Surah al-Jinn 72 ~ Tafsir ath-Thabari (3/6)

Dari Buku:
Tafsir ath-Thabari
(Jilid 26, Juz ‘Amma)
(Oleh: Abu Ja‘far Muhammad bin Jarir ath-Thabari)
(Judul Asli: Jāmi‘-ul-Bayāni ‘an Ta’wīli Āy-il-Qur’ān)

Penerjemah: Amir Hamzah
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

Rangkaian Pos: Surah al-Jinn 72 ~ Tafsir ath-Thabari

وَ أَنَّهُمْ ظَنُّوْا كَمَا ظَنَنْتُمْ أَنْ لَّنْ يَبْعَثَ اللهُ أَحَدًا. وَ أَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيْدًا وَ شُهُبًا.

072: 7. Dan sesungguhnya mereka (jinn) menyangka sebagaimana persangkaan kamu (orang-orang kafir Makkah), bahwa Allah sekali-kali tidak akan membangkitkan seorang (rasūl) pun,

072: 8. dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api.

(Qs. al-Jinn [72]: 7-8).

 

Ta’wil firman Allah: (وَ أَنَّهُمْ ظَنُّوْا كَمَا ظَنَنْتُمْ أَنْ لَّنْ يَبْعَثَ اللهُ أَحَدًا. وَ أَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيْدًا وَ شُهُبًا) “Dan sesungguhnya mereka (jinn) menyangka sebagaimana persangkaan kamu (orang-orang kafir Makkah), bahwa Allah sekali-kali tidak akan membangkitkan seorang (rasūl) pun, dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api.

Firman-Nya: (وَ أَنَّهُمْ ظَنُّوْا كَمَا ظَنَنْتُمْ أَنْ لَّنْ يَبْعَثَ اللهُ أَحَدًا) “Dan sesungguhnya mereka (jinn) menyangka sebagaimana persangkaan kamu (orang-orang kafir Makkah), bahwa Allah sekali-kali tidak akan membangkitkan seorang (rasūl) pun,” maksudnya adalah, laki-laki dari kelompok jinn mengira sebagaimana laki-laki dari manusia mengira, bahwa Allah tidak akan mengutus seorang rasūl pun kepada makhluk-Nya untuk mengajak mereka kepada tauhid-Nya.

Pakar ta’wil berpendapat seperti yang kami katakan. Riwayat yang menjelaskan demikian adalah:

35214. Bisyr menceritakan kepada kami, dia berkata: “Yazīd menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa‘īd menceritakan kepada kami dari al-Kalabī (al-Kalbī), tentang firman Allah s.w.t.: (وَ أَنَّهُمْ ظَنُّوْا كَمَا ظَنَنْتُمْ) “Dan sesungguhnya mereka (jinn) menyangka sebagaimana persangkaan kamu (orang-orang kafir Makkah), ia berkata: “Laki-laki yang kafir dari jinn menyangka sebagaimana persangkaan orang kafir dari manusia, bahwa Allah sekali-kali tidak akan mengutuskan seorang rasūl pun.” (10961).

Firmna-Nya: (وَ أَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ) “Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit,” maksudnya adalah, kami mencari tahu rahasia langit dan menginginkannya, (فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ) “Maka kami mendapatinya penuh”. Jinn berkata: “Lalu kami mendapatkannya dipenuhi (حَرَسًا شَدِيْدًا) “dengan penjagaan yang kuat”, yakni penjagaan yang kuat, dan (وَ شُهُبًا) jama‘ syihāb, yaitu bintang-bintang yang dibuat untuk melempar syaithan-syaithan.

Pakar ta’wil berpendapat seperti yang kami katakan. Riwayat yang menjelaskan demikian adalah:

35215. Ibnu Ḥumaid menceritakan kepada kami, dia berkata: Jarīr menceritakan kepada kami dari Mughīrah, dari Ziyād, dari Sa‘īd bin Jubair, dia berkata: “Jinn mencuri dengar, maka ketika mereka dilempar, mereka berkata: “Sesungguhnya yang terjadi di langit ini karena sesuatu yang terjadi di bumi.” Mereka lalu pergi dan mencari sebab itu hingga mereka melihat Nabi s.a.w. keluar dari pasar ‘Ukkāzh untuk melaksanakan shalat fajar bersama para sahabatnya, Mereka kemudian kembali kepada kaumnya untuk memberi peringatan.” (10972).

 

وَ أَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَّصَدًا. وَ أَنَّا لَا نَدْرِيْ أَشَرٌّ أُرِيْدَ بِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا.

072: 9. Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).

072: 10. Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka.

(Qs. al-Jinn [72]: 9-10).

 

Ta’wil firman Allah: (وَ أَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَّصَدًا. وَ أَنَّا لَا نَدْرِيْ أَشَرٌّ أُرِيْدَ بِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا.) “Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka.

Maksudnya adalah, wahai sekalian jinn, dahulu kami duduk di langit untuk mendengarkan apa yang terjadi dan melihat apa yang ada di dalamnya: (فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ) “Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu),” dari kami: (يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَّصَدًا) “Tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya),” yakni panah api yang siap mengintainya dan membakarnya.

Pakar ta’wil berpendapat seperti yang kami katakan. Riwayat-riwayat yang menjelaskan demikian adalah:

35216. Bisyr menceritakan kepada kami, dia berkata: “Yazīd menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa‘īd menceritakan kepada kami dari Qatādah, tentang firman-Nya: (وَ أَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ) “dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit.” Hingga firman-Nya: (فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَّصَدًا) “Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).” Dia berkata: “Jinn mendengarkan kabar langit, maka ketika Allah telah mengutus Nabi-Nya, langit dijaga ketat dan mereka dilarang mendengarkan kabar langit. Jinn lalu mencari sebab itu dengan sendirinya. Disebutkan kepada kami bahwa golongan jinn yang paling mulia berada di Nashībīn, lalu mereka mencarinya dan menyeberang ke berbagai tempat hingga bertemu Nabi s.a.w. yang ketika itu sedang melaksanakan shalat bersama para sahabatnya setelah melewati pasar ‘Ukkazh.” (10983).

35217. Yūnus menceritakan kepadaku, dia berkata: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami, dia berkata: Ibnu Zaid berkata tentang firman-Nya: (وَ أَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيْدًا وَ شُهُبًا) “Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api.” Hingga firman-Nya: (فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَّصَدًا) “Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).” Ketika jinn itu menjumpai panah api, mereka kembali kepada iblīs dan berkata: “Kami telah dihalangi di langit”. Iblīs lalu berkata kepada mereka: “Sesungguhnya langit tidak dijaga kecuali karena dua hal: adakalanya karena adzab yang diturunkan oleh Allah kepada penduduk bumi secara tiba-tiba, dan adakalanya karena seorang nabi yang memberi petunjuk dan shāliḥ”

Perawi berkata: “Itulah makna firman Allah: (وَ أَنَّا لَا نَدْرِيْ أَشَرٌّ أُرِيْدَ بِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا) “Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka.” (10994).

Firman-Nya: (وَ أَنَّا لَا نَدْرِيْ أَشَرٌّ أُرِيْدَ بِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا) “Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka,” maksudnya adalah, Allah memberitahukan perkataan sekelompok jinn itu: “Kami tidak mengetahui apakah adzab yang dikehendaki Allah untuk diturunkan kepada penduduk bumi, sehingga kami dilarang mendengarkan berita langit dan dilempar dengan panah api?” (أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا) “Ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka.” Iblis berkata: “Atau Tuhan mereka menghendaki untuk memberi petunjuk kepada mereka dengan mengutus seorang rasūl di tengah-tengah mereka sebagai pembimbing yang membimbingnya ke jalan kebenaran?”

Pakar ta’wil berpendapat seperti yang kami katakan. Riwayat yang menjelaskan demikian adalah:

35218. Bisyr menceritakan kepada kami, dia berkata: “Yazīd menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa‘īd menceritakan kepada kami dari al-Kalabī, tentang firman-Nya: (وَ أَنَّا لَا نَدْرِيْ أَشَرٌّ أُرِيْدَ بِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا) “Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka,” maksudnya adalah, menaati rasūl ini, lalu membimbing mereka atau berbuat maksiat kepadanya, lalu Allah membinasakan mereka.” (11005).

Adapun kami, telah menguatkan pendapat pertama, karena firman-Nya: (وَ أَنَّا لَا نَدْرِيْ أَشَرٌّ أُرِيْدَ بِمَنْ فِي الْأَرْضِ) “Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi,” dinyatakan setelah firman-Nya: (وَ أَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ) “Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya).” Jadi, penyempurnaan kisah ini lebih dengan ungkapan kalimat yang lebih sederhana.

 

وَ أَنَّا مِنَّا الصَّالِحُوْنَ وَ مِنَّا دُوْنَ ذلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا. وَ أَنَّا ظَنَنَّا أَنْ لَّنْ نُّعْجِزَ اللهَ فِي الْأَرْضِ وَ لَنْ نُّعْجِزَهُ هَرَبًا. وَ أَنَّا لَمَّا سَمِعْنَا الْهُدَى آمَنَّا بِهِ فَمَنْ يُؤْمِنْ بِرَبِّهِ فَلَا يَخَافُ بَخْسًا وَ لَا رَهَقًا.

072: 11. Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang shāliḥ dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.

072: 12. Dan sesungguhnya kami mengetahui, bahwa kami sekali-kali tidak akan dapat melepaskan diri (dari kekuasaan) Allah di muka bumi dan sekali-kali tidak (pula) dapat melepaskan diri (daripada)-Nya dengan lari.

072: 13. Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (al-Qur’ān), kami beriman kepadanya. Barang siapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.

(Qs. al-Jinn [72]: 11-13).

 

Ta’wil firman Allah: (وَ أَنَّا مِنَّا الصَّالِحُوْنَ وَ مِنَّا دُوْنَ ذلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا. وَ أَنَّا ظَنَنَّا أَنْ لَّنْ نُّعْجِزَ اللهَ فِي الْأَرْضِ وَ لَنْ نُّعْجِزَهُ هَرَبًا. وَ أَنَّا لَمَّا سَمِعْنَا الْهُدَى آمَنَّا بِهِ فَمَنْ يُؤْمِنْ بِرَبِّهِ فَلَا يَخَافُ بَخْسًا وَ لَا رَهَقًا) “Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang shāliḥ dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. Dan sesungguhnya kami mengetahui, bahwa kami sekali-kali tidak akan dapat melepaskan diri (dari kekuasaan) Allah di muka bumi dan sekali-kali tidak (pula) dapat melepaskan diri (daripada)-Nya dengan lari. Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (al-Qur’ān), kami beriman kepadanya. Barang siapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.

Firman-Nya: (وَ أَنَّا مِنَّا الصَّالِحُوْنَ) “Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang shāliḥ,” maksudnya adalah mereka yang telah memeluk agama Islam dan melakukan ketaatan kepada Allah.

Firman-Nya: (كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا) “Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda,” maksudnya adalah, kami memiliki kecenderungan yang bermacam-macam, dan berbagai kelompok. Di antara kami ada yang beriman dan ada pula yang kafir.

Ath-Tharā’iq merupakan bentuk jama‘ dari tharīqah, yaitu tarekat seseorang dan madzhabnya. Al-Qidad merupakan bentuk jama‘ dari qiddah, yaitu bermacam-macam.

Para pakar ta’wil berpendapat seperti yang kami katakan. Riwayat-riwayat yang menjelaskan demikian adalah:

35219. Muḥammad bin Ḥamīd ar-Rāzī menceritakan kepada kami, dia berkata: Yaḥyā bin Wādhiḥ menceritakan kepada kami, dia berkata: al-Ḥusain menceritakan kepada kami dari Yazīd, dari ‘Ikrimah, tentang firman-Nya: (طَرَائِقَ قِدَدًا) “jalan yang berbeda-beda,” dia berkata: “Kecenderungan yang bermacam-macam.” (11016).

35220. Muḥammad bin Sa‘ad menceritakan kepadaku, dia berkata: Ayahku menceritakan kepadaku, dia berkata: Pamanku menceritakan kepadaku, dia berkata: Ayahku menceritakan kepadaku dari ayahnya, dari Ibnu ‘Abbās r.a., tentang firman-Nya: (وَ أَنَّا مِنَّا الصَّالِحُوْنَ وَ مِنَّا دُوْنَ ذلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا) “Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang shāliḥ dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda,” dia berkata: “Kecenderungan yang berbeda-beda, di antara kami ada yang muslim dan ada pula yang musyrik.” (11027).

35221. Bisyr menceritakan kepada kami, dia berkata: “Yazīd menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa‘īd menceritakan kepada kami dari Qatādah, tentang ayat: (كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا) “Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda,” ia berkata: “Maksudnya adalah, kaum itu berada dalam kecenderungan yang bermacam-macam.” (11038).

35222. Ibnu ‘Abd-il-A‘lā menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibnu Tsaur menceritakan kepada kami dari Ma‘mar, dia berkata: Qatādah tentang ayat: (طَرَائِقَ قِدَدًا) “jalan yang berbeda-beda,” dia berkata: “Kecenderungan yang bermacam-macam.” (11049).

35223. Muḥammad bin ‘Amru menceritakan kepadaku, dia berkata: Abū ‘Āshim menceritakan kepada kami, dia berkata: ‘Īsā menceritakan kepada kami, al-Ḥārits menceritakan kepadaku, dia berkata: al-Ḥasan menceritakan kepada kami, dia berkata: Waraqā’ menceritakan kepada kami, semuanya dari Ibnu Abī Najīḥ, dari Mujāhid, tentang firman-Nya: (كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا) “Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda,” dia berkata: “Muslim dan kafir.” (110510).

35224. Ibnu Ḥumaid menceritakan kepada kami, dia berkata: Mahrān menceritakan kepada kami dari Sufyān, tentang ayat: (كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا) “Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda,” dia berkata: “Bermacam-macam, mu’min dan kafir.” (110611).

35225. Yūnus menceritakan kepadaku, dia berkata: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami, dia berkata: Ibnu Zaid berkata tentang firman-Nya: (كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا) “Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda,” dia berkata: “Shāliḥ dan kafir.” Dia lalu membaca firman Allah: (وَ أَنَّا مِنَّا الصَّالِحُوْنَ وَ مِنَّا دُوْنَ ذلِكَ) “Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya.” (110712).

Firman-Nya: (وَ أَنَّا ظَنَنَّا أَنْ لَّنْ نُّعْجِزَ اللهَ فِي الْأَرْضِ) “Dan sesungguhnya kami mengetahui, bahwa kami sekali-kali tidak akan dapat melepaskan diri (dari kekuasaan) Allah di muka bumi,” maksudnya adalah, kami tahu bahwa kami sekali-kali tidak mampu melepaskan diri dari kekuasaan Allah di muka bumi, jika Dia menghendaki keburukan bagi kami.

Firman-Nya: (وَ لَنْ نُّعْجِزَهُ هَرَبًا.) “Dan sekali-kali tidak (pula) dapat melepaskan diri (daripada)-Nya,” maksudnya adalah tidak dapat mencari dan melepaskan diri.

Mereka menyifati Allah Maha Kuasa atas diri mereka, karena mereka berkata: (وَ أَنَّا لَمَّا سَمِعْنَا الْهُدَى آمَنَّا بِهِ) “Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (al-Qur’ān), kami beriman kepadanya.” Maksudnya adalah, sesungguhnya kami ketika mendengar al-Qur’ān yang memberikan petunjuk ke jalan yang lurus, (آمَنَّا بِهِ) “Kami beriman kepadanya.” Maksudnya adalah, kami mempercayainya dan mengakui bahwa al-Qur’ān benar dari sisi Allah.

Firman-Nya: (فَمَنْ يُؤْمِنْ بِرَبِّهِ فَلَا يَخَافُ بَخْسًا وَ لَا رَهَقًا) “Barang siapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan,” maksudnya adalah, barang siapa percaya kepada Tuhannya. (فَلَا يَخَافُ بَخْسًا) “Maka ia tidak takut akan pengurangan pahala.” Maksudnya adalah, tidak takut akan berkurang kebaikannya, lalu tidak mendapatkan balasannya. (وَ لَا رَهَقًا) “Dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.” Maksudnya adalah, tidak pula takut akan ditambahkan keburukan dan dosa orang lain kepadanya atau keburukan yang tidak dilakukannya.

Pakar ta’wil berpendapat seperti yang kami katakan. Riwayat-riwayat yang menjelaskan demikian adalah:

35226. ‘Alī menceritakan kepadaku, dia berkata: Abū Shāliḥ menceritakan kepada kami, dia berkata: Mu‘āwiyah menceritakan kepadaku dari ‘Alī r.a., dari Ibnu ‘Abbās r.a., tentang firman-Nya: (فَلَا يَخَافُ بَخْسًا وَ لَا رَهَقًا) “Maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan,” dia berkata: “Tidak takut dikurangi kebaikannya dan tidak pula takut ditambah keburukannya.” (110813).

35227. Muḥammad bin Sa‘ad menceritakan kepadaku, dia berkata: Ayahku menceritakan kepadaku, dia berkata: Pamanku menceritakan kepadaku, dia berkata: Ayahku menceritakan kepadaku dari ayahnya, dari Ibnu ‘Abbās r.a., tentang firman-Nya: (فَلَا يَخَافُ بَخْسًا وَ لَا رَهَقًا) “Maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan,” dia berkata: “Tidak takut sedikit pun amalnya akan dikurangi.” (110914).

35228. Bisyr menceritakan kepada kami, dia berkata: “Yazīd menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa‘īd menceritakan kepada kami dari Qatādah, tentang ayat: (فَلَا يَخَافُ بَخْسًا) “Maka ia tidak takut akan pengurangan pahala,” ia berkata: “Atau tidak takut kebaikannya dizhalimi, sehingga menjadi berkurang, atau dibebankan kepadanya dosa orang lain. (وَ لَا رَهَقًا) “Dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.” (111015).

35229. Yūnus menceritakan kepadaku, dia berkata: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami, dia berkata: Ibnu Zaid berkata tentang firman-Nya: (فَلَا يَخَافُ بَخْسًا وَ لَا رَهَقًا) “Maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan,” dia berkata: “Tidak takut sedikit pun akan dikurangi pahalanya. (وَ لَا رَهَقًا) “Dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan,” lalu dia dizhalimi tidak diberi apa pun.” (111116).

Catatan:

  1. 1096). Al-Qurthubī dalam tafsirnya (19/11).
  2. 1097). Telah disebutkan sebelumnya dalam tafsir surah al-A‘raf ayat 29.
  3. 1098). As-Suyūthī dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/302), dihubungkan kepada ‘Abd bin Ḥumaid.
  4. 1099). Kami tidak mendapatkan atsar ini dalam referensi-referensi yang ada pada kami.
  5. 1100). Lihat ad-Durr-ul-Mantsūr karya as-Suyūthī (8/303) dari Ibnu Juraij.
  6. 1101). Ibnu ‘Athiyyah dalam al-Muḥarrar-ul-Wajīz (5/382),
  7. 1102). Lihat al-Muḥarrar-ul-Wajīz karya Ibnu ‘Athiyyah (5/385),
  8. 1103). As-Suyūthī dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/304), dihubungkan kepada ‘Abd bin Ḥumaid, di dalamnya dinyatakan: Kecenderungan yang bermacam-macam.
  9. 1104). Abd-ur-Razzāq dalam tafsirnya (3/352), di dalamnya dinyatakan: Kecenderungan yang bermcam-macam.
  10. 1105). Al-Baghawī dalam Ma‘ālim-ut-Tanzīl (4/403).
  11. 1106). Kami tidak mendapatkan atsar ini dalam referensi-referensi yang ada pada kami.
  12. 1107). Ibid.
  13. 1108). Al-Qurthubī dalam tafsirnya (19/17).
  14. 1109). Atsar semisalnya disebutkan oleh Al-Qurthubī dalam tafsirnya (19/17).
  15. 1110). Ibnu Katsīr dalam tafsirnya (14/152).
  16. 1111). Lihat at-Tafsīr-ul-Kabīr karya ar-Razi (30/141).

Unduh Rujukan:

  • [download id="14855"]

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *