لَيْسَ لَهُ دَافِعٌ. مِّنَ اللهِ ذِي الْمَعَارِجِ. تَعْرُجُ الْمَلآئِكَةُ وَ الرُّوْحُ إِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ. فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيْلًا.) “Seorang peminta telah meminta kedatangan ‘adzab yang bakal terjadi, untuk orang-orang kafir, yang tidak seorang pun dapat menolaknya, (yang datang) dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik. Malaikat-malaikat dan Jibrīl naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.

Abū Ja‘far berkata: Ada perbedaan pendapat tentang bacaan pada firman-Nya: (سَأَلَ سَائِلٌ) “Seorang peminta telah meminta”. (8391).

Bacaan Kūfah dan Bashrah secara umum adalah (سَأَلَ سَائِلٌ) “Seorang peminta telah meminta” dengan hamzah. (سَأَلَ سَائِلٌ) “Seorang peminta telah meminta”, berarti seorang peminta dari orang kafir meminta ‘adzab Allah yang akan terjadi.

Bacaan Madīnah secara umum adalah (سَالَ سَائِلٌ) tanpa hamzah. Alasannya yaitu, bacaan ini berasal dari kata as-sail.

Adapun bacaan yang lebih utama dari kedua bacaan tersebut adalah bacaan orang yang membacanya dengan hamzah, karena kuatnya argumentasi orang yang membaca seperti itu, dan pakar ta’wīl dari para ‘ulamā’ salaf juga membacanya dengan hamzah serta mena’wīlkannya.

Pakar ta’wīl berpendapat seperti yang kami katakan:

  1. Muḥammad bin Sa‘ad menceritakan kepadaku, dia berkata: Bapakku menceritakan kepadaku, dia berkata: Pamanku menceritakan kepadaku, dia berkata: Bapakku menceritakan kepadaku dari bapaknya, dari Ibnu ‘Abbās, tentang firman-Nya: (سَأَلَ سَائِلٌ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ.) “Seorang peminta telah meminta kedatangan ‘adzab yang bakal terjadi,” dia berkata: “Itulah permintaan orang kafir yang meminta didatangkan ‘adzab Allah yang pasti terjadi.” (8402).
  2. Ibnu Ḥumaid menceritakan kepada kami, dia berkata: Ḥikam menceritakan kepada kami dari ‘Anbasah, dari al-Laits, dari Mujāhid, tentang ayat: (اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِّنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيْمٍ.) “Ya Allah, jika betul (al-Qur’ān) ini, Dialah yang benar dari sisi Engkau, Maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami ‘adzab yang pedih.” (Qs. al-Anfāl [8]: 32). Dia berkata: (سَأَلَ سَائِلٌ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ.) “Seorang peminta telah meminta kedatangan ‘adzab yang bakal terjadi.” (8413)
  3. Muḥammad bin ‘Amru menceritakan kepada kami, dia berkata: Abū ‘Āshim menceritakan kepada kami, ‘Īsā menceritakan kepada kami, al-Ḥārits menceritakan kepada kami, al-Ḥasan menceritakan kepada kami, Waraqā’ menceritakan kepada kami, semuanya dari Ibnu Abī Najīḥ, dari Mujāhid, tentang firman Allah s.w.t.: (سَأَلَ سَائِلٌ) “Seorang peminta telah meminta”, dia berkata: “Seorang pendoa berdoa dan memohon: (بِعَذَابٍ وَاقِعٍ) “kedatangan ‘adzab yang bakal terjadi”, di akhirat. Ini merupakan perkata mereka: (اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِّنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيْمٍ.) “Ya Allah, jika betul (al-Qur’ān) ini, Dialah yang benar dari sisi Engkau, Maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami ‘adzab yang pedih.” (Qs. al-Anfāl [8]: 32). Dia berkata: (سَأَلَ سَائِلٌ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ.) “Seorang peminta telah meminta kedatangan ‘adzab yang bakal terjadi.” (8424).
  4. Bisyr menceritakan kepada kami, dia berkata: Yazīd menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa‘īd menceritakan kepada kami dari Qatādah, tentang firman-Nya: (سَأَلَ سَائِلٌ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ.) “Seorang peminta telah meminta kedatangan ‘adzab yang bakal terjadi,” dia berkata: “Sekelompok orang meminta didatangkan ‘adzab Allah. lalu Allah menjelaskan ‘adzab yang akan menimpa orang-orang kafir.” (8435).
  5. Ibnu ‘Abd-il-A‘lā menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibnu Tsaur menceritakan kepada kami dari ‘Umar, dari Qatādah, tentang firman-Nya: (سَأَلَ سَائِلٌ) “Seorang peminta telah meminta”, dia berkata: “Dia minta didatangkan ‘adzab yang bakal terjadi. Allah kemudian berfirman: (لِّلْكَافِريْنَ لَيْسَ لَهُ دَافِعٌ.) “untuk orang-orang kafir, yang tidak seorang pun dapat menolaknya.” (8446).

Sedangkan mereka yang membacanya tanpa hamzah, berkata: “as-Sā’il adalah suatu lembah dari lembah-lembah Neraka Jahannam.” Riwayat yang menjelaskan demikian adalah:

  1. Yūnus menceritakan kepadaku, dia berkata: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami, dia berkata: Ibnu Zaid berkata tentang firman-Nya: (سَأَلَ سَائِلٌ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ.) “Seorang peminta telah meminta kedatangan ‘adzab yang bakal terjadi,” dia berkata: “Sebagian ‘ulamā’ berkata: “Ia adalah suatu lembah di Neraka Jahannam yang disebut sā’il”.” (8457).

 

Firman-Nya: (بِعَذَابٍ وَاقِعٍ. لِّلْكَافِريْنَ) “‘adzab yang bakal terjadi, untuk orang-orang kafir,” maksudnya adalah: Dia memohon ‘adzab bagi orang kafir, yang pasti ‘adzab itu datang kepada mereka pada Hari Kiamat.

Maka (لِّلْكَافِريْنَ) adalah ‘alal-kāfirīn “kepada orang-orang kafir.”

  1. Aku diceritakan dari al-Ḥusain, dia berkata: Aku mendengar Abū Mu‘ādz berkata: ‘Ubaid menceritakan kepada kami, dia berkata: Aku mendengar adh-Dhaḥḥāk berkata, tentang firman-Nya: (بِعَذَابٍ وَاقِعٍ. لِّلْكَافِريْنَ) “‘adzab yang bakal terjadi, untuk orang-orang kafir,” dia berkata: “Maksudnya adalah yang pasti terjadi kepada orang-orang kafir.” (8468).

Huruf lām dalam firman-Nya: (لِّلْكَافِريْنَ) merupakan bagian dari shilah wāqi‘.

 

Firman-Nya: (لَيْسَ لَهُ دَافِعٌ. مِّنَ اللهِ ذِي الْمَعَارِجِ.) “yang tidak seorang pun dapat menolaknya, (yang datang) dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik,” maksudnya adalah, ‘adzab yang pasti menimpa orang-orang kafir tersebut tidak dapat ditolak oleh siapa pun, dan tidak ada yang dapat menolong mereka.

Firman-Nya: (ذِي الْمَعَارِجِ) “Yang mempunyai tempat-tempat naik,” maksudnya adalah yang memiliki ketinggian, derajat-derajat, keutamaan, dan ni‘mat.

Pakar ta’wīl berpendapat seperti yang kami katakan. Riwayat-riwayat yang menjelaskan demikian adalah:

  1. ‘Alī menceritakan kepadaku, dia berkata: Abū Shāliḥ menceritakan kepada kami, dia berkata: Mu‘āwiyah menceritakan kepadaku dari ‘Alī r.a., dari Ibnu ‘Abbās r.a., tentang firman-Nya: (ذِي الْمَعَارِجِ) “Yang mempunyai tempat-tempat naik,” dia berkata: “Ketinggian dan keutamaan.” (8479).
  2. Bisyr menceritakan kepadaku, dia berkata: Yazīd menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa‘īd menceritakan kepada kami dari Qatādah, tentang ayat: (مِّنَ اللهِ ذِي الْمَعَارِجِ.) “Dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik,” ia berkata: “Maksudnya adalah yang mempunyai keutamaan dan ni‘mat.” (84810).
  3. Muḥammad bin ‘Amru menceritakan kepadaku, dia berkata: Abū ‘Āshim menceritakan kepada kami, ‘Īsā menceritakan kepada kami, al-Ḥārits menceritakan kepada kami, al-Ḥasan menceritakan kepada kami, Waraqā’ menceritakan kepada kami, semuanya dari Ibnu Abī Najīḥ, dari Mujāhid, tentang firman Allah s.w.t.: (مِّنَ اللهِ ذِي الْمَعَارِجِ.) “Dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik,” ia berkata: “Tempat-tempat naik di langit.” (84911).
  4. Yūnus menceritakan kepadaku, dia berkata: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami, dia berkata: Ibnu Zaid berkata tentang firman-Nya: (مِّنَ اللهِ ذِي الْمَعَارِجِ.) “Dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik,” dia berkata: “Allah memiliki tempat-tempat naik.” (85012).
  5. Ibnu Ḥumaid menceritakan kepada kami, dia berkata: Mahrān menceritakan kepada kami dari Sufyān, dari al-A‘masy, dari seorang laki-laki, dari Sa‘īd bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbās, tentang ayat: (مِّنَ اللهِ ذِي الْمَعَارِجِ.) “Dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik,” dia berkata: “Maksudnya adalah yang memiliki derajat-derajat.” (85113).

 

Firman-Nya: (تَعْرُجُ الْمَلآئِكَةُ وَ الرُّوْحُ إِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ.) “Malaikat-malaikat dan Jibrīl naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun” maksudnya adalah, malaikat-malaikat dan Rūḥ, yakni Jibrīl a.s., naik (menghadap) kepada-Nya (Allah). Huruf hā’ dalam firman-Nya: (إِلَيْهِ) kembali kepada nama Allah. (فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ.) “Dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun,” Allah berfirman: “Kadar naiknya mereka pada hari itu bagi selain mereka dari makhluk adalah lima puluh ribu tahun. Hal itu karena malaikat naik dari awal urusannya, dari bumi ketujuh yang paling bawah hingga ke akhir usurannya di atas langit ketujuh.”

Pakar ta’wīl berpendapat seperti yang kami katakan. Riwayat yang menjelaskan demikian adalah:

  1. Ibnu Ḥumaid menceritakan kepada kami, dia berkata: Ḥakkām bin Salm menceritakan kepada kami dari ‘Amru bin Ma‘rūf, dari al-Laits, dari Mujāhid, tentang firman-Nya: (فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ.) “Dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun,” dia berkata: “Dari awal urusannya, dari bumi yang paling rendah hingga akhir urusannya di atas langit ketujuh yang kadarnya lima puluh ribu tahun. (ثُمَّ تَعْرُجُ إِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّوْنَ) “Kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (Qs. as-Sajdah [32]: 5). Maksudnya adalah turunanya urusan itu dari langit ke bumi, dan dari bumi ke langit pada satu hari, yang kadarnya seribu tahun, karena jarak antara langit dan bumi yaitu lima ratus tahun perjalanan.” (85214).

Pakar ta’wīl yang lain berkata: “Maknanya adalah, malaikat dan Rūḥ (Jibrīl a.s.) naik kepada-Nya pada satu hari yang tidak ada ketentuan waktunya di antara makhluk-Nya, dan diperkirakan kadarnya lima puluh ribu tahun. Riwayat-riwayat yang menjelaskan demikian adalah:

  1. Ibnu Ḥumaid menceritakan kepada kami, dia berkata: Mahrān menceritakan kepada kami dari Sufyān, dari Sammāk bin Ḥarb, dari ‘Ikrimah, tentang ayat: (فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ.) “Dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun,” dia berkata: “Pada satu hari yang tidak ada ketentuan di dalamnya, dan kadarnya lima puluh ribu tahun.” (85315).
  2. Ibnu Basysyār menceritakan kepada kami, dia berkata: ‘Abd-ur-Raḥmān menceritakan kepada kami, dia berkata: Sufyān menceritakan kepada kami dari Sammāk (bin Ḥarb), dari ‘Ikrimah, tentang ayat: (فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ.) “Dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun,” dia berkata: “Hari Kiamat.” (85416).
  3. Ibn-ul-Mutsannā menceritakan kepada kami, dia berkata: Muḥammad bin Ja‘far menceritakan kepada kami, dia berkata: Syu‘bah mendengar dari Sammāk (bin Ḥarb), dari ‘Ikrimah, tentang ayat: (خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ.) “lima puluh ribu tahun,” dia berkata: “Hari Kiamat.” (85517).
  4. Bisyr menceritakan kepada kami, dia berkata: Yazīd menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa‘īd menceritakan kepada kami dari Qatādah, tentang firman-Nya: (تَعْرُجُ الْمَلآئِكَةُ وَ الرُّوْحُ إِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ. فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيْلًا) “Malaikat-malaikat dan Jibrīl naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik” dia berkata: “Itulah Hari Kiamat.” (85618).
  5. Ibnu ‘Abd-il-A‘lā menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibnu Tsaur menceritakan kepada kami dari Mu‘ammar, dari Ibnu Abī Najīḥ, dari Mujāhid; Mu‘ammar berkata: Telah sampai juga kepadaku dari ‘Ikrimah, tentang firman Allah s.w.t.: (مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ.) “Yang kadarnya lima puluh ribu tahun.” Tidak ada seorang pun tahu berapa yang telah berlalu dan berapa sisanya, kecuali Allah. (85719).
  6. ‘Alī menceritakan kepadaku, dia berkata: Abū Shāliḥ menceritakan kepada kami, dia berkata: Mu‘āwiyah menceritakan kepadaku dari ‘Alī r.a., dari Ibnu ‘Abbās r.a., tentang firman-Nya: (تَعْرُجُ الْمَلآئِكَةُ وَ الرُّوْحُ إِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ. فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيْلًا.) “Malaikat-malaikat dan Jibrīl naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik” ia berkata: “Ini adalah Hari Kiamat yang oleh Allah dijadikan kadarnya lima puluh ribu tahun kepada orang-orang kafir.” (85820).
  7. Aku diceritakan dari al-Ḥusain, dia berkata: Aku mendengar Abū Mu‘ādz berkata: ‘Ubaid mengabarkan kepada kami, dia berkata: Aku mendengar adh-Dhaḥḥāk berkata, tentang firman-Nya: (فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ.) “Dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun,” ia berkata: “Maksudnya adalah Hari Kiamat.” (85921).
  8. Yūnus menceritakan kepadaku, dia berkata: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami, dia berkata: Ibnu Zaid berkata tentang firman-Nya: (فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ.) “Dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun,” dia berkata: “Ini adalah Hari Kiamat.” (86022).
  9. Yūnus menceritakan kepadaku, dia berkata: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami, dia berkata: ‘Amru bin al-Ḥārits mengabarkan kepadaku, bahwa Darrāj menceritakan kepadanya dari Abul-Haitsam, dari Abū Sa‘īd, dia berkata kepada Rasūlullāh s.a.w. mengenai ayat: (فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ.) “Dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.” Ia berkata: “Alangkah lamanya ini?” Nabi s.a.w. bersabda: “Demi yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, sesungguhnya ia akan diringankan bagi orang mu’min, hingga terasa lebih ringan daripada shalat wajib yang dilakukannya ketika di dunia.” (86123).

Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbās dalam hal itu selain perkataan yang telah kami sebutkan, yaitu:

  1. Ya‘qūb menceritakan kepadaku, ia berkata: Ibnu ‘Aliyyah (‘Ulayyah) menceritakan kepada kami dari Ayyūb, dari Abū Malīkah, bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Ibnu ‘Abbās tentang firman-Nya: (يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ.) “Sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.” Ibnu ‘Abbās lalu berkata: “Apa yang dimaksud: (يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ.) “Sehari yang kadarnya seribu tahun?” Dia (kali-laki itu) lalu berkata: “Sesungguhnya aku bertanya kepadamu agar kamu memberitahukanku.” Ibnu ‘Abbās lalu menjawab: “Keduanya adalah hari yang disebutkan oleh Allah di dalam al-Qur’an, dan Allah lebih mengetahui maksud keduanya.” Dia tidak ingin mengatakan sesuatu tentang Kitab Allah yang tidak dia ketahui.” (86224).
  2. Ibnu Basysyār menceritakan kepada kami, dia berkata: ‘Abd-ul-Wahhāb menceritakan kepada kami, dia berkata: Ayyūb menceritakan kepada kami dari Abū Mulaikah, dia berkata: Seorang laki-laki bertanya kepada Ibnu ‘Abbās tentang ayat: (يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ.) “Sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.” Dia (Ibnu ‘Abbās) lalu ditanya tentang hal itu, dan dia berkata: “Apa dimaksud: (يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ.) “Sehari yang kadarnya seribu tahun?” Dia (kali-laki itu) menjawab: “Sesungguhnya aku bertanya kepadamu agar kamu memberitahukanku.” Ibnu ‘Abbās lalu menjawab: “Keduanya adalah hari yang disebutkan oleh Allah di dalam al-Qur’ān, dan Allah lebih mengetahui maksud keduanya.” Aku tidak ingin mengatakan sesuatu tentang Kitab Allah yang tidak aku ketahui.” (86325).

Semua ‘ulamā’ pelosok negeri membaca firman Allah: (تَعْرُجُ الْمَلآئِكَةُ وَ الرُّوْحُ) “Malaikat-malaikat dan Jibrīl naik (menghadap),” dengan huruf tā’, selain al-Kisā’ī yang membacanya dengan huruf yā’, (86426) dengan argumentasi hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Mas‘ūd, bahwa dia membaca sepertinya juga. (86527).

Bacaan yang benar menurutku adalah bacaan semua penduduk negeri secara umum, yaitu dengan huruf tā’, karena adanya ijma‘ pada argumentasi orang yang membacanya demikian.

 

Firman-Nya: (فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيْلًا.) “Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik,” maksudnya adalah, maka bersabarlah, wahai Muḥammad (صَبْرًا جَمِيْلًا) “dengan sabar yang baik,” yakni kesabaran yang tidak ada rasa takut di dalamnya. Allah berfirman kepada Nabi-Nya: “Bersabarlah atas gangguan perlakuan mereka kepadamu yang tidak kamu sukai dalam menyampaikan risalah Tuhanmu.”

Ibnu Zaid berkata dalam hal itu pada riwayat berikut ini:

  1. Yūnus menceritakan kepadaku, dia berkata: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami, dia berkata: Ibnu Zaid berkata tentang firman-Nya: (فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيْلًا.) “Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik,” ia berkata: “Ini ketika Allah menyuruhnya memaafkan mereka dan bukan membalas mereka. Jadi, ketika dia diperintahkan berjihad dan bersikap keras kepada mereka, dia diperintahkan untuk keras dan membunuh hingga mereka meninggalkan kekerasan. Namun perintah ini lalu dihapuskan.” (86628).

Inilah yang dikatakan oleh Ibnu Zaid, bahwa Nabi Muḥammad s.a.w. diperintahkan untuk memaafkan dengan ayat tersebut, namun kemudian hal itu dihapuskan. Oleh karena itu, pendapat ini tidak kuat alasannya, sebab tidak ada dalil yang menunjukkan kebenaran perkataannya, seperti dalil-dalil yang shaḥīḥ untuk memberikan bantahan. Sebab ketika Allah s.w.t. memerintahkan demikian kepada Nabi Muḥammad s.a.w. atas gangguan orang-orang musyrik, maka ini bukan berarti beliau diperintahkan demikian pada sebagian keadaan, melainkan pada semua keadaan beliau diperintahkan demikian, karena beliau diutus dari sisi Allah dan harus berani menghadapi gangguan mereka. Sekalipun demikian, beliau tetap sabar atas semua hal itu, sebelum Allah mengidzinkan beliau untuk memerangi mereka dan setelah diidzinkan untuk itu.

Catatan:

  1. 839). Nāfi‘ dan Ibnu ‘Āmir membaca (سَالَ) dengan alif sākinah sebagai ganti dari hamzah. ‘Ulamā’ lainnya membacanya dengan hamzah, dan hamzah dijadikan pada waqaf.

    ‘Ulamā’ lainnya membacanya dengan hamzah, dan hamzah dijadikan pada waqaf.

    Lihat at-Taisīru fil-Qirā’āt-is-Sab‘ (hal. 174) dan al-Wāfī fī Syarḥ-isy-Syāthibiyyah (hal. 305).

  2. 840). Ibnu Katsīr dalam tafsirnya (14/125).
  3. 841). Lihat ad-Durr-ul-Mantsūr karya as-Suyūthī (8/278) dan Zād-ul-Masīr karya Ibn-ul-Jauzī (8/357).
  4. 842). Ibid.
  5. 843). Lihat al-Jāmi‘u li Aḥkām-il-Qur’ān karya al-Qurthubī (18/279).
  6. 844). ‘Abd-ur-Razzāq dalam tafsirnya (3/344).
  7. 845). Asy-Syaukānī dalam Fatḥ-ul-Qadir (hal. 1822) dari Zaid bin Tsābit.
  8. 846). Lihat al-Jāmi‘u li Aḥkām-il-Qur’ān karya al-Qurthubī (18/279).
  9. 847). Ibnu Abī Ḥātim dalam tafsirnya (10/3373).
  10. 848). Abusy-Syaikh dalam al-‘Uzhmah (3/1047), di dalamnya disebutkan: Ibrāhīm bin Muḥammad bin al-Ḥasan menceritakan kepada kami, Sa‘īd bib Abī Zaidun menceritakan kepada kami dan al-Faryābī, dari Waraqā’, dari Ibnu Abī Najīḥ, dari Mujāhid. Al-Qurthubī dalam tafsirnya (18/281), serta as-Suyūthī dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/278), disandarkan kepada ‘Abd bin Ḥamīd (Ḥumaid) dan Ibn-ul-Mundzir, serta Abus-Syaikh.
  11. 849). Al-Māwardī dalam an-Nukatu wal-‘Uyūn (6/90), al-Baghawī dalam Ma‘ālim-ut-Tanzīl (4/392), dan Ibnu Manzhūr dalam Lisān-ul-‘Arab (entri: (عرج), 4/2870).
  12. 850). Lihat Musnad Abī Ya‘lā (2/77).
  13. 851). Disebutkan oleh Al-Māwardī dari Ibnu ‘Abbās dalam an-Nukatu wal-‘Uyūn (6/90), As-Suyūthī dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/277), disandarkan kepada al-Faryābī dan ‘Abd bin Ḥamīd (Ḥumaid), dan an-Nasā’ī, Ibu Abī Ḥātim, al-Ḥākim, serta di-shaḥīḥ-kan oleh Ibnu Mardawaih.Al-Ḥākim dalam al-Mustadrak (2/502), di dalamnya disebutkan: ‘Ubaidillāh bin Mūsā menceritakan kepada kami dari Sufyān, dari al-A‘masy, dari Sa‘īd bin Jubair, dia berkata: “Shaḥīḥ berdasarkan syarat al-Bukhārī dan Muslim, sekalipun keduanya tidak meriwayatkannya.”
  14. 852). As-Suyūthī dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (6/538), tidak dihubungkan kecuali kepada Ibnu Jarīr. Ibnu Abī Ḥātim dalam tafsirnya (10/3373) dengan lafazh dari Ibnu ‘Abbās dan disebutkan oleh Ibnu Katsīr dengan lafazhnya dalam tafsirnya (14/126): Aḥmad bin Salamah menceritakan kepada kami, Isḥāq bin Ibrāhīm menceritakan kepada kami, Ḥikam mengabarkan kepada kami dari ‘Umar bin Ma‘rūf, dari Mujāhid, dari Ibnu ‘Abbās, dan dia menunjuk kepada riwayat Ibnu Jarīr di sini dan juga menunjukkan bahwa Ibnu Jarīr tidak menyebutkan Ibnu ‘Abbās.Lihat Tafsīr-ul-Qurthubī (18/282).
  15. 853). Atsar semisalnya disebutkan oleh al-Qurthubī dalam tafsirnya (18/282).
  16. 854). Ibid.
  17. 855). Atsar ini sama dengan sebelumnya, akan tetapi melalui jalur Syu‘bah dari Sammāk.
  18. 856). As-Suyūthī dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/280), disandarkan kepada ‘Abd bin Ḥamīd (Ḥumaid).
  19. 857). ‘Abd-ur-Razzāq dalam tafsirnya (3/344).
  20. 858). As-Suyūthī dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/279), disandarkan kepada Ibn-ul-Mundzir, dan al-Baihaqī dalam al-Ba‘tsu wan-Nusyūr”.
  21. 859). Ibnu Katsīr dalam tafsirnya (14/128).
  22. 860). Ibid.
  23. 861). Aḥmad dalam Musnad-nya (3/75), dia berkata: ‘Abdullāh menceritakan kepada kami, bapakku menceritakan kepadaku, Ḥasan menceritakan kepada kami, Ibnu Luhai‘ah (Lahī‘ah) menceritakan kepada kami, Darraj menceritakan kepada kami dari Abul-Haitsam, dari Abū Sa‘īd al-Khudrī, dia berkata: Dikatakan kepada Rasūlullāh s.a.w.: (فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ.) “Dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.”Alangkah panjangnya hari ini? Rasūlullāh s.a.w. lalu menjawab: “Demi yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya ia akan diringankan kepada orang mu’min hingga menjadi lebih ringan daripada shalat wajib yang dilakukannya ketika di dunia.”Abū Ya‘lā al-Mushalī dalam Musnad-nya (2/527) dan al-Haitsamī dalam Majma‘-uz-Zawā’id (10/337), dia berkata: “Diriwayatkan oleh Aḥmad dan Abū Ya‘lā. Isnād-nya ḥasan, sekalipun perawinya dha‘īf.”
  24. 862). Ibnu Katsīr dalam tafsirnya (14/129, 130).
  25. 863). Ibid.
  26. 864). Al-Kisā’ī membacanya dengan huruf yā’ (ya‘ruju).

    ‘Ulamā’ lainnya membacanya dengan huruf tā’.

    Lihat at-Taisīru fil-Qirā’āt-is-Sab‘ (hal. 174) dan al-Wāfī fī Syarḥ-isy-Syāthibiyyah (hal. 305).

  27. 865). As-Suyūthī dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/279), bahwa Ibnu Mas‘ūd membacanya seperti itu, dan disandarkan kepada ‘Abd bin Ḥamīd (Ḥumaid), dari Abū Isḥāq.
  28. 866). Lihat Tafsīr-ul-Qurthubī (18/279).

Unduh Rujukan:

  • [download id="22006"]

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *