092
Sūrat-ul-Lail adalah surat Makkiyyah dan surat ini berbicara mengenai usaha dan perbuatan manusia serta perjuangannya dalam hidup ini. Usaha yang akhirnya membawa kepada kenikmatan atau kepada neraka.
Surat ini dimulai dengan sumpah dengan malam ketika menutupi makhluk dengan gelapnya, dengan siang ketika menyinari makhluk dengan sinarnya, dengan Pencipta Maha Besar yang membuat jenis laki-laki dan perempuan, jantan dan betina. Allah bersumpah dengan semua itu bahwa perbuatan makhluk berbeda dan jalan mereka berlainan. “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang, dan penciptaan laki-laki dan perempuan, sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda.”
Setelah itu, sūrat-ul-Lail menjelaskan jalan keberuntungan dan jalan celaka serta menggariskan jalan keselamatan bagi orang yang ingin selamat, menjelaskan sifat orang berbakti dan orang celaka, ahli surga dan ahli neraka: “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.”
Kemudian surat ini mengingatkan terpedayanya sebagian manusia karena harta yang mereka kumpulkan dan harta warisan yang mereka timbun. Padahal harta itu tidak berguna bagi mereka di hari kiamat sama sekali. Juga mengingatkan mereka akan hikmah Allah dalam menjelaskan jalan hidayah dan jalan kesesatan kepada hamba: “Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa. Sesungguhnya kewajiban Kami-lah memberi petunjuk, dan sesungguhnya kepunyaan Kami-lah akhirat dan dunia.”
Lalu sūrat-ul-Lail memperingatkan penduduk Makkah mengenai siksa dan hukuman Allah kepada orang yang mendustakan ayat-Nya dan Rasul-Nya. Juga menakut-nakuti mereka terhadap api panas yang menyala-nyala hebat dan hanya dimasuki serta dirasakan oleh orang kafir yang celaka dan berpaling dari hidayah Allah. “Maka Kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman).”
Surat ini diakhiri dengan menuturkan contoh mu’min saleh yang menghabiskan harta bendanya untuk kebaikan agar dirinya suci dan terjaga dari siksa Allah. Surat ini menjadikan Abū Bakar r.a. sebagai tauladan ketika dia memerdekakan Bilāl r.a. di jalan Allah. “Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling taqwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.”
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.
وَ اللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى. وَ النَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى. وَ مَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَ الْأُنْثَى. إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّى. فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَ اتَّقَى. وَ صَدَّقَ بِالْحُسْنَى. فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى. وَ أَمَّا مَنْ بَخِلَ وَ اسْتَغْنَى. وَ كَذَّبَ بِالْحُسْنَى. فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى. وَ مَا يُغْنِيْ عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى. إِنَّ عَلَيْنَا لَلْهُدَى. وَ إِنَّ لَنَا لَلْآخِرَةَ وَ الْأُولَى. فَأَنْذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظَّى. لَا يَصْلَاهَا إِلَّا الْأَشْقَى. الَّذِيْ كَذَّبَ وَ تَوَلَّى. وَ سَيُجَنَّبُهَا الْأَتْقَى. الَّذِيْ يُؤْتِيْ مَالَهُ يَتَزَكَّى. وَ مَا لِأَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِّعْمَةٍ تُجْزَى. إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْأَعْلَى. وَ لَسَوْفَ يَرْضَى
092:1. Demi malam apabila menutupi (cahaya siang),
092:2. dan siang apabila terang benderang,
092:3. dan penciptaan laki-laki dan perempuan,
092:4. sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda.
092:5. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa.
092:6. dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga),
092:7. maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.
092:8. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup,
092:9. serta mendustakan pahala yang terbaik,
092:10. maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.
092:11. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.
092:12. Sesungguhnya kewajiban Kami-lah memberi petunjuk,
092:13. dan sesungguhnya kepunyaan Kami-lah akhirat dan dunia.
092:14. Maka Kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala.
092:15. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka,
092:16. yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman).
092:17. Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling taqwa dari neraka itu,
092:18. yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya,
092:19. padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya,
092:20. tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Maha Tinggi.
092:21. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.
(تَجَلَّى): terbuka dan tampak.
(شَتَّى): berbeda-beda dan berlainan.
(الْحُسْنَى): kalimat yang baik, yaitu kalimat tauhid.
(الْيُسْرَى): hal yang mendatangkan kemudahan dan kenyamanan, yaitu surga.
(الْعُسْرَى): hal yang mendatangkan kesukaran dan kesulitan, yaitu Jahannam.
(تَرَدَّى): binasa dan terjerumus ke dalam neraka Hāwiyah.
(تَلَظَّى): menyala-nyala dan hidup.
(يَصْلَاهَا): memasukinya dan merasakan panasnya.
Diriwayatkan bahwa Bilāl r.a. adalah budak Umayyah bin Khalaf. Umayyah menyiksa Bilāl karena dia masuk Islam. Ia dijemur di bawah terik matahari yang panas. Lalu, melemparkannya di tanah panas Makkah. Kemudian Umayyah menyuruh meletakkan batu besar di dada Bilāl. Dia berkata: “Kamu tetap demikian sampai kamu mati atau kamu kafir kepada Muḥammad.” Dalam keadaan seperti itu, Bilāl menjawab: “Ahad, ahad….. (Allah Maha Esa).” Ketika mereka berbuat demikian terhadap Bilāl, Abū Bakar r.a. lewat. Lalu, dia berkata kepada Umayyah: “Apakah kamu tidak takut kepada Allah mengenai si miskin ini?” Umayyah menjawab: “Kamu yang merusaknya, maka selamatkan dia dari apa yang kamu lihat.” Akhirnya Abū Bakar membeli Bilāl dari Umayyah dan memerdekakannya fī sabīlillāh. Lalu orang-orang kafir berkata: “Abū Bakar hanya memerdekakan Bilāl karena sebuah jasa Bilāl kepadanya.” Maka turunlah ayat: “padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.”
“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang),”; Aku (Allah) bersumpah demi malam ketika dengan kegelapannya menutupi alam semesta dan makhluk. “dan siang apabila terang benderang”; dan Aku bersumpah demi siang hari ketika tampak dan menyinari alam semesta. Ulama tafsir berkata: “Allah bersumpah demi malam karena ia menjadi ketenangan bagi seluruh makhluk. Manusia dan hewan kembali ke peraduannya dan tinggal diam tidak bergerak. Kemudian Allah bersumpah demi siang, sebab pada siang hari makhluk bergerak dan berusaha mencari nafkah. Hikmah dari sumpah ini menjelaskan banyaknya kemaslahatan yang tidak terhingga dalam silih bergantinya malam dan siang. Seandainya seluruh hidup ini malam, maka hal itu tidak memungkinkan untuk mencari nafkah. Seandainya seluruh hidup ini siang, maka manusia tidak bisa beisitirahat dan kemaslahatan manusiat terganggu. “dan penciptaan laki-laki dan perempuan”; Aku juga bersumpah demi Maha Kuasa yang menciptakan dua jenis kelamin, lelaki dan perempuan dari sperma jika pancarkan. Allah bersumpah demi Dzat-Nya sendiri bahwa Dia menciptakan lelaki dan perempuan untuk mengingatkan, bahwa Dia-lah Pencipta Yang Bijaksana. Tidak masuk akal jika dua jenis kelamin itu hanya sekedar kebetulan belaka. Sebab, unsur-unsur dalam sperma itu sama. Karena itu, menciptakan anak dari beberapa unsur, terkadang lelaki dan terkadang perempuan adalah menjadi bukti bahwa Pencipta aturan ini Tahu apa yang Dia lakukan dan memperkokoh apa yang Dia perbuat. “sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda”; inilah inti pesan dalam sumpah ini; bahwa perbuatan kalian sungguh berbeda-beda satu sama lain. Di antara kalian ada yang bertaqwa dan di antara kalian ada yang celaka, ada yang saleh dan ada yang fasik.
Kemudian Allah menjelaskannya: “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa”; adapun orang yang memberikan hartanya dan meniatkannya demi ridha Allah serta bertaqwa kepada Tuhannya dan menjauhi hal-hal diharamkan Allah. Ibnu Katsīr berkata: “Maksudnya, dia memberikan apa yang diperintahkan untuk dikeluarkan dan dia bertaqwa kepada Allah dalam urusannya.” (10521) “dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga)”; dia mempercayai adanya surga yang dipersiapkan Allah kepada orang-orang berbakti. “maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”; Kami akan memudahkan amal kebaikan berupa ibadah dan menjauhi haram. “Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup”; adapun orang yang kikir menafkahkan hartanya dan merasa tidak perlu untuk menyembah Allah. Ibnu ‘Abbās berkata: “Yakni kikir akan harta bendanya dan tidak memerlukan Tuhannya….” “serta mendustakan pahala yang terbaik”; dia mendustakan surga dan kenikmatannya: “maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar”; maka Kami kelak akan menyiapkan dia ke jalan yang membawa kepada kesukaran, yaitu hidup yang buruk di dunia dan akhirat, yaitu jalan keburukan. Ulama tafsir berkata: “Jalan kebaikan disebut (الْيُسْرَى) sebab akibatnya adalah kemudahan dengan masuk surga, negeri kenikmatan.” Sedangkan jalan keburukan disebut (الْعُسْرَى) sebab akibatnya adalah kesukaran, yaitu masuk neraka.”
“Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa”; istifhām ingkari (pertanyaan untuk menolak). Yakni apa manfaat hartanya jika dia binasa dan turun ke dalam neraka Jahannam? Apakah harta bendanya berguna dan menolak petaka darinya? “Sesungguhnya kewajiban Kami-lah memberi petunjuk”; Kami-lah yang menjelaskan jalan hidayah dari jalan kesesatan kepada manusia. Ini semakna dengan ayat: “Maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.” (al-Kahfi: 29). “dan sesungguhnya kepunyaan Kami-lah akhirat dan dunia”; milik Kami apa yang ada di dunia dan akhirat. Barang siapa menginginkan akhirat dari selain Allah, maka dia salah jalan. “Maka Kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala”; karena itu, hai penduduk Makkah, kami peringatkan kalian akan api neraka yang menyala-nyala karena sangat panasnya. “Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka”; tidak ada yang masuk neraka itu dengan kekal abadi di dalamnya dan merasakan nyalanya kecuali kafir yang celaka. Kemudian Allah menjelaskannya. “yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling”; dia mendustakan para rasul dan berpaling dari iman. “Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling taqwa dari neraka itu”; orang yang bertaqwa, bersih, sangat menjauhi syirik dan durhaka akan jauh dari neraka. Kemudian Allah menjelaskannya dengan firman-Nya: “yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya”; orang yang menafkahkan hartanya dalam kebaikan untuk mensucikan dirinya…. “padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya”; padahal orang yang diberi itu tidak mempunyai jasa padanya. Artinya ia memberi bukan untuk membalas budi. Dia hanya menafkahkannya di jalan Allah. Ulama tafsir berkata: “Sasaran turunnya ayat-ayat ini adalah Abū Bakar r.a. ketika dia membeli Bilāl r.a. dan memerdekakannya di jalan Allah, lalu orang-orang kafir berkata: “Dia berbuat demikian karena jasanya pada Abū Bakar. Maka turunlah ayat-ayat ini: “tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Maha Tinggi”; dia tidak mempunyai tujuan, kecuali keridhaan Allah. “Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan”; Allah akan memberi dia di akhirat sesuatu yang memuaskannya. Ini adalah janji yang mulia dari Tuhan Yang Maha Penyayang.
Dalam Sūrat-ul-Lail mengandung sejumlah keindahan bahasa sebagaimana berikut ini:
Pertama, thibāq antara (الْأَشْقَى) (yang paling celaka) dan (الْأَتْقَى) (yang paling taqwa) antara (الْيُسْرَى) (kemudahan) dan (الْعُسْرَى) (kesulitan).
Kedua, perbandingan yang lembut:
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَ اتَّقَى. وَ صَدَّقَ بِالْحُسْنَى.
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga)”
Dan
وَ أَمَّا مَنْ بَخِلَ وَ اسْتَغْنَى. وَ كَذَّبَ بِالْحُسْنَى.
“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik (surga)”
Ketiga, jinās isytiqāq (dua jenis kata dari satu akar kata): (فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى.) sebab kedua terjadi dari asal yang sama.
Keempat, membuang maf‘ūl bih untuk menunjukkan umum:
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَ اتَّقَى.
“Maka adapun orang yang memberikan dan bertaqwa.” Obyek (maf‘ul bih) dari memberi dan bertaqwa tidak disebutkan dalam ayat ini.
Kelima, sajak tanpa dipaksakan. Misalnya:
لَا يَصْلَاهَا إِلَّا الْأَشْقَى. وَ سَيُجَنَّبُهَا الْأَتْقَى.
“Tidak masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka. Dan akan dijauhkan darinya orang yang bertaqwa.”
‘Umar r.a. berkata: “Junjungan kita (Abū Bakar) memerdekakan junjungan kita (Bilal).” Maksudnya Abū Bakar memerdekakan Bilāl r.a. Betapa mengagumkan jiwa-jiwa ini. Ya Allah, jadikanlah kami pecinta para sahabat Nabi r.a. seluruhnya.