062
SŪRAT-UL-JUMU‘AH
Pokok-pokok Kandungan Surat.
Surat al-Jumu‘ah termasuk kelompok surat Madaniyyah dan mementingkan sisi-sisi syarī‘at. Inti surat ini adalah menjelaskan hukum-hukum shalat Jum‘at yang difardhukan oleh Allah atas kaum Muslimīn.
Surat ini menjelaskan risalah nabi terakhir, Muḥammad bin ‘Abdillāh, bahwa beliau adalah rahmat yang dihadiahkan kepada bangsa ‘Arab. Dengannya Allah menyelamatkan mereka dari syirik dan kesesatan dan dengannya Allah memuliakan bangsa manusia. Itulah sebabnya, risālahnya menjadi “balsem” bagi penyakit masyarakat umat manusia setelah mereka membabi-buta dalam kegelapan.
Setelah itu, surat ini berbicara mengenai kaum Yahudi dan penyimpangan mereka dari syarī‘at Allah. Mereka dibebani untuk mengamalkan hukum-hukum kitab suci Taurāt. Namun mereka berpaling dari Taurāt dan membuangnya ke belakang punggung mereka. Surat al-Jumu‘ah juga membuat gambaran untuk mereka, seperti keledai yang punggungnya dimuati kitab-kitab besar yang bermanfaat. Namun si keledai hanya merasakan letih dan lelah. Itulah puncak celaka dan merugi.
Kemudian surat ini mengetengahkan hukum-hukum shalat Jum‘at dan mendorong kaum Muslimīn untuk segera pergi ke masjid untuk menjalankannya. Surat ini mengharamkan jual-beli pada saat adzan dan panggilan untuk shalat Jum‘at. Surat al-Jumu‘ah ditutup dengan peringatan agar tidak tertinggal shalat Jum‘at karena sibuk bisnis dan hal-hal yang tiada gunanya. Jangan sampai orang beriman seperti perbuatan orang munāfiq yang jika shalat akan didirikan, mereka berdiri dengan malas-malasan dan berat.
TAFSIR SURAT-(AL-JUMU‘AH)
Sūrat al-Jumu‘ah, Ayat: 1-11
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
يُسَبِّحُ للهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ مَا فِي الْأَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِ. هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّيْنَ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْ عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَ يُزَكِّيْهِمْ وَ يُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَ الْحِكْمَةَ وَ إِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلَالٍ مُّبِيْنٍ. وَ آخَرِيْنَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوْا بِهِمْ وَ هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ. ذلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَ اللهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ. مَثَلُ الَّذِيْنَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوْهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِآيَاتِ اللهِ وَ اللهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِيْنَ. قُلْ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ هَادُوْا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاءُ للهِ مِنْ دُوْنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ. وَ لَا يَتَمَنَّوْنَهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيْهِمْ وَ اللهُ عَلِيْمٌ بِالظَّالِمِيْنَ. قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَ الشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللهِ وَ ذَرُوا الْبَيْعَ ذلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوْا فِي الْأَرْضِ وَ ابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللهِ وَ اذْكُرُوا اللهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. وَ إِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوْا إِلَيْهَا وَ تَرَكُوْكَ قَائِمًا قُلْ مَا عِنْدَ اللهِ خَيْرٌ مِّنَ اللَّهْوِ وَ مِنَ التِّجَارَةِ وَ اللهُ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ.
62: 1. Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
62: 2. Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasūl di antara mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitāb dan Ḥikmah (as-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
62: 3. dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
62: 4. Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang besar.
62: 5. Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurāt kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zhālim.
62: 6. Katakanlah: “Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu menda‘wakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar.”
62: 7. Mereka tiada akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zhālim.
62: 8. Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
62: 9. Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jum‘at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual-beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
62: 10. Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
62: 11. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhuthbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah adalah lebih baik daripada permainan dan perniagaan,” dan Allah sebaik-baik Pemberi rezeki.”.
Tinjauan Bahasa
(الْأُمِّيِّيْنَ): bangsa ‘Arab yang semasa dengan Nabi s.a.w. Mereka disebut Ummiyyīn, sebab mereka terkenal tidak bisa baca tulis.
(وَ يُزَكِّيْهِمْ): mensucikan dari kotoran syirik dan maksiat.
(أَسْفَارًا): yaitu kitab besar. (5521)
(هَادُوْا): memeluk agama Yahudi.
(انْفَضُّوْا): bubar dan pulang.
Asbāb-un-Nuzūl
Jābir r.a. berkata: “Ketika Nabi s.a.w. khuthbah pada hari Jum‘at dengan berdiri, maka tiba-tiba ada kafilah datang dari Madīnah. Maka para sahabat Nabi segera menuju kafilah itu sehingga dua belas orang tersisa, termasuk aku, Abū Bakar dan ‘Umar. Maka Allah menurunkan ayat: “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhuthbah)”. (5532).
Tafsir Ayat
“Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi”; segala sesuatu di alam ini mensucikan Allah dan mengagungkan-Nya, baik manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan maupun makhluq tak bernyawa. Bentuk fi‘il mudhāri‘ (يُسَبِّحُ) menunjukkan terus-menerus dan berkesinambungan. Karena itu, tasbih tersebut bersifat selamanya. “Raja”; Allah adalah Raja segala sesuatu yang bertindak pada makhluq-Nya dengan mengadakan maupun meniadakan. “Yang Maha Suci”; dari segala kekurangan dan bersifat segala kesempurnaan. “Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”; yang Perkasa pada kerajaan-Nya dan Bijaksana dalam perbuatan-Nya.
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasūl di antara mereka”; dengan rahmat dan hikmah-Nya, Allah-lah yang mengutus pada bangsa ‘Arab seorang rasūl dari bangsa mereka dan tidak bisa baca tulis seperti mereka. ‘Ulamā’ tafsīr berkata: “Bangsa ‘Arab disebut Ummiyyīn sebab mereka tidak bisa baca tulis. Fenomena ini masyhur bagi bangsa ‘Arab. Sampai-sampai Nabi s.a.w. bersabda: “Kita umat yang ummi, tidak membaca maupun menghitung.” (5543) Allah hanya menyebut bangsa yang buta huruf di sini, padahal Nabi s.a.w. diutus kepada seluruh umat manusia. Penyebutan ini justru memuliakan bangsa ‘Arab. Hal itu merupakan kebesaran bagi mereka. “yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka”; Rasūl itu membaca ayat-ayat al-Qur’ān kepada mereka. “menyucikan mereka”; membersihkan mereka dari kotoran kekafiran dan dosa. Ibnu ‘Abbās berkata: “Ya‘ni menjadi mereka berhati bersih karena iman.” (5554) “dan mengajarkan kepada mereka Kitāb dan Ḥikmah (as-Sunnah)”; mengajarkan apa yang dibaca kepada mereka yaitu ayat-ayat al-Qur’ān dan hadits Nabi. “Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”; padahal sebelum terutusnya Muḥammad, mereka benar-benar dalam kesesatan yang jelas dari jalan yang lurus. Ibnu Katsīr berkata: “Allah mengutus Muḥammad s.a.w. pada saat tidak ada rasūl dan umat manusia sangat memerlukan seorang rasūl. Sebelumnya bangsa ‘Arab memeluk agama Ibrāhīm, lalu mereka mengubahnya. Mereka mengganti tauhid dengan syirik, mengganti keyakinan dengan kebimbangan dan mereka membuat hal-hal baru yang tidak diidzinkan Allah. Demikian juga yang dilakukan kaum kafir Ahli Kitāb. Mereka mengubah kitab-kitab mereka. Kemudian Allah mengutus Muḥammad dengan membawa sebuah syarī‘at yang agung, universal dan sempurna. Di dalamnya terdapat hidayah dan penjelasan segala yang diperlukan oleh umat manusia, baik urusan dunia maupun akhirat. Seluruh kebaikan dikumpulkan Allah pada diri Muḥammad. Allah memberinya apa yang tidak pernah Dia berikan kepada siapapun juga, baik dari orang-orang dahulu maupun orang-orang kemudian.” (5565).
“Dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka”; Allah juga mengutus Rasūl tersebut kepada kaum lain yang belum ada pada masa mereka dan akan ada sesudah mereka, yaitu seluruh orang Islam sampai hari kiamat. Ash-Shāwī berkata: “Ya‘ni Allah mengutus Muḥammad kepada kaum Muslimīn yang sudah ada pada periode beliau dan kepada Muslimīn sesudah mereka. Risālah Muḥammad tidak khusus untuk orang yang hidup pada masa beliau. Namun bersifat umum bagi mereka dan selain mereka sampai hari kiamat.” (5576) Dalam hadits diriwayatkan dari Abū Hurairah, dia berkata: “Kami sedang duduk di sisi Nabi s.a.w. Lalu, turunlah ayat ini: “Dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka”. Para sahabat bertanya: “Siapakah mereka, wahai Rasūlullāh?” Saat itu Salmān al-Fārisī berada di antara mereka. Maka Nabi meletakkan tangan beliau padanya sambil menjawab: “Seandainya iman ada di dekat bintang Kartika, tentu diraih oleh beberapa orang dari mereka ini.” (5587) Mujāhid berkata ketika mentafsirkan ayat ini: “Kaum yang lain adalah bangsa non-‘Arab dan setiap orang yang beriman kepada Muḥammad dari selain bangsa ‘Arab.” (5598) “Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”; Yang Menang dalam kerajaan-Nya dan Bijaksana dalam perbuatan-Nya. “Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya”; kemuliaan khusus diberikan kepada Muḥammad berupa risālah yang berlaku untuk seluruh umat manusia, turunnya al-Qur’ān dengan bahasa ‘Arab dan pengutusan Rasūl penutup kepada mereka adalah anugrah Allah yang Dia karuniakan kepada siapa yang Dia kehendaki di antara makhlūq-Nya. “dan Allah mempunyai karunia yang besar”; Allah-lah pemilik karunia yang luas atas seluruh makhlūq di dunia dan akhirat.
Kemudian Allah mencela kaum Yahudi yang Dia muliakan dengan kitab suci Taurāt. Namun mereka tidak mampu mengambil manfaat darinya dan tidak meng‘amalkannya. Allah menyerupakan mereka dengan keledai yang memikul kitab-kitab dan buku-buku besar. “Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurāt”; gambaran kaum Yahudi yang diberi kitab Taurāt dan dibebani untuk meng‘amalkan isinya, “kemudian mereka tiada memikulnya” mereka tidak meng‘amalkan Taurāt dan tidak bisa mengambil manfaat dari petunjuk dan cahayanya: “adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal”; mereka seperti keledai yang membawa buku-buku besar yang bermanfaat. Namun dia hanya memperoleh keletihan dan kelelahan. Al-Qurthubī berkata: “Ketika Taurāt ada di tangan mereka namun tidak meng‘amalkannya, Allah menyerupakan mereka dengan keledai yang memikul banyak kitab. Namun dia hanya memperoleh beratnya kitab tanpa faedah. Ia hanya memikulnya dan tidak memperoleh manfaat dari isinya.” (5609) Dalam Ḥāsyiyat-ul-Baidhawī disebutkan, Allah mencela kaum Yahudi karena mereka hanya pandai membaca Taurāt dan mengetahuinya isinya. Di dalam Taurāt terdapat beberapa ayat yang menunjukkan kebenaran kenabian Muḥammad dan kewajiban beriman kepadanya. Namun dari kitab Suci itu, mereka tidak memperoleh sesuatu yang menyelamatkan mereka dari kecelakaan dunia akhirat. Allah menyerupakan mereka dengan keledai yang memikul kitab-kitab ‘ilmu dan hikmah, namun ia tidak memperoleh manfaatnya. Sisi perumpamaan adalah ketidakmampuan mengamil manfaat dari isinya disertai keletihan dan kelelahan.” (56110) “Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu”; betapa buruk gambaran yang Kami buat untuk kaum Yahudi ini. Gambaran bagi kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah yang menunjukkan kebenaran kenabian Muḥammad s.a.w. (56211) “Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zhālim”; Allah tidak memberi taufīq kepada orang yang zhālim dan fāsiq. ‘Athā’ berkata: “Dengan mendustakan para nabi berarti mereka orang-orang yang mengaiaya dirinya sendiri.” (56312).
Catatan:
- 552). Tafsīr-ul-Baḥr-ul-Muḥīth, 8/266.
- 553). Diriwayatkan Bukhārī dan Muslim dan lihat Tafsīru Rūḥ-il-Ma‘ānī, 28/104.
- 554). Diriwayatkan Bukhārī dan Muslim.
- 555). Tafsīr-ul-Qurthubī, 18/92.
- 556). Mukhtasharu Ibni Katsīr, 3/497.
- 557). Ḥāsyiyat-ush-Shāwī ‘alal-Jalālain, 4/204.
- 558). Diriwayatkan Bukhārī Muslim dan redaksi Muslim.
- 559). Mukhtasharu Ibni Katsīr, 3/498.
- 560). Tafsīr-ul-Qurthubī, 18/95.
- 561). Ḥāsyiyat-usy-Syaikhi Zadah ‘alal-Baidhawi, 3/494.
- 562). Ayat ini juga menyindir kita kaum Muslimīn jika kita tidak meng‘amalkan hukum-hukum al-Qur’ān dan meng‘amalkan isinya.
- 563). At-Tafsīr-ul-Kabīr, 29/5.