Hati Senang

Surah al-Kafirun 109 ~ Tafsir ash-Shabuni

Tafsir ash-Shabuni | Syaikh Muhammad Ali ash-Shabuni

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

109

SŪRAT-UL-KĀFIRŪN.

Pokok-pokok Kandungan Surat.

Sūrat-ul-Kāfirūn adalah surat Makkiyyah. Ia adalah surat tauhid dan bara’ah (berlepas diri) dari syirik serta kesesatan. Orang kafir mengajak Nabi s.a.w. untuk gencatan senjata dan meminta beliau untuk menyembah berhala mereka selama setahun dan mereka menyembah Tuhan beliau selama setahun. Maka turunlah surat ini memutuskan harapan mereka, memutuskan perselisihan antara kedua kelompok: ahli iman dan penyembah berhala dan membantah pikiran rendah itu, baik pada saat itu maupun selanjutnya.

TAFSĪR SŪRAT-UL-KĀFIRŪN

Sūrat-ul-Kāfirūn: Ayat: 1-6.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ. لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَ. وَ لَا أَنْتُمْ عَابِدُوْنَ مَا أَعْبُدُ. وَ لَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْ. وَ لَا أَنْتُمْ عَابِدُوْنَ مَا أَعْبُدُ. لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَ لِيَ دِيْنِ

109:1. Katakanlah: “Hai orang-orang yang kafir.

109:2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.

109:3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.

109:4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.

109:5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.

109:6. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku.”

Tafsir Ayat.

Katakanlah: “Hai orang-orang yang kafir”; hai Muḥammad, katakanlah kepada orang-orang kafir yang mengajak kamu untuk menyembah berhala dan batu: “Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah”; kami tidak akan menyembah berhala-berhala yang kalian sembah ini, sebab kami berlepas diri dari sesembahan kalian yang tidak memberi manfaat, mudharat maupun guna bagi penyembahnya. Ulama tafsir berkata: “Kaum Quraisy meminta Muḥammad untuk menyembah berhala mereka selama setahun dan mereka menyembah Tuhan beliau selama setahun. Nabi s.a.w. menjawab: “Kami mohon perlindungan kepada Allah dari mempersekutukan apapun dengan Allah.” Mereka berkata: “Maka usaplah sebagian berhala kami, maka kami beriman kepadamu dan menyembah Tuhanmu. Maka turunlah surat ini. Lalu pagi hari Nabi s.a.w. pergi ke Masjid-il-Ḥaram di mana terhadap orang-orang besar Quraisy, beliau berdiri di atas kepala mereka, lalu membacanya kepada mereka. Maka mereka putus asa kepada beliau. (11501) Mereka menyakiti beliau dan para sahabat. Firman Allah “katakanlah” menunjukkan bahwa beliau langsung diperintah oleh Allah untuk berbuat demikian. Sabda Nabi s.a.w. kepada mereka dengan: “Hai orang-orang yang kafir” padahal beliau tahu, bahwa mereka marah jika dikatakan kafir, menunjukkan bahwa beliau dijaga oleh Allah, sehingga beliau tidak peduli kepada mereka maupun setan mereka.

Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah”; dan kalian tidak menyembah Tuhanku Yang Maha Benar yang kami sembah, yaitu Allah semata. Kami menyembah Tuhan Yang Benar yaitu Allah, sedangkan kalian menyembah batu dan berhala. Jauh antara menyembah Allah Yang Maha Rahman dan menyembah berhala. “Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah”; ini menguatkan hal sebelumnya, yaitu sikap bara’ah dari menyembah batu dan memutuskan harapan orang kafir. Seakan-akan Allah berfirman: “Kami tidak akan menyembah berhala ini saat ini maupun pada masa mendatang. Kami tidak menyembah apa yang kalian sembah selama kami hidup, kami tidak menyembah berhala kalian sekarang ini maupun nanti.” “Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah”; kalian pada masa mendatang tidak akan menyembah Tuhanku Yang Maha Benar yang kami sembah. “Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”; bagi kalian kesyirikan kalian dan bagi kami tauhid kami. Ini puncak bara’ah dari menyembah berhala dan pemantapan menyembah Allah. Ulama tafsir berkata: “Makna ayat dua jumlah kalimat adalah perbedaan yang sempurna dalam sesembahan. Tuhan orang kafir adalah berhala dan Tuhan Muḥammad adalah Allah ar-Raḥmān. Makna dua kalimat terakhir adalah perbedaan yang sempurna dalam menyembah. Seolah Allah berfirman: “Sesembahan kita semua tidak satu dan penyembahan kita semua tidak satu.”

Aspek Balaghah.

Sūrat-ul-Kāfirūn terkandung beberapa segi-segi bayān dan badī‘ sebagaimana berikut ini:

Pertama, menyebut orang kafir sebagai orang kafir di hadapan mereka:

يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ.

Untuk mencela dan menjelek-jelekkan penduduk Makkah.

Kedua, thibāq:

لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَ.

Yang pertama nafi (penafian) dan yang kedua isbāt (penetapan).

Ketiga, perbandingan antara dua jumlah pertama:

لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَ.

dan:

وَ لَا أَنْتُمْ عَابِدُوْنَ مَا أَعْبُدُ.

Yakni pada saat ini. Dan perbandingan antara dua jumlah akhir:

وَ لَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْ.

dan:

Yakni pada masa mendatang. Perbandingan ini menafikan penyembahan berhala pada saat itu dan masa mendatang. Ini termasuk sastra yang indah.

Keempat, keserasian akhir-akhir ayat pada huruf akhir. Misalnya:

يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ. لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَ.

Berkat pertolongan Allah, tafsir sūrat-ul-Kāfirūn selesai.

Catatan:

  1. 1150). Lihat Rūḥ-ul-Ma‘ānī, al-Alūsī (30/250) dan Tafsīr-ul-Qurthubī (20/225).
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.