Surah al-Ma’arij 70 ~ Tafsir asy-Syaukani (6/6)

Dari Buku:
TAFSIR FATHUL-QADIR
(Jilid 12, Juz ‘Amma)
Oleh: Imam asy-Syaukani

Penerjemah: Amir Hamzah, Besus Hidayat Amin
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

Rangkaian Pos: Surah al-Ma'arij 70 ~ Tafsir asy-Syaukani

فَلَا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَ الْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُوْنَ. عَلَى أَنْ نُّبَدِّلَ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَ مَا نَحْنُ بِمَسْبُوْقِيْنَ. فَذَرْهُمْ يَخُوْضُوْا وَ يَلْعَبُوْا حَتَّى يُلَاقُوْا يَوْمَهُمُ الَّذِيْ يُوْعَدُوْنَ. يَوْمَ يَخْرُجُوْنَ مِنَ الْأَجْدَاثِ سِرَاعًا كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوْفِضُوْنَ. خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ذلِكَ الْيَوْمُ الَّذِيْ كَانُوْا يُوْعَدُوْنَ.

70: 40. Maka Aku bersumpah dengan Tuhan yang memiliki timur dan barat, sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa,
70: 41. untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik dari mereka, dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan.
70: 42. Maka biarkanlah mereka tenggelam (dalam kebatilan) dan bermain-main sampai mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka,
70: 43. (yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia),
70: 44. dalam keadaan mereka menekurkan pandangannya (serta) diliputi kehinaan. Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka.
(QS. al-Ma‘ārij [70]: 40-44).

 

Firman-Nya: (فَلَا أُقْسِمُ) “Maka Aku bersumpah.” Huruf (لَا) ini sebagai tambahan sebagaimana telah dijelaskan belum lama ini, dan maknanya (فَأَقْسِمُ) “Maka aku bersumpah”. (بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَ الْمَغَارِبِ) “dengan Tuhan yang memiliki timur dan barat.” Yakni arah matahari terbit dan matahari terbenam setiap hari selama setahun. Jumhur ‘ulamā’ membaca (الْمَشَارِقِ وَ الْمَغَارِبِ) dengan bentuk jama‘, sedangkan Abū Ḥaiwah, Ibnu Muḥaishin, dan Ḥumaid dengan bentuk mufrad (الْمَشرِقِ وَ الْمَغرِبِ).

 

(إِنَّا لَقَادِرُوْنَ. عَلَى أَنْ نُّبَدِّلَ خَيْرًا مِّنْهُمْ) “Sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik dari mereka” yakni untuk menciptakan kaum yang lebih baik dari mereka dalam lebih taat kepada Allah, tidak seperti mereka yang mendurhakai-Nya, dan Allah membinasakan mereka.”

 

(وَ مَا نَحْنُ بِمَسْبُوْقِيْنَ.) “dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan.” Yakni tidak dapat dikalahkan kalau saja Kami ingin melakukan itu (mengganti mereka dengan kaum yang lebih baik), melainkan Kami melakukan sesuai yang Kami kehendaki, segala sesuatu tidak meleset sedikitpun dari kehendak dan ilmu Kami telah ditetapkan sebelumnya bahwa Kami akan menunda meng‘adzab mereka dan tidak mengganti mereka dengan kaum yang baru.

 

(فَذَرْهُمْ يَخُوْضُوْا وَ يَلْعَبُوْا) “Maka biarkanlah mereka tenggelam (dalam kebatilan) dan bermain-main” yakni biarlah mereka tenggelam dalam kebatilan mereka dan bermain-main dengan dunia mereka, enggan melaksanakan apa yang Aku perintahkan, janganlah engkau terlalu risau dengan apa yang mereka lalukan, tidak tugas lain bagimu kecuali menyampaikan risalah.

 

(حَتَّى يُلَاقُوْا يَوْمَهُمُ الَّذِيْ يُوْعَدُوْنَ.) “sampai mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka,” yaitu hari Kiamat. Ayat ini dinasakh oleh ayat saif (perintah perang). Jumhur ‘ulamā’ membaca: (يُلَاقُوْا) sementara Abū Ja‘far, Ibnu Muḥaishin, Ḥumaid, dan Mujāhid membaca (حَتَّى يلقُوْا).

 

(يَوْمَ يَخْرُجُوْنَ مِنَ الْأَجْدَاثِ سِرَاعًا) “(yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat.” Lafazh (يَوْمَ) di sini sebagai badal (pengganti) dari (يَوْمَهُم), dan (سِرَاعًا) dalam keadaan nashab sebagai ḥāl dari dhamīr (يَخْرُجُوْنَ). Jumhur ‘ulamā’ membaca (يَخْرُجُوْنَ) dengan bentuk mabnī lil-fā‘il (kata kerja aktif), sementara as-Sulamī, al-A‘masy, al-Mughīrah, dan ‘Āshim dalam sebuah riwayat membaca dengan bentuk mabnī lil-maf‘ūl (kata kerja pasif). (الْأَجْدَاثِ) adalah bentuk jama‘ dari (حدث), yaitu (القبر) “kubur”.

 

(كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوْفِضُوْنَ.) “seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia).” Jumhur ‘ulamā’ membaca (نَصْب) dengan harakat fatḥah pada nūn dan sukūn pada shād, dan Ibnu ‘Āmir serta Ḥafsh membaca dengan dhammah pada nūn dan shād, sementara ‘Amr bin Maimūn dan Abū Rajā’ membaca dengan dhammah pada nūn dan sukūn pada shād. Dikatakan dalam ash-Shiḥāḥ bahwa (النصب) adalah sesuatu yang pasang kemudian disembah selain Allah. Demikian pula makna (النصب) dengan dhmamah dan terkadang shād berharakat. Al-A‘syā berkata:

وَ ذَا النصب الْمَنْصُوْبِ لَا تَعْبُدْنَهُ وَ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ وَ اللهَ فَاعْبُدَا.

Sesuatu yang merasakan letih dan meletihkan, janganlah kau sembah
….. janganlah kau sembah syaitan, melainkan Allah hendaklah kau sembah.”

Dan bentuk jama‘nya adalah (الْأَنْصَاب). Al-Akhfasy dan al-Farrā’ berkata: (النصب) adalah jama‘ dari (النصب), seperti (وُهُن) dan (وَهَن), dan (الْأَنْصَاب) adalah jama‘ dari (النصب), ini adalah pembentukan lafazh jama‘ dari lafazh jama‘. Ada pendapat yang mengatakan (النصب) ada bentuk jama‘ dari (نصَاب), itu adalah batu, atau berhala yang diberi persembahan dengan memotong hewan. Di antara contoh makna ini adalah firman Allah: (وَ مَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ) “dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala.” (Qs.al-Mā’idah [8]: 3).

An-Naḥḥās berkata: (نُصُب) dan (نَصَب) memiliki arti yang sama. Ada pendapat lain yang mengatakan makna (إِلَى نُصُبٍ) “kepada berhala-berhala” di sini adalah kepada target, yaitu apa yang ditatap oleh penglihatanmu. Al-Kalbī berkata: “Kepada sesuatu yang dipasang dan didirikan, baik itu sejenis tanda atau bendera: yakni seakan-akan mereka dipanggil dan digerakkan menuju sebuah tanda atau bendera yang dipasang sebagai tanda untuk mereka datangi.

Al-Ḥasan berkata: “Apabila matahari telah terbit, mereka bersegera menuju target dan sesembahan yang mereka sembah selain Allah, dan tidak diperbolehkan berburu di sana karena khawatir sesembahan itu akan jatuh. Makna (يُوْفِضُوْنَ) adalah (يُسْرِعُوْنَ) “bergegas/cepat-cepat”, (الْإِيْفَاض) adalah (الْإِسْرَاع) dan (أَوْفض إِيْفَاضًا) berarti (أَسْرع إِسْرَاعًا). Di antara contoh penggunaan makna ini adalah perkataan seorang penyair:

فَوَارِس ذُبْيَان تَحْتَ الْحَدِيْد كَالْجِنِّ يُوْفِضُ مِنْ عَبْقَر.

Ksatria-ksatria Dzubyān berada di balik besi perisai
…… seperti jinn yang bergegas dari ‘Abqar.”

(عَبْقَر) adalah salah satu daerah jinn sebagaimana dikatakan orang ‘Arab. Juga perkataan Lubaid:

كهُولُ وَ شَبَّان كَجِنَّة عَبْقَر.

“Yang tua dan yang muda dari kalangan jinn ‘Abqar.’

 

(خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ) “Dalam keadaan mereka menekurkan pandangannya” berkedudukan sebagai ḥāl (keterangan kondisi) dari dhamīr (يُوْفِضُوْنَ) dan (أَبْصَارُهُمْ) berkedudukan rafa‘ dengannya. (الخشوع) artinya (الذلة و الخضوع) “kerendahan dan kehinaan” yakni mereka tidak mengangkat pandangan mata mereka tatkala menanti datangnya ‘adzab.

 

(تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ) “diliputi kehinaan” yakni diliputi kehinaan yang sangat. Qatādah berkata: “Itu adalah garis hitam di wajah.” Di antara penggunaan istilah ini adalah (غُلَامٌ مُرَاهِقٌ) “ABG “Anak remaja”.” manakala anak itu telah diliputi mimpi-mimpi. Kata (رَهِقَهُ) “dengan kasrah” (يَرْهَقُهُ رَهْقًا) berarti (غَشيه) “menutupinya/meliputinya”. Di antara penggunaan yang sama juga firman Allah: (وَ لَا يَرْهَقُ وُجُوْهُهُمْ قَتَرٌ وَ لَا ذِلَّةٌ) “dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan.” (Qs. Yūnus [10]: 26).

Kemudian isyarat dengan (ذلِكَ) “Itulah” kembali kepada semua yang telah disebutkan terdahulu, dan (ذلِكَ) sebagai mubtada’, sementara khabar-nya adalah (الْيَوْمُ الَّذِيْ كَانُوْا يُوْعَدُوْنَ.) “hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka.” Yakni yang pernah diperingatkan kepada mereka saat di dunia melalui lisan para rasūl, (pada hari itu) ‘adzab telah terjadi dan menjadi kenyataan sebagaimana telah dijanjikan Allah kepada mereka, sekalipun yang digunakan di sini adalah pola kata mendatang (future), namun dihukumi dengan “telah terjadi” karena kepastian akan kedatangannya.

Diriwayatkan oleh Sa‘īd bin Manshūr, ‘Abd bin Ḥumaid, Ibnu Jarīr, Ibnu Mundzir, dan Ibnu Abī Ḥātim dari Ibnu ‘Abbās tentang firman Allah: (فَلَا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَ الْمَغَارِبِ) “Maka Aku bersumpah dengan Tuhan yang memiliki timur dan barat,” ia (Ibnu ‘Abbās) berkata: “Matahari memiliki posisi terbit dan terbenam setiap hari yang berbeda dengan hari sebelumnya.” Ibnu Jarīr meriwayatkan darinya tentang firman-Nya: (إِلَى نُصُبٍ يُوْفِضُوْنَ.) “Mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia)” ia berkomentar: “Mereka pergi dengan segera kepada tanda yang mereka buat sendiri.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *