Surah al-Ma’arij 70 ~ Tafsir as-Sa’di (1/3)

TAFSĪR AL-QUR’ĀN
(Judul Asli: TAISĪR-UL-KARĪM-IR-RAḤMĀNI FĪ TAFSĪRI KALĀM-IL-MANNĀN)

Penyusun: Syaikh ‘Abd-ur-Raḥmān bin Nāshir as-Sa‘dī

(Jilid ke 7 dari Surah adz-Dzāriyāt s.d. an-Nās)

Penerjemah: Muhammad Iqbal, Lc.
Izzudin Karimi, Lc.
Muhammad Ashim, Lc.
Mustofa Aini, Lc.
Zuhdi Amin, Lc.

Penerbit: DARUL HAQ

Rangkaian Pos: Surah al-Ma'arij 70 ~ Tafsir as-Sa'di

سُوْرَةُ الْمَعَارِجِ

TAFSIR SURAT AL-MA‘ĀRIJ

(Tempat-tempat Naik)
Surat ke-70: 44 ayat
Makkiyyah

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

 

سَأَلَ سَائِلٌ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ. لِّلْكَافِريْنَ لَيْسَ لَهُ دَافِعٌ. مِّنَ اللهِ ذِي الْمَعَارِجِ. تَعْرُجُ الْمَلآئِكَةُ وَ الرُّوْحُ إِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ. فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيْلًا. إِنَّهُمْ يَرَوْنَهُ بَعِيْدًا. وَ نَرَاهُ قَرِيْبًا.

70: 1. Seorang peminta telah meminta kedatangan ‘adzab yang bakal terjadi
70: 2. untuk orang-orang kafir, yang tidak seorang pun dapat menolaknya.
70: 3. (Yang datang) dari Allah, Yang mempunyai tempat-tempat naik.
70: 4. Malaikat-malaikat dan ruh naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.
70: 5. Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.
70: 6. Sesungguhnya mereka memandang siksaan itu jauh (mustahil).
70: 7. Sedangkan Kami memandangnya dekat (pasti terjadi).
(al-Ma‘ārij [70] 1-7).

Tafsir Ayat:

(1-4). Allah s.w.t. berfirman menjelaskan kebodohan para penentang dan permintaan mereka untuk disegerakan ‘adzab Allah s.w.t. kepada mereka seraya memperolok-olok, membangkang dan memperlemah: (سَأَلَ سَائِلٌ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ.) “Seorang peminta telah meminta kedatangan ‘adzab yang bakal terjadi,” yakni seorang telah meminta dan meminta dibuka, (لِّلْكَافِريْنَ) “untuk orang-orang kafir,” karena mereka berhak mendapatkannya lantaran kekufuran, (لَيْسَ لَهُ دَافِعٌ. مِّنَ اللهِ) “yang tidak seorang pun dapat menolaknya, (yang datang) dari Allah,” artinya, tidak seorang pun yang bisa menolak datangnya ‘adzab yang diminta segera oleh para pembangkang kaum musyrikin sebelum waktunya tiba atau tidak seorang pun yang bisa melenyapkannya ketika ‘adzab menimpa. Hal ini terjadi pada saat an-Nadhr bin Ḥārits al-Quraisyī atau para dedengkol lainnya memintanya seraya berkata:

(اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِّنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيْمٍ.) “Ya Allah, jika betul (al-Qur’ān) ini, ialah yang benar dari sisi-Mu, maka hujanilah kami batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami ‘adzab yang pedih.” (Qs. al-Anfāl [8]: 32)

‘Adzab pasti menimpa mereka, bisa disegerakan untuk mereka di dunia atau disimpan di akhirat kelak untuk mereka. Andai saja mereka mengenal Allah s.w.t. dan mengenal keagungan-Nya serta luasnya kuasa, sempurnanya nama-nama dan sifat-Nya, niscaya mereka tidak meminta untuk disegerakannya ‘adzab dan niscaya mereka memiliki sopan-santun. Karena itu Allah s.w.t. menyebutkan salah satu keagungan-Nya yang bertentangan dengan perkataan buruk mereka: (ذِي الْمَعَارِجِ. تَعْرُجُ الْمَلآئِكَةُ وَ الرُّوْحُ إِلَيْهِ) “Mempunyai tempat-tempat naik. Malaikat-malaikat dan ruh (221) naik (menghadap) kepada Rabb,” yakni, Pemilik keluhuran, keagungan, kemuliaan, dan hak mengatur seluruh makhluk, kepada-Nya para malaikat naik dengan tugas yang diberikan pada mereka, ruh naik padanya. Ruh adalah isim jenis yang mencakup seluruh ruh, yang baik maupun yang buruk. Hal ini terjadi pada saat kematian. Ruh orang-orang suci naik kepada Allah s.w.t., mereka diberi idzin dari satu langit ke langit lain hingga berhenti di langit di mana Allah s.w.t. berada. Menyampaikan ucapan penghormatan kepada Allah s.w.t. dan mengucapkan salam serta mendekat ke arah-Nya. Mereka senang berada di dekat dan pengagungan dari Allah s.w.t. Sedangkan ruh para pendosa, ketika naik ke langit dan meminta idzin, mereka tidak diberi idzin dan dikembalikan lagi ke bumi.

Selanjutnya Allah s.w.t. menyebutkan jarak yang ditempuh oleh para malaikat dan ruh menuju Allah s.w.t. Para malaikat dan ruh naik dalam sehari dengan sebab-sebab yang Allah mudahkan baginya serta dengan pertolongan, padahal jarak tersebut sejauh jarak lima puluh ribu tahun perjalanan normal, mulai dari saat naik hingga sampai yang telah ditentukan hingga sampai pada golongan malaikat tertinggi. Kerajaan yang amat besar ini dan alam yang agung ini, baik yang berada di atas maupun bawah, seluruhnya diciptakan dan diatur oleh Allah s.w.t. Yang Maha Luhur lagi Tinggi. Allah s.w.t. mengetahui kondisi-kondisi mereka, baik yang lahir maupun yang bāthin. Allah s.w.t. mengetahui apa yang ada dan apa yang tersimpan. Allah s.w.t. memberlakukan hukum-Nya, baik yang bersifat takdir ataupun syariat pada mereka, serta memberlakukan hukum pembalasan-Nya. Celakalah bagi kaum yang tidak mengerti keagungan Allah s.w.t. dan tidak memuliakan Allah s.w.t. dengan sebenarnya. Mereka meminta agar segera diturunkan ‘adzab sebagai pengujian dan anggapan memperlemah. Maha Suci Allah s.w.t. Yang Maha Penyabar yang memberi mereka tempo, tapi tidak lalai terhadap mereka. Mereka menyakiti Allah s.w.t. tapi Allah s.w.t. bersabar terhadap mereka, memberi keselamatan dan rizki pada mereka.

Inilah salah satu kemungkinan penafsiran ayat tersebut. Sehingga yang dimaksud dengan naik dalam ayat ini adalah naik di dunia, sebab kontekstual pertama menunjukkan hal tersebut. Kemungkinan juga hal ini berlaku pada Hari Kiamat dan Allah s.w.t. memberitahukan keagungan, keluhuran, dan kebesaran-Nya pada semua hamba-Nya. Tidak ada bukti yang lebih besar yang dapat mereka saksikan untuk dapat mengenal Allah s.w.t. selain peristiwa naiknya para malaikat dan ruh. Mereka naik dan turun berdasar pengaturan Allah serta urusan rabbānī pada hari itu yang berjarak lima puluh ribu tahun karena panjang dan beratnya perjalanan. Tapi Allah s.w.t. meringankan perjalanan tersebut bagi orang yang beriman.

 

(5-7). Allah s.w.t. berfirman: (فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيْلًا.) “Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik,” yakni bersabarlah atas seruan dakwahmu untuk kaummu dengan sabar yang baik, jangan malas dan enggan, tapi teruslah berjalan di atas perintah Allah s.w.t. Serulah para hamba-Nya kepada tauhid. Jangan sampai ketidaktaatan dan ketidaktertarikan mereka yang kau saksikan menghalangimu. Karena bersabar atas hal tersebut merupakan kebaikan yang banyak. (إِنَّهُمْ يَرَوْنَهُ بَعِيْدًا. وَ نَرَاهُ قَرِيْبًا.) “Sesungguhnya mereka memandang siksaan itu jauh (mustahil). Sedangkan Kami memandangnya dekat (pasti terjadi),” kata ganti kembali kepada Hari Kebangkitan yang di dalamnya terdapat ‘adzab bagi mereka yang memintanya. Yaitu, kondisi mereka adalah kondisi orang yang memungkiri ‘adzab dan orang yang dikalahkan oleh kesengsaraan serta hilang akal hingga menganggap mustahil Hari Kebangkitan yang ada di hadapannya. Allah s.w.t. memandangnya dekat karena Dia Maha Lembut dan Sabar yang tidak menyegerakan. Allah s.w.t. mengetahui ‘adzab itu pasti terjadi. Semua yang akan terjadi berarti dekat.

Selanjutnya Allah s.w.t. menyebutkan huru-hara serta apa pun yang terjadi kala itu seraya berfirman:

يَوْمَ تَكُوْنُ السَّمَاءُ كَالْمُهْلِ. وَ تَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ. وَ لَا يَسْأَلُ حَمِيْمٌ حَمِيْمًا. يُبَصَّرُوْنَهُمْ يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِيْ مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيْهِ. وَ صَاحِبَتِهِ وَ أَخِيْهِ. وَ فَصِيْلَتِهِ الَّتِيْ تُؤْوِيْهِ. وَ مَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيْعًا ثُمَّ يُنْجِيْهِ. كَلَّا إِنَّهَا لَظَى. نَزَّاعَةً لِّلشَّوَى. تَدْعُوْا مَنْ أَدْبَرَ وَ تَوَلَّى. وَ جَمَعَ فَأَوْعَى.

70: 8. Pada hari ketika langit menjadi seperti luluhan perak.
70: 9. Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang beterbangan),
70: 10. Dan tidak ada seorang teman akrab pun menanyakan temannya,
70: 11. Padahal mereka saling melihat. Orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari ‘adzab hari itu dengan anak-anaknya,
70: 12. dan istrinya dan saudaranya,
70: 13. dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia),
70: 14. dan orang-orang di atas bumi seluruhnya, kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya.
70: 15. Sekali-kali tidak dapat. Sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergejolak,
70: 16. yang mengelupaskan kulit kepala,
70: 17. yang memanggil orang yang membelakang dan yang berpaling (dari agama),
70: 18. serta mengumpulkan (harta benda) lalu menyimpannya.
(al-Ma‘ārij [70] 8-18).

Tafsir Ayat:

(8-9). (يَوْمَ) “Pada hari” kiamat, terjadilah peristiwa-peristiwa besar ini, (تَكُوْنُ السَّمَاءُ كَالْمُهْلِ.) “ketika langit menjadi seperti luluhan perak,” yakni seperti perak meleleh karena terbelah dan begitu gentingnya, (وَ تَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ.) “Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang beterbangan),” yakni seperti bulu yang beterbangan kemudian setelah itu menjadi debu yang beterbangan dan lenyap.

 

(10-14). Bila huru-hara dan kondisi genting ini dialami oleh makhluk besar dan kuat, lantas bagaimana engkau membayangkannya terhadap manusia lemah yang punggungnya diperberat oleh berbagai kesalahan dan dosa? Bukankah hatinya akan terlepas dan akalnya akan tergoncang dan tidak akan sempat memikirkan orang lain? Karena itu Allah s.w.t. berfirman: (وَ لَا يَسْأَلُ حَمِيْمٌ حَمِيْمًا. يُبَصَّرُوْنَهُمْ) “Dan tidak ada seorang teman akrab pun menanyakan temannya, padahal mereka saling melihat,” yakni teman akrab melihat temannya tapi hatinya tidak memungkinkannya untuk bertanya tentang kondisinya dan segala sesuatu yang berkaitan dengan keluarga dan rasa cinta mereka; yang ada dalam benaknya hanyalah diri pribadi. (يَوَدُّ الْمُجْرِمُ) “Orang kafir ingin,” yakni orang kafir yang berhak mendapatkan ‘adzab, (لَوْ يَفْتَدِيْ مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيْهِ. وَ صَاحِبَتِهِ وَ أَخِيْهِ. وَ فَصِيْلَتِهِ) “kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari ‘adzab hari itu dengan anak-anaknya, dan istrinya dan saudaranya, dan kaum familinya,” yakni kerabatnya, (الَّتِيْ تُؤْوِيْهِ) “yang melindunginya (di dunia),” yakni seperti biasa terjadi di dunia untuk saling menolong dan membantu satu sama lain. Pada Hari Kiamat, tidak seorang pun yang bisa menolong lainnya dan tidak ada seorang pun yang bisa memberi syafa‘at kecuali atas idzin Allah s.w.t. Bahkan jika pun orang berdosa yang berhak mendapatkan siksa menebus siksaan dengan seluruh yang ada di bumi agar bisa selamat dari siksaan tersebut, hal itu tidak berguna baginya.

 

(15-18). (كَلَّا) “Sekali-kali tidak,” yakni, tidak ada cara dan tempat berlari bagi mereka, kalimat Rabbmu telah berlaku bagi mereka. Bantuan kerabat dan teman sudah tidak ada. (إِنَّهَا لَظَى. نَزَّاعَةً لِّلشَّوَى.) “Sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergejolak, yang mengelupaskan kulit kepala,” yakni apa yang bergejolak karena begitu dahsyatnya hingga mengelupas bagian tubuh yang nampak dan yang tidak, (تَدْعُوْا) “yang memanggil,” menuju dirinya: (مَنْ أَدْبَرَ وَ تَوَلَّى. وَ جَمَعَ فَأَوْعَى.) “orang yang membelakang dan yang berpaling (dari agama), serta mengumpulkan (harta benda) lalu menyimpannya,” yakni, orang yang berpaling untuk mengikuti kebenaran dan tidak memiliki keinginan untuk ke sana. Mereka saling mengumpulkan harta satu sama lain, dikumpulkan dan tidak diinfaqkan yang seharusnya bisa bermanfaat baginya dan melindunginya dari siksa neraka. Neraka menyeru orang-orang seperti itu kepada dirinya serta siap untuk membakar mereka.

Catatan:

  1. 22). (Dalam Terjemah al-Qur’ān DEPAG, ruh di sini diterjemahkan malaikat Jibrīl. Kami mengganti dengan ruh karena ini yang sejalan dengan Tafsīrnya di sini. Wallāhu a‘lam. Ed. T).

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *