Hati Senang

Surah al-Jinn 72 ~ Tafsir ath-Thabari (5/6)

Tafsir ath-Thabari

Dari Buku:
Tafsir ath-Thabari
(Jilid 26, Juz ‘Amma)
(Oleh: Abu Ja‘far Muhammad bin Jarir ath-Thabari)
(Judul Asli: Jāmi‘-ul-Bayāni ‘an Ta’wīli Āy-il-Qur’ān)

Penerjemah: Amir Hamzah
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

وَ أَنَّ الْمَسَاجِدَ للهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللهِ أَحَدًا. وَ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوْهُ كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا.

072: 18. Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.

072: 19. Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya.

(Qs. al-Jinn [72]: 18-19).

 

Ta’wil firman Allah: (وَ أَنَّ الْمَسَاجِدَ للهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللهِ أَحَدًا. وَ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوْهُ كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا) “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya.

Allah s.w.t. berfirman kepada Nabi Muḥammad s.a.w.: (قُلْ أُوْحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ) “Katakanlah (hai Muḥammad): Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya, sekumpulan jinn telah mendengarkan (al-Qur’ān).” (وَ أَنَّ الْمَسَاجِدَ للهِ فَلَا تَدْعُوْا) “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya,” wahai manusia, (مَعَ اللهِ أَحَدًا) “Di samping (menyembah) Allah,” dan janganlah kamu menyekutukan-Nya dengan apa pun di dalamnya, melainkan jadikanlah tauhid itu untuk-Nya satu-satunya, dan murnikanlah ibadahmu kepada-Nya.

Pakar ta’wil berpendapat seperti yang kami katakan. Riwayat-riwayat yang menjelaskan demikian adalah:

  1. Bisyr menceritakan kepada kami, dia berkata: “Yazīd menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa‘īd menceritakan kepada kami dari Qatādah, tentang firman-Nya: (وَ أَنَّ الْمَسَاجِدَ للهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللهِ أَحَدًا) “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah,” ia berkata: “Konon orang-orang Yahudi dan Nashrani apabila masuk ke dalam gereja maka mereka menyekutukan Allah, sehingga Allah memerintahkan Nabi Muḥammad s.a.w. untuk mentauhidkan Allah satu-satuNya.” (1141).
  2. Ibnu Ḥumaid menceritakan kepada kami, dia berkata: Mahrān menceritakan kepada kami dari Sufyān, dari Ismā‘īl bin Abī Khālid, dari Maḥmūd, dari Sa‘īd bin Jubair, tentang ayat: (وَ أَنَّ الْمَسَاجِدَ للهِ) “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah,” dia berkata: “Jinn berkata kepada Nabi Allah: “Bagaimana kami mendatangi masjid, padahal kami sudah bersikap lembut kepadamu? Bagaimana kami ikut shalat bersamamu, padahal kami sudah bersikap lembut kepadamu?” Lalu turunlah ayat: (وَ أَنَّ الْمَسَاجِدَ للهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللهِ أَحَدًا) “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah,” (1142).
  3. Ibnu ‘Abd-il-A‘lā menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibnu Tsaur menceritakan kepada kami dari Ma‘mar, dia berkata: Qatādah tentang ayat: (وَ أَنَّ الْمَسَاجِدَ للهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللهِ أَحَدًا) “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah,” dia berkata: “Konon orang-orang Yahudi dan Nasrani apabila masuk ke dalam gereja maka mereka menyekutukan Allah, sehingga Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk semata-mata beribadah kepada-Nya apabila masuk ke dalam masjid.” (1143).
  4. Ibnu Ḥumaid menceritakan kepada kami, dia berkata: Mahrān menceritakan kepada kami dari Sufyān, dari Khasīf, dari ‘Ikrimah, tentang ayat: (وَ أَنَّ الْمَسَاجِدَ للهِ) “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah,” dia berkata: “Semua masjid milik Allah.” (1144).

Firman-Nya: (وَ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوْهُ) “Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah),” maksudnya adalah, ketika Muḥammad s.a.w. berdiri menyembah Allah dan berkata: “Tidak ada ilāh (yang berhak disembah) kecuali Allah.” (كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا) “Hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya.” Maksudnya adalah, hampir saja jinn itu mengerumuni Muḥammad dan sebagian dari mereka berada di atas sebagian lainnya.

Pakar ta’wil berbeda pendapat tentang makna firman-Nya: (كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا) “Hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya.

Sebagian berkata: “Maksudnya adalah, jinn-jinn itu hampir saja menunggangi Rasūlullāh s.a.w. ketika mereka mendengarkan al-Qur’ān. Riwayat-riwayat yang menjelaskan demikian adalah:

  1. Muḥammad bin Sa‘ad menceritakan kepadaku, dia berkata: Ayahku menceritakan kepadaku, dia berkata: Pamanku menceritakan kepadaku, dia berkata: Ayahku menceritakan kepadaku dari ayahnya, dari Ibnu ‘Abbās r.a., tentang firman-Nya: (وَ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوْهُ كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا) “Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya,” dia berkata: “Ketika mereka mendengar Nabi s.a.w. membaca al-Qur’ān (hampir saja mereka menunggangi beliau karena sangat memperhatikannya ketika mereka mendengarkan Nabi s.a.w. membaca (al-Qur’ān). (1145). Mereka mendekati beliau, namun beliau tidak mengetahui keberadaan mereka hingga datang utusan dan membacakan kepada beliau firman-Nya: (قُلْ أُوْحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ) “Katakanlah (hai Muḥammad): Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya, sekumpulan jinn telah mendengarkan (al-Qur’ān).” (1146).
  2. Aku diceritakan dari al-Ḥusain, dia berkata: Aku mendengar Abū Mu‘ādz berkata: ‘Ubaid menceritakan kepada kami, dia berkata: Aku mendengar adh-Dhaḥḥāk berkata tentang firman-Nya: (كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا) “Hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya,” ia berkata: “Maksudnya adalah, mereka hampir saja menunggangi Nabi s.a.w. karena sangat memperhatikan apa yang mereka dengar dari beliau, yaitu bacaan al-Qur’ān.” (1147).

Abū Ja‘far berkata: Barang siapa berpendapat seperti itu, maka dia telah menjadikan firman-Nya: (وَ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ) “Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah),” termasuk yang diwahyukan kepada Nabi s.a.w., sehingga maknanya menjadi: katakanlah, telah diwahyukan kepadaku bahwa sekelompok jinn mendengarkan al-Qur’ān, dan tatkala hamba Allah berdiri menyembah Allah (beribadah).

Pakar ta’wil yang lain berkata: “Ini merupakan perkataan sekelompok jinn ketika pergi kepada kaumnya dan memberitahukan apa yang mereka lihat, seperti ketaatan para sahabat Rasūlullāh s.a.w. kepada beliau dan mengikuti beliau dalam ruku‘ dan sujud.” Riwayat-riwayat yang menjelaskan demikian adalah:

  1. Muḥammad bin Ma‘mar menceritakan kepadaku, dia berkata: Abū Muslim menceritakan kepada kami dari Abū ‘Awwānah, dari Abū Bisyr, dari Sa‘īd bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbās, dia berkata: “Perkataan jinn kepada kaumnya: (لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوْهُ كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا) “Tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya.” Maksudnya adalah, ketika mereka melihat Nabi s.a.w. dan para sahabatnya ruku‘ seperti ruku‘nya dan sujud seperti sujudnya, dia berkata: “Aku kagum dengan ketaatan para sahabat kepada Nabi s.a.w.”

Perawi berkata: “Mereka kemudian berkata kepada kaumnya: (لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوْهُ كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا) “Tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya.” (1148).

  1. Ibnu Ḥumaid menceritakan kepada kami, dia berkata: Jarīr menceritakan kepada kami dari Mughīrah, dari Ziyād, dari Sa‘īd bin Jubair, tentang firman-Nya: (وَ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوْهُ كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا) “Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya,” dia berkata: “Para sahabat Nabi s.a.w. berma’mum kepada beliau dalam shalat, lalu mereka ruku‘ seperti ruku‘ beliau dan sujud seperti sujud beliau.” (1149).

Orang yang berpendapat seperti pendapat yang telah kami sebutkan dari Ibnu ‘Abbās dan Sa‘īd, ia membaca fatḥah pada huruf alif, dari firman-Nya (أَنَّهُ) ‘athaf pada firman-Nya: (أَنَّهُ) dibaca fatḥah, dan boleh juga dibaca kasrah karena mubtada’.

Pakar ta’wil yang lain berkata: “Bahkan itu merupakan berita dari Allah yang telah mewahyukannya kepada Nabi Muḥammad s.a.w., karena mengetahui bahwa manusia dan jinn membuat pertentangan atasnya, dalam bentuk membuat kebatilan pada kebenaran yang disadarkan kepada mereka. Namun Allah tidak mempedulikan dan justru menyempurnakannya.” Riwayat-riwayat yang menjelaskan demikian adalah:

  1. Bisyr menceritakan kepada kami, dia berkata: “Yazīd menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa‘īd menceritakan kepada kami dari Qatādah, tentang firman-Nya: (وَ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوْهُ كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا) “Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya,” dia berkata: “Ketika Nabi s.a.w. berdiri (melaksanakan shalat), jinn dan manusia berdesak-desakan mengerumuni beliau, lalu mereka berusaha memadamkan cahaya yang diturunkan oleh Allah s.w.t. ini.” (1151).
  2. Yūnus menceritakan kepadaku, dia berkata: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami, dia berkata: Ibnu Zaid berkata tentang firman-Nya: (كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا) “Hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya,” dia berkata: “Mereka berkerumun kepada beliau, yang sebagian dari mereka berada di atas sebagian yang lain. Mereka mengerumuni Rasūlullāh s.a.w.” (1152).

Orang yang berpendapat seperti ini membaca huruf alif dengan fatḥah, dari firman-Nya, (وَ أَنَّهُ) “Dan bahwasanya.” Namun pendapat yang lebih utama untuk dibenarkan dalam hal ini adalah pendapat yang menyatakan bahwa itu adalah berita dari Allah tentang Rasūl-Nya, Muḥammad s.a.w., ketika berdiri beribadah kepada-Nya, hampir saja orang ‘Arab semuanya mengerumuni beliau untuk memadamkan cahaya Allah.

Menurut kami, ta’wil tersebut paling benar, karena firman Allah: (وَ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ) “Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah),” setelah firman-Nya: (وَ أَنَّ الْمَسَاجِدَ للهِ) “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah,” dan hal lain karena Allah menyebutkan setelah itu, (فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللهِ أَحَدًا) “Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” Dari sini jelas bahwa yang mengikuti berita itu adalah perintah bahwa mereka tidak diperbolehkan menyembah seorang pun selain Allah. Jadi, bukan berita tentang banyaknya orang-orang yang memenuhi seruan untuk beribadah dan (dengan) cepatnya.

  1. Muḥammad bin Basysyār menceritakan kepada kami, dia berkata: Haudzah menceritakan kepada kami, dia berkata: ‘Auf menceritakan kepada kami al-Ḥasan, tentang firman-Nya: (وَ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوْهُ) “Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah),” dia berkata: “Ketika Rasūlullāh s.a.w. berdiri dan bersabda: “Lā ilāha illallāh”, serta mengajak manusia untuk beribadah kepada Tuhan mereka, orang ‘Arab semuanya hampir saja mengerumuni beliau.” (1153).
  2. Ibnu Basysyār menceritakan kepada kami, dia berkata: Yaḥyā menceritakan kepada kami, dia berkata: Sufyān menceritakan kepada kami dari Ismā‘īl bin Abī Khālid, dari seorang laki-laki, dari Sa‘īd bin Jubair, tentang firman-Nya: (كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا) “Hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya,” dia berkata: “Mereka berkerumun dan saling berdesak-desakan kepada beliau.” (1154).
  3. Ibnu Ḥumaid menceritakan kepada kami, dia berkata: Mahrān menceritakan kepada kami dari Sufyān, dari Sa‘īd bin Jubair, tentang ayat: (كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا) “Hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya,” dia berkata: “Sebagian dari mereka di atas sebagian yang lain.” (1155).
  4. ‘Alī menceritakan kepadaku, dia berkata: Abū Shāliḥ menceritakan kepada kami, dia berkata: Mu‘āwiyah menceritakan kepadaku dari ‘Alī r.a., dari Ibnu ‘Abbās r.a., tentang firman-Nya: (كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا) “Hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya,” dia berkata: “Hampir saja mereka menjadi penolong.” (1156).
  5. Muḥammad bin ‘Amru menceritakan kepadaku, dia berkata: Abū ‘Āshim menceritakan kepada kami, dia berkata: ‘Īsā menceritakan kepada kami, al-Ḥārits menceritakan kepadaku, dia berkata: al-Ḥasan menceritakan kepada kami, dia berkata: Waraqā’ menceritakan kepada kami, semuanya dari Ibnu Abī Najīḥ, dari Mujāhid, tentang firman-Nya: (يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا) “Jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya,” dia berkata: “Semuanya.” (1157).
  6. Yūnus menceritakan kepadaku, dia berkata: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami, dia berkata: Ibnu Zaid berkata tentang firman-Nya: (كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا) “Hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya,” dia berkata: “Semuanya”.
  7. Yūnus menceritakan kepadaku, dia berkata: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami, dia berkata: Ibnu Zaid berkata tentang firman-Nya: (كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا) “Hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya,” bahwa al-lubad adalah sesuatu yang sebagiannya berada di atas sebagian yang lain.” (1159).

 

قُلْ إِنَّمَا أَدْعُوْ رَبِّيْ وَ لَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًا. قُلْ إِنِّيْ لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَ لَا رَشَدًا. قُلْ إِنِّيْ لَنْ يُجِيْرَنِيْ مِنَ اللهِ أَحَدٌ وَ لَنْ أَجِدَ مِنْ دُوْنِهِ مُلْتَحَدًا.

072: 20. Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya.”

072: 21. Katakanlah: “Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatan pun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfataan.”

072: 22. Katakanlah: “Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari (adzab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya.”

(Qs. al-Jinn [72]: 20-22).

 

Ta’wil firman Allah: (قُلْ إِنَّمَا أَدْعُوْ رَبِّيْ وَ لَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًا. قُلْ إِنِّيْ لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَ لَا رَشَدًا. قُلْ إِنِّيْ لَنْ يُجِيْرَنِيْ مِنَ اللهِ أَحَدٌ وَ لَنْ أَجِدَ مِنْ دُوْنِهِ مُلْتَحَدًا.) “Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya.” Katakanlah: “Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatan pun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfataan.” Katakanlah: “Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari (adzab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya”.”.

Ada perbedaan bacaan pada firman-Nya: (قُلْ إِنَّمَا أَدْعُوْ رَبِّيْ) “Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku.

Bacaan ulama Madīnah dan Bashrah pada umumnya dan sebagian penduduk Kūfah adalah dalam bentuk berita, yaitu (قَالَ) dengan huruf alif. Orang yang membaca demikian menjadikannya sebagai berita dari Allah tentang Nabi Muḥammad s.a.w., bahwa beliau berkata, sehingga maknanya menjadi: Dan ketika hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya, mereka berdesak-desakan mengerumuninya. Nabi s.a.w. bersabda kepada mereka: “Sesungguhnya aku menyembah Tuhanku dan tidak akan menyekutukannya dengan siapa pun.”

Sebagian ulama Madīnah dan Kūfah pada umumnya membacanya sebagai perintah dari Allah kepada Nabi Muḥammad s.a.w. (قُلْ) “Katakanlah”, wahai Muḥammad, kepada manusia yang hampir saja berdesak-desakan mengerumunimu: “Sesungguhnya aku menyembah Tuhanku dan tidak menyekutukannya dengan siapa pun.”

Pendapat yang benar adalah, kedua bacaan tersebut merupakan bacaan yang dikenal, maka dibaca dengan bacaan manapun dari keduanya, telah dianggap benar.

Firman-Nya (قُلْ إِنِّيْ لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَ لَا رَشَدًا) “Katakanlah: “Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatan pun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfataan.” Maksudnya adalah, katakanlah, wahai Muḥammad, kepada orang-orang musyrik ‘Arab yang menolak nasihatmu: “Sesungguhnya aku tidak mampu mendatangkan kemudharatan dalam agama serta duniamu, dan tidak pula kemanfaatan, karena yang mampu melakukan itu semua adalah Allah yang memiliki segala sesuatu.”

Firman-Nya: (قُلْ إِنِّيْ لَنْ يُجِيْرَنِيْ مِنَ اللهِ أَحَدٌ) “Katakanlah: “Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari (adzab) Allah.” Maksudnya adalah, [Allah berfirman kepada beliau: “Wahai Muḥammad, katakanlah kepada mereka: “Aku sekali-kali tidak dapat menghalangi seorang pun dari adzab Allah”.”]. Jika Dia menghendaki suatu perkara maka tidak ada seorang pun yang dapat menolongku darinya.

Disebutkan bahwa ayat ini diturunkan kepada Nabi s.a.w., karena sebagian jinn berkata: “Aku yang melindunginya.” Riwayat yang menjelaskan demikian adalah:

  1. Ibnu ‘Abd-il-A‘lā menceritakan kepada kami, dia berkata: Al-Mu‘tamar bin Sulaimān menceritakan kepada kami dari bapaknya, dia berkata: “Seorang Ḥadhramī mengira telah disebutkan kepadanya, bahwa seorang jinn dari golongan paling mulia dan memiliki pengikut, berkata: “Muḥammad ingin kami melindunginya, dan aku akan melindunginya”. Allah pun menurunkan ayat: (قُلْ إِنِّيْ لَنْ يُجِيْرَنِيْ مِنَ اللهِ أَحَدٌ) “Katakanlah: “Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari (adzab) Allah.

Firman-Nya: (وَ لَنْ أَجِدَ مِنْ دُوْنِهِ مُلْتَحَدًا) “Dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya,” maksudnya adalah, dia berkata: “Aku sekali-kali tidak mendapatkan perlindungan untuk berlindung, selain (kepada) Allah.

  1. [Mahrān menceritakan kepada kami dari Sufyān, tentang ayat: (وَ لَنْ أَجِدَ مِنْ دُوْنِهِ مُلْتَحَدًا) “Dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya,” dia berkata: “Aku sekali-kali tidak mendapatkan perlindungan untuk berlindung selain kepada-Nya].” (1160).
  2. Bisyr menceritakan kepada kami, dia berkata: “Yazīd menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa‘īd menceritakan kepada kami dari Qatādah, tentang firman-Nya: (وَ لَنْ أَجِدَ مِنْ دُوْنِهِ مُلْتَحَدًا) “Dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya,” ia berkata: “Atau tidak mendapatkan tempat berlindung dan penolong.” (1161).
  3. Ibnu ‘Abd-il-A‘lā menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibnu Tsaur menceritakan kepada kami dari Mu‘ammar, dari Qatādah, tentang ayat: (مُلْتَحَدًا) “Tempat berlindung,” dia berkata: “Malja’a artinya tempat berlindung.” (1162).
  4. Ibnu Ḥumaid menceritakan kepada kami, dia berkata: Mahrān menceritakan kepada kami dari Sufyān, tentang ayat: (وَ لَنْ أَجِدَ مِنْ دُوْنِهِ مُلْتَحَدًا) “Dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya,” dia berkata: “Tidak mendapatkan penolong.” (1163).

 

إِلَّا بَلَاغًا مِّنَ اللهِ وَ رِسَالَاتِهِ وَ مَنْ يَعْصِ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا. حَتَّى إِذَا رَأَوْا مَا يُوْعَدُوْنَ فَسَيَعْلَمُوْنَ مَنْ أَضْعَفُ نَاصِرًا وَ أَقَلُّ عَدَدًا.

072: 23. Akan tetapi (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasūl-Nya maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.

072: 24. Sehingga apabila mereka melihat adzab yang diancamkan kepada mereka, maka mereka akan mengetahui siapakah yang lebih lemah penolongnya dan lebih sedikit bilangannya.

(Qs. al-Jinn [72]: 23-24).

 

Ta’wil firman Allah: (إِلَّا بَلَاغًا مِّنَ اللهِ وَ رِسَالَاتِهِ وَ مَنْ يَعْصِ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا. حَتَّى إِذَا رَأَوْا مَا يُوْعَدُوْنَ فَسَيَعْلَمُوْنَ مَنْ أَضْعَفُ نَاصِرًا وَ أَقَلُّ عَدَدًا) “Akan tetapi (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasūl-Nya maka sesungguhnya baginyalah Neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.

072: 24. Sehingga apabila mereka melihat adzab yang diancamkan kepada mereka, maka mereka akan mengetahui siapakah yang lebih lemah penolongnya dan lebih sedikit bilangannya.

Maksudnya adalah, katakanlah kepada orang-orang musyrik ‘Arab, wahai Muḥammad: “Sesungguhnya aku tidak mampu mendatangkan kemudharatan dan kemanfaatan.” (إِلَّا بَلَاغًا مِّنَ اللهِ وَ رِسَالَاتِهِ) “Akan tetapi (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya,” yang telah diperintahkan kepadaku untuk disampaikan kepada kalian. Adapun kemudharatan dan kemanfaatan, berada di tangan Allah, karena Dialah pemiliknya. Dia memberikan petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki dan menyesatkan siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Pakar ta’wil berpendapat seperti yang kami katakan. Riwayat-riwayat yang menjelaskan demikian adalah:

  1. Bisyr menceritakan kepada kami, dia berkata: “Yazīd menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa‘īd menceritakan kepada kami dari Qatādah, tentang firman-Nya: (إِلَّا بَلَاغًا مِّنَ اللهِ وَ رِسَالَاتِهِ) “Akan tetapi (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya,” ia berkata: “Itulah yang mampu aku lakukan untuk menyampaikan risalah dari Allah.” (1164).

Ada kemungkinan ia memiliki makna lain, yaitu (إِلَّا) menjadi dua huruf, dan (لا) terputus dari (إن) sehingga maknanya menjadi, katakanlah, sesungguhnya aku sekali-kali tidak dapat memberikan perlindungan dari Allah kepada seorang pun, kecuali menyampaikan risalah-Nya. (1165).

Firman-Nya: (وَ مَنْ يَعْصِ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ) “Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasūl-Nya maka sesungguhnya baginyalah Neraka Jahannam,” maksudnya adalah, barang siapa mendurhakai Allah dalam hal perintah dan larangan-Nya, mendustakan Rasūl-Nya dan mengingkari risalah, maka baginya Neraka Jahannam yang akan membakarnya.

Firman-Nya: (خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا) “Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya,” maksudnya adalah, mereka tinggal selamanya di dalam Neraka Jahannam, tanpa ada akhir.

Firman-Nya: (حَتَّى إِذَا رَأَوْا مَا يُوْعَدُوْنَ) “Sehingga apabila mereka melihat adzab yang diancamkan kepada mereka,” maksudnya adalah, sehingga apabila mereka telah melihat dengan matanya terhadap apa yang diancamkan oleh Tuhan mereka, seperti adzab dan Hari Kiamat: (فَسَيَعْلَمُوْنَ مَنْ أَضْعَفُ نَاصِرًا وَ أَقَلُّ عَدَدًا) “Maka mereka akan mengetahui siapakah yang lebih lemah penolongnya dan lebih sedikit bilangannya.” Apakah tentara Allah yang menyekutukan-Nya, atau orang-orang musyrik itu?

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.