الْكَوْثَرُ
AL-KAUTSAR
Surah Ke-108; 3 Ayat.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Dengan nama Allah, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ.
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.
108:1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
108:2. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.
108:3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.
Innā a‘thainā (sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak – ayat 1) Yang dimaksud dengan “Nikmat yang banyak” adalah mengetahui kemajemukan makhluk di dalam Kesatuan, ilmu tauhid yang rinci, dan menyaksikan Kesatuan di dalam kemajemukan makhluk, yakni dengan penampakan yang Esa tapi Banyak (al-wāḥid-ul-katsīr) dan yang Banyak tapi Esa (al-katsīr-ul-wāḥid). Itulah sungai di surga, yang barang siapa minum darinya maka ia tak akan haus selamanya.
Fashalli li rabbika (maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu – ayat 2). Jelasnya, jika engkau menyaksikan Yang Tunggal di dalam kemajemukan makhluk, maka shalatlah engkau dengan istiqamah dan shalat yang sempurna dengan menyaksikan ruh, menghadirkan hati, menundukkan jiwa dan tubuh, serta menjiwai gerak-gerik ibadah. Karena shalat demikianlah yang sempurna dan memenuhi hak-hak Kesatuan sekaligus kemejmukan (tafshīl). Wanḥar (dan berkorbanlah engkau – ayat 2). Tegasnya, korbankanlah badan egoismemu supaya engkau tidak pernah goyah (talwīn) ketika engkau menyaksikan-Nya, dan engkau tidak akan pernah surut dari maqam keteguhan (tamkīn), dan jadilah engkau terus bersama al-Ḥaqq dengan kefanaan murni sambil tetap kekal dengan-Nya, sehingga engkau tidak pernah terputus ketika engkau sampai kepada-Nya atau ketika engkau dalam perjalanan, atau ketika engkau sampai ke umatmu, yang karena engkaulah mereka semua menjadi anak keturunanmu.
Inna syāniaka huw-al-abtar (Sesungguhnya orang-orang yang membencimu, itulah yang terputus – ayat 3). Jelasnya, sesungguhnya orang yang membenci dan menentang keadaanmu serta terputus dari kebenaran itulah yang terputus. Sama sekali bukan engkau. Karena sesungguhnya engkau selalu tetap bersama-Nya, selalu dihubungi oleh kerabat sejati engkau dari kalangan orang-orang beriman, engkau selalu disebut-sebut mereka selamanya. Mereka itulah yang benar-benar binasa, tidak pernah disebut-sebut dan dimuliakan, dan tidak pernah meraih hakikat.