Surah al-Jumu’ah 62 ~ Tafsir al-Jalalain

Dari Buku:
Tafsir Jalalain.
(Jilid 4. Dari Sūrat-uz-Zumar sampai Sūrat-un-Nās)
Oleh: Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

Rangkaian Pos: Surah al-Jumu'ah 62 ~ Tafsir al-Jalalain

062

SŪRAT-UL-JUMU‘AH

Madaniyyah, 11 ayat
Turun sesudah Sūrat-ush-Shaff

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

يُسَبِّحُ للهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ مَا فِي الْأَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِ.

  1. (يُسَبِّحُ للهِ) “Telah bertasbih kepada Allah” telah memahasucikan-Nya; huruf lām yang terdapat pada lafal lillāhi adalah huruf zā’idah (مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ مَا فِي الْأَرْضِ) “apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi” pemakaian lafal di sini karena memprioritaskan yang mayoritas (الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ) “Raja, Yang Maha Suci” ya‘ni Maha Suci dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya (الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِ.) “Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” di dalam kerajaan dan dalam perbuatan-Nya.

هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّيْنَ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْ عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَ يُزَكِّيْهِمْ وَ يُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَ الْحِكْمَةَ وَ إِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلَالٍ مُّبِيْنٍ.

  1. (هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّيْنَ) “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf” yaitu bangsa ‘Arab; lafal ummiy artinya orang yang tidak dapat menulis dan membaca kitab (رَسُوْلًا مِّنْهُمْ) “seorang rasūl di antara mereka” yaitu Nabi Muḥammad s.a.w. (يَتْلُوْ عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ) “yang membacakan kepada mereka ayat-ayatNya” ya‘ni al-Qur’ān (وَ يُزَكِّيْهِمْ) “menyucikan mereka” membersihkan mereka dari kemusyrikan (وَ يُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ) “dan mengajarkan kepada mereka Kitāb” Al-Qur’ān (وَ الْحِكْمَةَ) “dan hikmah” yaitu hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, atau hadis. (وَ إِنْ) “Dan sesungguhnya” lafal in di sini adalah bentuk takhfīf dari inna, sedangkan isimnya tidak disebutkan selengkapnya; dan sesungguhnya (كَانُوْا مِنْ قَبْلُ) “mereka adalah sebelumnya” sebelum kedatangan Nabi Muḥammad s.a.w. (لَفِيْ ضَلَالٍ مُّبِيْنٍ.) “benar-benar dalam kesesatan yang nyata” artinya jelas sesatnya.

وَ آخَرِيْنَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوْا بِهِمْ وَ هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ.

  1. (وَ آخَرِيْنَ) “Dan juga kepada kaum yang lain” lafal ini di-‘athaf-kan kepada lafal al-ummiyyīna, ya‘ni orang-orang yang ada (مِنْهُمْ) “dari mereka” yaitu orang-orang yang datang kemudian dari mereka, artinya sesudah mereka (لَمَّا) “tiadalah” (يَلْحَقُوْا بِهِمْ) “dapat menyusul para pendahulunya” ya‘ni dalam hal kepeloporan dan keutamaannya. (وَ هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ.) “Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” di dalam kerajaan-Nya dan dalam perbuatan-Nya. Yang dimaksud dengan kaum yang lain ini adalah para tābi‘īn; disebutkannya para sahabat secara khusus pada ayat sebelumnya merupakan dalil yang cukup untuk membuktikan keutamaan para sahabat karena mereka dapat bertemu langsung dengan Nabi s.a.w. yang diutus kepada mereka. Keutamaan mereka jauh lebih besar daripada orang-orang yang datang kemudian sesudah mereka di antara orang-orang yang Nabi pun diutus kepada mereka, dan mereka beriman kepadanya baik dari jenis manusia maupun dari jenis jin hingga hari kiamat. Karena sesungguhnya setiap generasi itu jauh lebih baik daripada generasi penerusnya.

ذلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَ اللهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ.

  1. (ذلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَشَاءُ) “Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya” yaitu kepada Nabi dan orang-orang yang disebutkan bersamanya (وَ اللهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ.) “dan Allah mempunyai karunia yang besar”.

مَثَلُ الَّذِيْنَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوْهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِآيَاتِ اللهِ وَ اللهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِيْنَ.

  1. (مَثَلُ الَّذِيْنَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ) “Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya kitab Taurāt” mereka yang dibebani untuk meng‘amalkannya (ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوْهَا) “kemudian mereka tidak memikulnya” tidak mengamalkannya, antara lain, mereka tidak beriman kepada perkara yang menyangkut sifat-sifat Nabi s.a.w. sebagai nabi yang akan datang padahal telah terkandung di dalamnya. Mereka itu (كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا) “adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab” yang dimaksud dengan sifir-sifir adalah kitab-kitab, dalam arti kata keledai itu tidak dapat memanfaatkannya. (بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِآيَاتِ اللهِ) “Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah” yang membenarkan Nabi s.a.w. Sedangkan subjek yang dicelanya tidak disebutkan, lengkapnya, seburuk-buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah adalah perumpamaan ini. (وَ اللهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِيْنَ.) “Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zhālim” yaitu kaum yang kafir.

قُلْ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ هَادُوْا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاءُ للهِ مِنْ دُوْنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ.

  1. (قُلْ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ هَادُوْا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاءُ للهِ مِنْ دُوْنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ.) “Katakanlah: Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi! Jika kalian mendakwakan bahwa sesungguhnya kalian sajalah kekasih-kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka harapkanlah kematian kalian, jika kalian adalah orang-orang yang benar” kedua Syarat yang ada pada ayat ini, ya‘ni lafal in za‘amtum dan lafal in kuntum berta‘alluq atau bergantung kepada lafal tamannau dalam arti kata bahwa syarat yang pertama menjadi qaid atau pengertian yang mengikat bagi syarat yang kedua. Artinya, jika kalian benar-benar di dalam dugaan kalian yang menganggap bahwa kalian adalah kekasih-kekasih Allah. Dan merupakan suatu kelaziman bagi kekasih Allah itu selalu mementingkan kehidupan di akhirat, dan permulaan jalan untuk menuju ke akhirat itu adalah mati; karena itu harapkanlah kematian itu.

وَ لَا يَتَمَنَّوْنَهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيْهِمْ وَ اللهُ عَلِيْمٌ بِالظَّالِمِيْنَ.

  1. (وَ لَا يَتَمَنَّوْنَهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيْهِمْ) “Mereka tiada akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan-tangan mereka sendiri” yaitu berupa kekafiran mereka kepada Nabi s.a.w. yang hal ini menunjukkan kepada kedustaan mereka terhadap ayat-ayat Allah. (وَ اللهُ عَلِيْمٌ بِالظَّالِمِيْنَ.) “Dan Allah Mengetahui orang-orang yang zhālim” ya‘ni orang-orang yang kafir.

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَ الشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ.

  1. (قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَإِنَّهُ) “Katakanlah!: Sesungguhnya kematian yang kalian lari daripadanya, sesungguhnya kematian itu” huruf fā’ pada lafal fa-innahu adalah huruf zā’idah (مُلَاقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَ الشَّهَادَةِ) “akan menemui kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada Allah Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata” artinya mengetahui pada yang rahasia dan terang-terangan (فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ.) “lalu Dia beritakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.” maka Dia akan membalasnya kepada kalian.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللهِ وَ ذَرُوا الْبَيْعَ ذلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ.

  1. (يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ) “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat pada” huruf min di sini berma‘na fī, ya‘ni pada (يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا) “hari Jum‘at maka bersegeralah kalian” ya‘ni cepat-cepatlah kalian berangkat (إِلَى ذِكْرِ اللهِ) “untuk mengingat Allah” ya‘ni salat (وَ ذَرُوا الْبَيْعَ) “dan tinggalkanlah jual beli” tinggalkanlah transaksi jual beli itu. (ذلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ.) “Yang demikian itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui” bahwasanya hal ini lebih baik, maka kerjakanlah ia.

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوْا فِي الْأَرْضِ وَ ابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللهِ وَ اذْكُرُوا اللهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.

  1. (فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوْا فِي الْأَرْضِ) “Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kalian di muka bumi” perintah ini menunjukkan pengertian ‘ibāhah atau boleh (وَ ابْتَغُوْا) “dan carilah” carilah rezeki (مِنْ فَضْلِ اللهِ وَ اذْكُرُوا اللهَ) “karunia Allah, dan ingatlah Allah” dengan ingatan (كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.) “sebanyak-banyaknya supaya kalian beruntung” ya‘ni memperoleh keberuntungan. Pada hari Jum‘at, Nabi s.a.w. berkhutbah akan tetapi tiba-tiba datanglah rombongan kafilah membawa barang-barang dagangan, lalu dipukullah genderang menyambut kedatangannya sebagaimana biasanya. Maka orang-orang pun berhamburan keluar dari mesjid untuk menemui rombongan itu, kecuali hanya dua belas orang saja yang masih tetap bersama Nabi s.a.w. lalu turunlah ayat ini.

وَ إِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوْا إِلَيْهَا وَ تَرَكُوْكَ قَائِمًا قُلْ مَا عِنْدَ اللهِ خَيْرٌ مِّنَ اللَّهْوِ وَ مِنَ التِّجَارَةِ وَ اللهُ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ.

  1. (وَ إِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوْا إِلَيْهَا) “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya” ya‘ni kepada barang dagangan, karena barang dagangan itu merupakan kebutuhan yang mereka perlukan, berbeda dengan permainan (وَ تَرَكُوْكَ) “dan mereka tinggalkan kamu” dalam khutbahmu (قَائِمًا قُلْ مَا عِنْدَ اللهِ) “dalam keadaan berdiri. Katakanlah: Apa yang di sisi Allah” berupa pahala (خَيْرٌ) “lebih baik” bagi orang-orang yang beriman (مِّنَ اللَّهْوِ وَ مِنَ التِّجَارَةِ وَ اللهُ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ.) “dari permainan dan perniagaan, dan Allah sebaik-baik pemberi rezeki” bila dikatakan, setiap orang itu memberi rezeki kepada keluarganya, maka pengertian yang dimaksud ialah dari rezeki Allah s.w.t.