وَ أَنَّ الْمَسَاجِدَ للهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللهِ أَحَدًا. وَ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوْهُ كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا.
072: 18. Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.
072: 19. Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya.
(Qs. al-Jinn [72]: 18-19).
Ta’wil firman Allah: (وَ أَنَّ الْمَسَاجِدَ للهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللهِ أَحَدًا. وَ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوْهُ كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا) “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya.”
Allah s.w.t. berfirman kepada Nabi Muḥammad s.a.w.: (قُلْ أُوْحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ) “Katakanlah (hai Muḥammad): Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya, sekumpulan jinn telah mendengarkan (al-Qur’ān).” (وَ أَنَّ الْمَسَاجِدَ للهِ فَلَا تَدْعُوْا) “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya,” wahai manusia, (مَعَ اللهِ أَحَدًا) “Di samping (menyembah) Allah,” dan janganlah kamu menyekutukan-Nya dengan apa pun di dalamnya, melainkan jadikanlah tauhid itu untuk-Nya satu-satunya, dan murnikanlah ibadahmu kepada-Nya.
Pakar ta’wil berpendapat seperti yang kami katakan. Riwayat-riwayat yang menjelaskan demikian adalah:
Firman-Nya: (وَ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوْهُ) “Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah),” maksudnya adalah, ketika Muḥammad s.a.w. berdiri menyembah Allah dan berkata: “Tidak ada ilāh (yang berhak disembah) kecuali Allah.” (كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا) “Hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya.” Maksudnya adalah, hampir saja jinn itu mengerumuni Muḥammad dan sebagian dari mereka berada di atas sebagian lainnya.
Pakar ta’wil berbeda pendapat tentang makna firman-Nya: (كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا) “Hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya.”
Sebagian berkata: “Maksudnya adalah, jinn-jinn itu hampir saja menunggangi Rasūlullāh s.a.w. ketika mereka mendengarkan al-Qur’ān. Riwayat-riwayat yang menjelaskan demikian adalah:
Abū Ja‘far berkata: Barang siapa berpendapat seperti itu, maka dia telah menjadikan firman-Nya: (وَ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ) “Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah),” termasuk yang diwahyukan kepada Nabi s.a.w., sehingga maknanya menjadi: katakanlah, telah diwahyukan kepadaku bahwa sekelompok jinn mendengarkan al-Qur’ān, dan tatkala hamba Allah berdiri menyembah Allah (beribadah).
Pakar ta’wil yang lain berkata: “Ini merupakan perkataan sekelompok jinn ketika pergi kepada kaumnya dan memberitahukan apa yang mereka lihat, seperti ketaatan para sahabat Rasūlullāh s.a.w. kepada beliau dan mengikuti beliau dalam ruku‘ dan sujud.” Riwayat-riwayat yang menjelaskan demikian adalah:
Perawi berkata: “Mereka kemudian berkata kepada kaumnya: (لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوْهُ كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا) “Tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya.” (1148).
Orang yang berpendapat seperti pendapat yang telah kami sebutkan dari Ibnu ‘Abbās dan Sa‘īd, ia membaca fatḥah pada huruf alif, dari firman-Nya (أَنَّهُ) ‘athaf pada firman-Nya: (أَنَّهُ) dibaca fatḥah, dan boleh juga dibaca kasrah karena mubtada’.
Pakar ta’wil yang lain berkata: “Bahkan itu merupakan berita dari Allah yang telah mewahyukannya kepada Nabi Muḥammad s.a.w., karena mengetahui bahwa manusia dan jinn membuat pertentangan atasnya, dalam bentuk membuat kebatilan pada kebenaran yang disadarkan kepada mereka. Namun Allah tidak mempedulikan dan justru menyempurnakannya.” Riwayat-riwayat yang menjelaskan demikian adalah:
Orang yang berpendapat seperti ini membaca huruf alif dengan fatḥah, dari firman-Nya, (وَ أَنَّهُ) “Dan bahwasanya.” Namun pendapat yang lebih utama untuk dibenarkan dalam hal ini adalah pendapat yang menyatakan bahwa itu adalah berita dari Allah tentang Rasūl-Nya, Muḥammad s.a.w., ketika berdiri beribadah kepada-Nya, hampir saja orang ‘Arab semuanya mengerumuni beliau untuk memadamkan cahaya Allah.
Menurut kami, ta’wil tersebut paling benar, karena firman Allah: (وَ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ) “Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah),” setelah firman-Nya: (وَ أَنَّ الْمَسَاجِدَ للهِ) “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah,” dan hal lain karena Allah menyebutkan setelah itu, (فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللهِ أَحَدًا) “Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” Dari sini jelas bahwa yang mengikuti berita itu adalah perintah bahwa mereka tidak diperbolehkan menyembah seorang pun selain Allah. Jadi, bukan berita tentang banyaknya orang-orang yang memenuhi seruan untuk beribadah dan (dengan) cepatnya.
قُلْ إِنَّمَا أَدْعُوْ رَبِّيْ وَ لَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًا. قُلْ إِنِّيْ لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَ لَا رَشَدًا. قُلْ إِنِّيْ لَنْ يُجِيْرَنِيْ مِنَ اللهِ أَحَدٌ وَ لَنْ أَجِدَ مِنْ دُوْنِهِ مُلْتَحَدًا.
072: 20. Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya.”
072: 21. Katakanlah: “Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatan pun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfataan.”
072: 22. Katakanlah: “Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari (adzab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya.”
(Qs. al-Jinn [72]: 20-22).
Ta’wil firman Allah: (قُلْ إِنَّمَا أَدْعُوْ رَبِّيْ وَ لَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًا. قُلْ إِنِّيْ لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَ لَا رَشَدًا. قُلْ إِنِّيْ لَنْ يُجِيْرَنِيْ مِنَ اللهِ أَحَدٌ وَ لَنْ أَجِدَ مِنْ دُوْنِهِ مُلْتَحَدًا.) “Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya.” Katakanlah: “Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatan pun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfataan.” Katakanlah: “Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari (adzab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya”.”.
Ada perbedaan bacaan pada firman-Nya: (قُلْ إِنَّمَا أَدْعُوْ رَبِّيْ) “Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku.”
Bacaan ulama Madīnah dan Bashrah pada umumnya dan sebagian penduduk Kūfah adalah dalam bentuk berita, yaitu (قَالَ) dengan huruf alif. Orang yang membaca demikian menjadikannya sebagai berita dari Allah tentang Nabi Muḥammad s.a.w., bahwa beliau berkata, sehingga maknanya menjadi: Dan ketika hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya, mereka berdesak-desakan mengerumuninya. Nabi s.a.w. bersabda kepada mereka: “Sesungguhnya aku menyembah Tuhanku dan tidak akan menyekutukannya dengan siapa pun.”
Sebagian ulama Madīnah dan Kūfah pada umumnya membacanya sebagai perintah dari Allah kepada Nabi Muḥammad s.a.w. (قُلْ) “Katakanlah”, wahai Muḥammad, kepada manusia yang hampir saja berdesak-desakan mengerumunimu: “Sesungguhnya aku menyembah Tuhanku dan tidak menyekutukannya dengan siapa pun.”
Pendapat yang benar adalah, kedua bacaan tersebut merupakan bacaan yang dikenal, maka dibaca dengan bacaan manapun dari keduanya, telah dianggap benar.
Firman-Nya (قُلْ إِنِّيْ لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَ لَا رَشَدًا) “Katakanlah: “Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatan pun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfataan.” Maksudnya adalah, katakanlah, wahai Muḥammad, kepada orang-orang musyrik ‘Arab yang menolak nasihatmu: “Sesungguhnya aku tidak mampu mendatangkan kemudharatan dalam agama serta duniamu, dan tidak pula kemanfaatan, karena yang mampu melakukan itu semua adalah Allah yang memiliki segala sesuatu.”
Firman-Nya: (قُلْ إِنِّيْ لَنْ يُجِيْرَنِيْ مِنَ اللهِ أَحَدٌ) “Katakanlah: “Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari (adzab) Allah.” Maksudnya adalah, [Allah berfirman kepada beliau: “Wahai Muḥammad, katakanlah kepada mereka: “Aku sekali-kali tidak dapat menghalangi seorang pun dari adzab Allah”.”]. Jika Dia menghendaki suatu perkara maka tidak ada seorang pun yang dapat menolongku darinya.
Disebutkan bahwa ayat ini diturunkan kepada Nabi s.a.w., karena sebagian jinn berkata: “Aku yang melindunginya.” Riwayat yang menjelaskan demikian adalah:
Firman-Nya: (وَ لَنْ أَجِدَ مِنْ دُوْنِهِ مُلْتَحَدًا) “Dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya,” maksudnya adalah, dia berkata: “Aku sekali-kali tidak mendapatkan perlindungan untuk berlindung, selain (kepada) Allah.
إِلَّا بَلَاغًا مِّنَ اللهِ وَ رِسَالَاتِهِ وَ مَنْ يَعْصِ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا. حَتَّى إِذَا رَأَوْا مَا يُوْعَدُوْنَ فَسَيَعْلَمُوْنَ مَنْ أَضْعَفُ نَاصِرًا وَ أَقَلُّ عَدَدًا.
072: 23. Akan tetapi (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasūl-Nya maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
072: 24. Sehingga apabila mereka melihat adzab yang diancamkan kepada mereka, maka mereka akan mengetahui siapakah yang lebih lemah penolongnya dan lebih sedikit bilangannya.
(Qs. al-Jinn [72]: 23-24).
Ta’wil firman Allah: (إِلَّا بَلَاغًا مِّنَ اللهِ وَ رِسَالَاتِهِ وَ مَنْ يَعْصِ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا. حَتَّى إِذَا رَأَوْا مَا يُوْعَدُوْنَ فَسَيَعْلَمُوْنَ مَنْ أَضْعَفُ نَاصِرًا وَ أَقَلُّ عَدَدًا) “Akan tetapi (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasūl-Nya maka sesungguhnya baginyalah Neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
072: 24. Sehingga apabila mereka melihat adzab yang diancamkan kepada mereka, maka mereka akan mengetahui siapakah yang lebih lemah penolongnya dan lebih sedikit bilangannya.”
Maksudnya adalah, katakanlah kepada orang-orang musyrik ‘Arab, wahai Muḥammad: “Sesungguhnya aku tidak mampu mendatangkan kemudharatan dan kemanfaatan.” (إِلَّا بَلَاغًا مِّنَ اللهِ وَ رِسَالَاتِهِ) “Akan tetapi (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya,” yang telah diperintahkan kepadaku untuk disampaikan kepada kalian. Adapun kemudharatan dan kemanfaatan, berada di tangan Allah, karena Dialah pemiliknya. Dia memberikan petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki dan menyesatkan siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Pakar ta’wil berpendapat seperti yang kami katakan. Riwayat-riwayat yang menjelaskan demikian adalah:
Ada kemungkinan ia memiliki makna lain, yaitu (إِلَّا) menjadi dua huruf, dan (لا) terputus dari (إن) sehingga maknanya menjadi, katakanlah, sesungguhnya aku sekali-kali tidak dapat memberikan perlindungan dari Allah kepada seorang pun, kecuali menyampaikan risalah-Nya. (1165).
Firman-Nya: (وَ مَنْ يَعْصِ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ) “Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasūl-Nya maka sesungguhnya baginyalah Neraka Jahannam,” maksudnya adalah, barang siapa mendurhakai Allah dalam hal perintah dan larangan-Nya, mendustakan Rasūl-Nya dan mengingkari risalah, maka baginya Neraka Jahannam yang akan membakarnya.
Firman-Nya: (خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا) “Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya,” maksudnya adalah, mereka tinggal selamanya di dalam Neraka Jahannam, tanpa ada akhir.
Firman-Nya: (حَتَّى إِذَا رَأَوْا مَا يُوْعَدُوْنَ) “Sehingga apabila mereka melihat adzab yang diancamkan kepada mereka,” maksudnya adalah, sehingga apabila mereka telah melihat dengan matanya terhadap apa yang diancamkan oleh Tuhan mereka, seperti adzab dan Hari Kiamat: (فَسَيَعْلَمُوْنَ مَنْ أَضْعَفُ نَاصِرًا وَ أَقَلُّ عَدَدًا) “Maka mereka akan mengetahui siapakah yang lebih lemah penolongnya dan lebih sedikit bilangannya.” Apakah tentara Allah yang menyekutukan-Nya, atau orang-orang musyrik itu?