Surah al-Ma’arij 70 ~ Tafsir ash-Shabuni (4/4)

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

Rangkaian Pos: Surah al-Ma'arij 70 ~ Tafsir ash-Shabuni

Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang”; Aku bersumpah demi Tuhan Pemilik dan Penguasa tempat terbit dan tempat terbenamnya matahari, bulan dan bintang-bintang, “sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik dari mereka”; sungguh Kami mampu membinasakan mereka dan mengganti mereka dengan sekelompok orang yang lebih utama dan lebih taat kepada Kami daripada mereka. “dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan”; Kami tidaklah lemah untuk berbuat hal tersebut. “Maka biarkanlah mereka tenggelam (dalam kebatilan) dan bermain-main”; hai Muḥammad, biarkanlah mereka terjerumus dalam kebatilan dan bersenang-senang serta bermain-main dalam dunia mereka. Sibukkanlah dirimu dengan perintah Allah kepadamu. Bagi orang kafir, perintah ini berarti ancaman dan peringatan. “sampai mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka”; sampai mereka bertemu dengan hari yang berat dan sulit itu, pada saat itu taubat dan penyesalan tidak berguna. “(yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat”; pada saat mereka keluar dari kubur menuju padang Mahsyar dengan bergegas. “seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia)”; seolah-olah mereka berjalan dan berlomba-lomba menuju berhala yang mereka tegakkan untuk mereka sembah. Keadaan bergegas mereka menuju Maḥsyar diserupakan dengan keadaan bergegas dan berlomba-lomba mereka sewaktu di dunia menuju berhala dan syaithan mereka. Penyerupaan ini untuk mengejek dan menyindir kepandiran akal pikiran mereka. Sebab, mereka menyembah sesuatu yang tidak berhak disembah dan tidak menyembah Yang Maha Esa. “dalam keadaan mereka menekurkan pandangannya”; pandangan mereka tertunduk ke tanah dan tidak mengangkatnya karena malu kepada Allah. “(serta) diliputi kehinaan”; mereka dikelilingi oleh kehinaan dari segala penjuru dan pada wajah mereka tampak raut kerendahan. “Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka”; inilah hari kiamat yang diperingatkan kepada mereka di dunia dulu dan yang mereka tertawakan serta mereka dustakan. Hari inilah, mereka melihat siksa dan balasan mereka.

Aspek Balāghah.

Dalam surat al-Ma‘ārij ini terkandung sejumlah keindahan bahasa sebagaimana berikut ini:

Pertama, thibāq (dua kata atau lebih yang berlawanan maknanya) antara (بَعِيْدًا) “jauh” dan (قَرِيْبًا) “dekat”, antara (الْيَمِيْنِ) “kanan” dan (الشِّمَالِ) “kiri”, antara (الْمَشَارِقِ) “timur” dan (الْمَغَارِبِ) “barat”.

Kedua, jinas isytiqāq (dua kata sejenis dari satu akar kata) (سَأَلَ سَائِلٌ). Demikian juga (تَعْرُجُ – الْمَعَارِجِ).

Ketiga, menuturkan yang khusus setelah yang umum untuk mengingatkan kelebihannya dan kemuliaannya.

تَعْرُجُ الْمَلآئِكَةُ وَ الرُّوْحُ

Malaikat dan Jibrīl naik ke langit.”

Ar-Rūḥ adalah Jibrīl yang berasal dari bangsa malaikat.

Keempat, tasybīh mursal mujmal (perumpamaan)

يَوْمَ تَكُوْنُ السَّمَاءُ كَالْمُهْلِ. وَ تَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ.

Pada hari ketika langit menjadi seperti luluhan perak. Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang beterbangan),

Disebut tasybīh demikian karena sisi persamaannya (tasybīh) dibuang.

Kelima, menuturkan yang umum setelah yang khusus

لَوْ يَفْتَدِيْ مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيْهِ. وَ صَاحِبَتِهِ وَ أَخِيْهِ. وَ فَصِيْلَتِهِ الَّتِيْ تُؤْوِيْهِ. وَ مَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيْعًا

Orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari ‘adzab hari itu dengan anak-anaknya. Dan istrinya dan saudaranya, dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia). Dan orang-orang di atas bumi seluruhnya, kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya.

“Orang-orang di atas bumi” merupakan kata-kata umum dan sebelumnya adalah kata-kata khusus.

Keenam, perbandingan yang lembut (إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوْعًا.). Allah membandingnya dengan firman (وَ إِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوْعًا.).

Ketujuh, istifhām inkārī (pertanyaan untuk menolak) yang bertujuan mencela dan mempermalukan orang kafir.

أَيَطْمَعُ كُلُّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ أَنْ يُدْخَلَ جَنَّةَ نَعِيْمٍ.

Adakah setiap orang dari orang-orang kafir itu ingin masuk ke dalam surga yang penuh kenikmatan?

Kedelapan, kināyah yang lembut dan tinggi:

كَلَّا إِنَّا خَلَقْنَاهُمْ مِّمَّا يَعْلَمُوْنَ.

Sekali-kali tidak! Sesungguhnya Kami ciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui (air mani).

Yakni sperma yang menjijikkan.

Kesembilan, tasybīh mursal mujmal (permisalan).

كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوْفِضُوْنَ.

seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia)

Penyerupaan ini mengejek dan mencela mereka serta menyindir pandirnya akal mereka serta mendokumentasikan kebodohan fatal mereka. Sebab, mereka menyembah sesuatu yang tidak berhak disembah.

Kesepuluh, sajak yang tersusun bagaikan mutiara dan batu mulia.

Misalnya:

إِنَّهَا لَظَى. نَزَّاعَةً لِّلشَّوَى. تَدْعُوْا مَنْ أَدْبَرَ وَ تَوَلَّى.

Catatan Penting.

Dengan firman:

إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعًا.

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh-kesah lagi kikir.

Ayat ini dan beberapa ayat lainnya mengingatkan watak-watak manusia. Allah menjelaskan bahwa manusia ingin kesenangannya segera terwujud dan dia sangat keluh-kesah. Jika memperoleh keberuntungan, dia kikir. Jika tertimpa kemalangan, dia sangat mengeluh. Kemudian Allah mengecualikan beberapa jenis manusia dari akhlak yang tercela itu, yaitu orang-orang yang memiliki keimanan dan amal shalih.

Unduh Rujukan:

  • [download id="21503"]

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *