Surah al-Jinn 72 ~ Tafsir as-Sa’di

TAFSĪR AL-QUR’ĀN
(Judul Asli: TAISĪR-UL-KARĪM-IR-RAḤMĀNI FĪ TAFSĪRI KALĀM-IL-MANNĀN)

Penyusun: Syaikh ‘Abd-ur-Raḥmān bin Nāshir as-Sa‘dī

(Jilid ke 7 dari Surah adz-Dzāriyāt s.d. an-Nās)

Penerjemah: Muhammad Iqbal, Lc.
Izzudin Karimi, Lc.
Muhammad Ashim, Lc.
Mustofa Aini, Lc.
Zuhdi Amin, Lc.

Penerbit: DARUL HAQ

Rangkaian Pos: Surah al-Jinn 72 ~ Tafsir as-Sa'di

سُوْرَةُ الْجِنِّ

TAFSIR SURAT AL-JINN

(Bangsa Jin)

Surat ke-72: 28 ayat

Makkiyyah

(Bagian 1 dari 2)

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

 

قُلْ أُوْحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ فَقَالُوْا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا. يَهْدِيْ إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَ لَنْ نُّشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا. وَ أَنَّهُ تَعَالَى جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَ لَا وَلَدًا. وَ أَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ سَفِيْهُنَا عَلَى اللهِ شَطَطًا.

072: 1. Katakanlah (hai Muḥammad): Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jinn telah mendengarkan (al-Qur’ān), lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengarkan al-Qur’ān yang menakjubkan.”

072: 2. (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Rabb kami.

072: 3. dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Rabb kami, Dia tidak beristri dan tidak (pula) beranak.

072: 4. Dan bahwasanya orang yang kurang akal dari kami dahulu selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah.

(al-Jinn [72]: 1-4).

Tafsir Ayat:

(1). Maksusnya: (قُلْ) “katakanlah,” wahai Rasūl kepada manusia, (أُوْحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ) “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jinn telah mendengarkan (al-Qur’ān)”. Allah s.w.t. mengalihkan mereka kepada Rasūl-Nya untuk mendengarkan tanda-tanda kebesaran-Nya agar hujjah tegak atas mereka, agar nikmat sempurna atas mereka dan agar mereka memberi peringatan kepada kaumnya. Allah s.w.t. memerintahkan Rasūl-Nya untuk mengisahkan berita tentang jinn tersebut kepada manusia. Yaitu ketika mereka mendekat kepada beliau, lalu mereka berkata: “Diamlah kalian.” Ketika mereka menyimak dengan seksama, mereka memahami makna-maknanya dan hakikat-hakikatnya merasuk ke dalam hati mereka, (فَقَالُوْا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا.) “lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengarkan al-Qur’ān yang menakjubkan”,” yakni, salah satu keajaiban tinggi dan tuntutan luhur.

(2). (يَهْدِيْ إِلَى الرُّشْدِ) “(yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar.” Petunjuk adalah kata umum untuk segala sesuatu yang mengarahkan manusia pada kebaikan dunia dan Agama mereka. (فَآمَنَّا بِهِ وَ لَنْ نُّشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا.) “lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Rabb kami.” Mereka menyatukan antara keimanan yang mencakup seluruh amal baik dengan ketakwaan yang mencakup meninggalkan keburukan. Mereka menjadikan faktor yang mendorong mereka pada keimanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan keimanan yang mereka kerjakan berkat petunjuk-petunjuk al-Qur’ān serta segala sesuatu yang mencakup berbagai kemaslahatan, faidah, dan meninggalkan bahaya. Hal itu merupakan tanda-tanda kebesaran dan hujjah pasti bagi orang yang menjadikannya sebagai cahaya dan petunjuk. Iman yang berguna dan membuahkan berbagai kebaikan ini terbangun di atas hidayah al-Qur’an. Tidak seperti keimanan pengikut tradisi dan persaudaraan, karena keimanan seperti ini adalah iman ikut-ikutan di bawah bahaya syubhat dan berbagai macam penghalang.

(3). (وَ أَنَّهُ تَعَالَى جَدُّ رَبِّنَا) “dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Rabb kami,” yakni, luhur keagungan-Nya dan suci nama-namaNya. (مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَ لَا وَلَدًا.) “Dia tidak beristri dan tidak (pula) beranak.” Mereka mengetahui kemuliaan dan keagungan Allah s.w.t. yang menunjukkan mereka atas batilnya orang yang mengira bahwa Allah memiliki pendamping (istri) dan anak, karena Allah s.w.t. memiliki keagungan dan keluhuran, setiap sifat-Nya sempurna. Sedangkan memiliki pasangan dan anak menafikan hal itu, karena bertentangan dengan sempurnanya keesaan-Nya (yang tidak memerlukan yang lain).

(4). (وَ أَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ سَفِيْهُنَا عَلَى اللهِ شَطَطًا.) “Dan bahwasanya orang yang kurang akal dari kami dahulu selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah,” yakni, perkataan zhalim dari kebenaran dan menerjang batas. Yang menyebabkan hal itu adalah kebodohan dan kelemahnya akalnya, sebab andai yang bersangkutan teguh dan terang, pasti ia memahami apa yang diucapkan.

 

وَأَنَّا ظَنَنَّا أَنْ لَنْ تَقُولَ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا

072: 5. dan sesungguhnya kami mengira, bahwa manusia dan jinn sekali-kali tidak akan mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah.

(al-Jinn [72]: 5)

Tafsir Ayat:

(5). Maksudnya, kami sebelumnya tertipu. Dan yang menipu kami adalah para penguasa dan pemimpin dari kalangan jinn dan manusia. Kami berbaik sangka pada mereka dan kami mengira mereka tidak akan berani berdusta atas nama Allah s.w.t., karena itulah kami mengikuti mereka sebelumnya. Maka pada hari ini, karena kebenaran telah jelas bagi kami, kami mengikuti Nabi Muḥammad s.a.w. kami taat pada beliau dan kami tidak mempedulikan perkataan siapa pun yang bertentangan dengan petunjuk.

 

وَ أَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنْسِ يَعُوْذُوْنَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوْهُمْ رَهَقًا

072: 6. Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jinn, maka jinn-jinn itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.

(al-Jinn [72]: 6).

Tafsir Ayat:

(6). Maksudnya, orang-orang biasa meminta perlindungan pada jinn ketika merasa takut dan gentar. Mereka menyembahnya sehingga manusia semakin membuat jinn bersalah karena melampaui batas dan takabbur ketika jinn melihat manusia menyembah dan meminta perlindungan pada mereka.

Kemungkinan kata ganti kembali pada (الْجِنّ) “jinn”, artinya jinn semakin menambah takut manusia ketika melihat manusia meminta perlindungan pada mereka agar mendorong mereka untuk berlindung pada jinn dan berpegang teguh di atas cara itu. Itulah sebabnya, dulu bila ada seseorang melintasi lembah yang menakutkan, ia berkata: “Aku belindung pada penguasa lembah ini dari oknum-oknum bodoh dari kaumnya.”

 

وَ أَنَّهُمْ ظَنُّوْا كَمَا ظَنَنْتُمْ أَنْ لَّنْ يَبْعَثَ اللهُ أَحَدًا. وَ أَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيْدًا وَ شُهُبًا. وَ أَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَّصَدًا.

072: 7. Dan bahwa mereka (jinn) menyangka sebagaimana persangkaan kamu (orang-orang kafir Makkah), bahwa Allah sekali-kali tidak akan membangkitkan seorang (rasūl) pun,

072: 8. dan bahwa kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api,

072: 9. dan bahwa kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).

(al-Jinn [72]: 7-9).

Tafsir Ayat:

(7). Maksudnya, ketika mereka mengingkari Hari Kebangkitan, mereka melakukan kesyirikan dan tindakan yang melampaui batas.

(8-9). (وَ أَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ) “dan bahwa kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit,” yakni, mendatanginya dan kami mencobanya, (فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيْدًا) “maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat,” untuk bisa mencapai tepi dan mendekatinya sekalipun, (وَ شُهُبًا) “dan panah-panah api,” dilemparkan pada jinn yang mencuri pendengaran. Hal ini bertentangan dengan kebiasaan kami sebelumnya. Dulu kami mampu untuk mencapai berita langit, dan (كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ) “kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya),” sehingga kami pun banyak menukil berita-berita langit. (فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَّصَدًا.) “Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya)”, yakni mengintai dan siap untuk membinasakan dan membakarnya.

Dan ini merupakan sesuatu yang besar dan berita yang agung. Mereka memastikan bahwa Allah s.w.t. menghendaki suatu kejadian besar di muka bumi, baik kejadian buruk ataupun baik. Karena itu para jin itu berkata:

 

وَ أَنَّا لَا نَدْرِيْ أَشَرٌّ أُرِيْدَ بِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا. وَ أَنَّا مِنَّا الصَّالِحُوْنَ وَ مِنَّا دُوْنَ ذلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا.

072: 10. Dan kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Rabb mereka menghendaki kebaikan bagi mereka.

072: 11. Dan di antara kami ada orang-orang yang shalih dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Kami menempuh jalan yang berbeda-beda.

(al-Jinn [72]: 10-11).

Tafsir Ayat:

(10). Maksudnya, pasti ini atau itu yang akan terjadi karena mereka melihat adanya perubahan besar. Mereka mengetahui bahwa hal ini dikehendaki dan akan diberlakukan Allah s.w.t. di atas muka bumi dengan kepintaran mereka.

Dalam ayat ini terdapat penjelasan tentang etika sopan santun mereka ketika mereka menyandarkan kebaikan kepada Allah s.w.t. sedangkan mereka tidak menyebutkan subyek keburukan sebagai wujud etika terhadap Allah s.w.t.

(11). (وَ أَنَّا مِنَّا الصَّالِحُوْنَ وَ مِنَّا دُوْنَ ذلِكَ) “Dan di antara kami ada orang-orang yang shalih dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya,” yaitu jinn-jinn fasik, keji dan kafir. (كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا.) “Kami menempuh jalan yang berbeda-beda.” Yakni, kaum yang berbeda-beda dan keinginan yang beraneka ragam. Masing-masing bangga atas kelompoknya sendiri.

 

وَ أَنَّا ظَنَنَّا أَنْ لَّنْ نُّعْجِزَ اللهَ فِي الْأَرْضِ وَ لَنْ نُّعْجِزَهُ هَرَبًا. وَ أَنَّا لَمَّا سَمِعْنَا الْهُدَى آمَنَّا بِهِ فَمَنْ يُؤْمِنْ بِرَبِّهِ فَلَا يَخَافُ بَخْسًا وَ لَا رَهَقًا. وَ أَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُوْنَ وَ مِنَّا الْقَاسِطُوْنَ فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُوْلئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا.

072: 12. Dan kami mengetahui, bahwa kami sekali-kali tidak akan dapat melepaskan diri (dari kekuasaan) Allah di muka bumi dan sekali-kali tidak (pula) dapat melepaskan diri (dari)-Nya dengan lari.

072: 13. Dan kami tatkala mendengar petunjuk (al-Qur’ān) tersebut, kami beriman kepadanya. Barang siapa beriman kepada Rabb-nya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.

072: 14. Dan di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barang siapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus.

(al-Jinn [72]: 12-14).

Tafsir Ayat:

(12). Maksudnya, dan bahwasanya kami saat sekarang ini, telah jelas bagi kami akan sempurnanya Kuasa Allah s.w.t. dan lemahnya kami. Ubun-ubun kami berada di Tangan Allah s.w.t. Karena itu sekali-kali kami tidak akan dapat melepaskan diri dari kekuasaan Allah s.w.t. di muka bumi, sekali-kali pula tidak dapat melepaskan diri dari-Nya dan menguasakan berbagai sebab untuk dapat lari serta terlepas dari Kuasa-Nya. Tidak ada tempat berlindung kecuali kepada-Nya.

(13). (وَ أَنَّا لَمَّا سَمِعْنَا الْهُدَى) “Dan kami tatkala mendengar petunjuk (al-Qur’ān) tersebut,” yakni, al-Qur’an yang mulia yang menunjukkan ke jalan yang lurus, kami mengetahui petunjuknya, mempengaruhi hati kami dan kami beriman padanya. Selanjutnya para jinn menyebutkan apa yang mendorong orang beriman: (فَمَنْ يُؤْمِنْ بِرَبِّهِ فَلَا يَخَافُ بَخْسًا وَ لَا رَهَقًا.) “Barang siapa beriman kepada Rabb-nya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan,” yakni, siapa pun yang beriman kepada-Nya dengan benar, pahalanya tidak akan dikurangi dan tidak akan disakiti oleh apa pun. Ketika selamat dari keburukan, ia mendapatkan kebaikan. Iman adalah faktor yang mendorong untuk mendapatkan berbagai kebaikan dan menafikan segala keburukan.

(14). (وَ أَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُوْنَ وَ مِنَّا الْقَاسِطُوْنَ) “Dan di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran,” yakni zhalim dan menyimpang dari jalan yang ḥaqq, (فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُوْلئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا.) “Barang siapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus,” artinya mereka menempuh jalan lurus yang menghantarkan mereka ke surga dengan segala kenikmatannya.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *