108
Sūrat-ul-Kautsar surat Makkiyyah. Ia berbicara mengenai karunia Allah yang diberikan kepada Nabi-Nya, Muḥammad, yaitu karunia yang banyak dan nikmat yang bersar di dunia dan akhirat. Termasuk di antaranya adalah sungai Kautsar dan nikmat lainnya. Surat ini mengajak Nabi s.a.w. untuk selalu shalat dan menyembelih hewan sebagai wujud bersyukur kepada Allah.
Surat ini ditutup dengan berita gembira kepada Nabi s.a.w. bahwa musuh-musuhnya akan terhina dan bahwa orang yang membencinya adalah akan terhina, dina dan terputus dari segala kebaikan di dunia dan akhirat. Padahal nama beliau harum di atas mimbar-mimbar dan pada setiap lidah serta abadi sampai akhir masa.
TAFSĪR SŪRAT-UL-KAUTSAR
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.
108:1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
108:2. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.
108:3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.
(الْكَوْثَرَ): kebaikan yang banyak. Bangsa ‘Arab menyebut dimikian terhadap segala sesuatu yang banyak jumlahnya dan tinggi harganya. Pujangga berkata:
“Engkau hai putra Maryam banyak dan bagus
Namun ayahmu Ibnu ‘Aqail adalah kautsar.” (11451).
(انْحَرْ): menyembelih dengan cara khusus pada unta, sedangkan untuk kambing dan sapi adalah dzabḥ.
(شَانِئَكَ): orang yang membencimu dan memusuhimu. Termasuk arti ini adalah ayat:
وَ لَا يجر منكم شَنآن قوم.
“dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum.”
(الْأَبْتَرُ): terputus dari segala kebaikan. Orang yang tidak mempunyai keturunan juga disebut (أَبْتَر) sebab nasabnya putus. Khutbah Ziyah disebut khutbah (أَبْتَر) sebab dia pada khutbahnya dia tidak memuji Allah dan tidak bersalawat kepada Nabi s.a.w.
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak”; sasaran ayat ini adalah Nabi s.a.w. untuk memuliakan beliau dan meninggikan derajat beliau. Hai Muḥammad, Yakni Kami memberimu kebaikan banyak yang kekal di dunia dan akhirat. Termasuk kebaikan tersebut adalah sungai Kautsar. Sungai itu sebagaimana disebutkan dalam hadits sahih adalah “Sungai di surga yang kedua tepinya dari emas, mengalirnya di atas mutiara dan yakut, tanahnya lebih harum daripada misik, airnya lebih manis daripada madu, lebih putih daripada salju. Barang siapa minum satu kali darinya, maka dia tidak haus setelahnya untuk selamanya.” (11462). Anas r.a. berkata: “Suatu hari Rasūlullāh s.a.w. berada di antara kami. Tiba-tiba beliau tidur ringan sebentar. Lalu, beliau mengangkat kepala sambil tersenyum. Lalu kami bertanya: “Apa yang membuat engkau tertawa, wahai Rasūlullāh?” Beliau menjawab: “Baru saja diturunkan sebuah surat kepadaku.” Lalu beliau membaca (إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ.), sampai akhir surat. Lalu, beliau bersabda: “Tahukah kalian, apa itu Kautsar?” Kami menjawab: “Allah dan Rasūlullāh lebih tahu.” Beliau bersabda: “Maka sesungguhnya Kautsar adalah sungai yang dijanjikan Tuhanku ‘azza wa jalla kepadaku. Padanya ada kebaikan yang banyak. Ia adalah telaga yang didatangi oleh umatku para hari kiamat. Bejana-bejananya sebanyak bintang-bintang. Maka ada (11473) hamba diambil dari mereka. Maka aku berkata: “Sesungguhnya ia termasuk umatku.” Maka dikatakan: “Sesungguhnya kamu tidak tahu apa yang dia perbarukan setelahmu.” (11484) Abū Ḥayyān berkata: “Mengenai Kautsar ada dua puluh enam pendapat, Yang benar adalah penafsiran Nabi s.a.w. sendiri bahwa ia “Sungai di surga yang kedua tepinya dari emas, mengalirnya di atas mutiara dan yakut, tanahnya lebih harum daripada misik, airnya lebih manis daripada madu.” Ibnu ‘Abbās berkata: “Kautsar adalah kebaikan yang banyak.” (11495).
“Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkorbanlah”; shalatlah kamu karena Allah yang telah memberikan kebaikan kepadamu murni karena-Nya dan sembelihlah unta yang merupakan harta pilihan bangsa ‘Arab untuk mensyukuri kebaikan yang Dia berikan kepadamu. Dalam at-Tasḥīl disebutkan: “Orang kafir shalat dengan siulan dan tepuk tangan dan mereka menyembelih karena berhala. Maka Allah berfirman kepada Muḥammad: “Shalatlah kamu karena Tuhanmu semata dan menyembelihlah karena Dia, bukan yang lain.” Dengan demikian, ayat ini merupakan perintah untuk tauhid dan ikhlas. “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus”; orang yang membenci kamu, dialah yang terputus dari segala kebaikan. Ulama tafsir berkata: “Ketika al-Qāsim putra Nabi s.a.w. wafat, al-‘Ash bin Wā’il berkata: “Tinggalkan dia (Muḥammad) karena dia lelaki yang terputus dan tidak mempunyai keturunan. Jika dia meninggal, maka dia tidak lagi disebut. Maka Allah menurunkan surat ini dan menjelaskan, bahwa si kafir ini (al-‘Ash) sendirilah yang terputus, meskipun dia mempunyai banyak anak, sebab dia terputus dari rahmat Allah. Dia tidak disebut kecuali disertai dilaknat, lain halnya dengan Nabi s.a.w. Nama beliau abadi sampai akhir masa, tinggi di atas mimbar dan menara dan disertakan dengan Allah. Kaum muslimin sejak periode beliau sampai hari kiamat adalah pengikut beliau, sehingga beliau seperti ayah bagi mereka.
Dalam sūrat-ul-Kautsar terkandung beberapa segi-segi bayān dan badī‘ (keindahan bahasa) sebagaimana berikut ini:
Pertama, shīghat jama‘ yang menunjukkan pengagungan:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
Kedua, mengawali jumlah dengan huruf taukīd yang seperti sumpah (إِنَّا).
Ketiga, shīghat mādhī (pola kata kerja bentuk lampau) yang menunjukkan sudah terjadi (أَعْطَيْنَاكَ). Allah berfirman demikian, sebab janji itu pasti dan karenanya diredaksikan dengan fi‘il mādhī, seakan-akan sudah terjadi.
Keempat, mubālaghah (bermakna lebih) pada kata (الْكَوْثَرَ).
Kelima, idhāfah (menisbatkan) untuk memuliakan (فَصَلِّ لِرَبِّكَ).
Keenam, ḥashr (membatasi) (إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ).
Ketujuh, keserasian antara awal dan akhir surat antara (الْكَوْثَرَ) dan (الْأَبْتَر). Yang pertama artinya kebaikan yang banyak dan yang kedua artinya orang yang terputus dari segala kebaikan. Meskipun surat ini singkat, namun mengandung berbagai segi balaghah. Maha Suci Tuhan yang menurunkan al-Qur’ān.