سُوْرَةُ الْجِنِّ
TAFSIR SURAT AL-JINN
(Bangsa Jin)
Surat ke-72: 28 ayat
Makkiyyah
(Bagian 2 dari 2)
وَ أَمَّا الْقَاسِطُوْنَ فَكَانُوْا لِجَهَنَّمَ حَطَبًا. وَ أَنْ لَّوِ اسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَّاءً غَدَقًا. لِنَفْتِنَهُمْ فِيْهِ وَ مَنْ يُعْرِضْ عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِ يَسْلُكْهُ عَذَابًا صَعَدًا.
072: 15. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu (bahan bakar) bagi Neraka Jahannam.
072: 16. Dan bahwasnya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).
072: 17. Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya. Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam adzab yang amat berat.
(al-Jinn [72]: 15-17).
Tafsir Ayat:
(15-17). (وَ أَمَّا الْقَاسِطُوْنَ فَكَانُوْا لِجَهَنَّمَ حَطَبًا.) “Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu (bahan bakar) bagi Neraka Jahannam.” Hal itu sebagai balasan atas amal perbuatan mereka dan bukan kezhaliman Allah s.w.t., sebab sesungguhnya, (وَ أَنْ لَّوِ اسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَّاءً غَدَقًا.) “jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak),” yakni, lezat dan luas (banyak). Tidak ada yang menghalangi mereka dari hal itu selain kezhaliman dan permusuhan mereka. (لِنَفْتِنَهُمْ فِيْهِ) “Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya,” yakni, agar Kami menguji mereka di dalamnya agar terlihat jelas siapa yang benar dan siapa yang berdusta. (وَ مَنْ يُعْرِضْ عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِ يَسْلُكْهُ عَذَابًا صَعَدًا.) “Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam adzab yang amat berat,” yakni barang siapa yang berpaling dari peringatan Allah s.w.t. yaitu (yang tertuang dalam) Kitāb-Nya dan tidak mengikutinya, justru melalaikannya, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam siksaan yang amat berat.
وَ أَنَّ الْمَسَاجِدَ للهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللهِ أَحَدًا. وَ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوْهُ كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا. قُلْ إِنَّمَا أَدْعُوْ رَبِّيْ وَ لَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًا. قُلْ إِنِّيْ لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَ لَا رَشَدًا. قُلْ إِنِّيْ لَنْ يُجِيْرَنِيْ مِنَ اللهِ أَحَدٌ وَ لَنْ أَجِدَ مِنْ دُوْنِهِ مُلْتَحَدًا. إِلَّا بَلَاغًا مِّنَ اللهِ وَ رِسَالَاتِهِ وَ مَنْ يَعْصِ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا. حَتَّى إِذَا رَأَوْا مَا يُوْعَدُوْنَ فَسَيَعْلَمُوْنَ مَنْ أَضْعَفُ نَاصِرًا وَ أَقَلُّ عَدَدًا. قُلْ إِنْ أَدْرِيْ أَقَرِيْبٌ مَّا تُوْعَدُوْنَ أَمْ يَجْعَلُ لَهُ رَبِّيْ أَمَدًا. عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا. إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَّسُوْلٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَ مِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا. لِيَعْلَمَ أَنْ قَدْ أَبْلَغُوْا رِسَالَاتِ رَبِّهِمْ وَ أَحَاطَ بِمَا لَدَيْهِمْ وَ أَحْصَى كُلَّ شَيْءٍ عَدَدًا.
072: 18. Dan bahwasanya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah, maka janganlah kamu berdoa kepada seseorang pun (di dalamnya) di samping (berdoa kepada) Allah.
072: 19. Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya.
072: 20. Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya berdoa kepada Rabbku dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya.”
072: 21. Katakanlah: “Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudaratan pun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfataan.”
072: 22. Katakanlah: “Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun yang dapat melindungiku dari (adzab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya.”
072: 23. Akan tetapi (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasūl-Nya maka sesungguhnya baginyalah Neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
072: 24. Sehingga apabila mereka melihat adzab yang diancamkan kepada mereka, maka mereka akan mengetahui siapakah yang lebih lemah penolongan dan lebih sedikit bilangannya.
072: 25. Katakanlah: “Aku tidak mengetahui, apakah adzab yang diancamkan kepadamu itu dekat ataukah Rabbku menjadikan bagi (kedatangan) adzab itu, masa yang panjang?”
072: 26. (Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.
072: 27. Kecuali kepada rasūl yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.
072: 28. Supaya Dia mengetahui, bahwa rasūl-rasūl itu sungguh telah menyampaikan risalah-risalah Rabbnya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.
(al-Jinn [72]: 18-28).
Tafsir Ayat:
(18). (وَ أَنَّ الْمَسَاجِدَ للهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللهِ أَحَدًا.) “Dan bahwasanya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah, maka janganlah kamu berdoa kepada seseorang pun (di dalamnya) di samping (berdoa kepada) Allah.” Yakni, tidak doa ibadah dan bukan pula doa permohonan karena masjid-masjid adalah tempat paling agung untuk beribadah yang dibangun di atas keikhlasan karena Allah s.w.t. semata serta tunduk pada keagungan dan keperkasaan-Nya.
(19). (وَ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوْهُ) “Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya,” memohon dan menyembah-Nya serta membaca al-Qur’ān, karena terlalu banyaknya mereka, (كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا.) “hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya,” yakni saling berdesakan untuk mendengarkan petunjuk yang ada di dalamnya.
(20). (قُلْ) “Katakanlah” kepada mereka wahai rasūl, seraya menjelaskan hakikat apa yang kau serukan, (إِنَّمَا أَدْعُوْ رَبِّيْ وَ لَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًا.) “Sesungguhnya aku hanya berdoa kepada Rabbku dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya.” Yakni, aku mengesakan-Nya semata, yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Aku berlepas diri dari segala sekutu dan berhala, serta segala sesuatu yang dijadikan sesembahan oleh kaum musyrikin selain Allah s.w.t.
(21-22). (قُلْ إِنِّيْ لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَ لَا رَشَدًا.) “Katakanlah: “Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudaratan pun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfataan.””. Yakni, aku hanyalah seorang hamba, aku tidak memiliki kuasa untuk mengatur dan bertindak atas segala sesuatu pun. (قُلْ إِنِّيْ لَنْ يُجِيْرَنِيْ مِنَ اللهِ أَحَدٌ) “Katakanlah: “Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun yang dapat melindungiku dari (adzab) Allah,” yakni, tidak ada seorang pun yang bisa aku mintai perlindungan yang bisa menyelamatkanku dari siksaan Allah s.w.t. Bila seorang rasūl yang merupakan manusia terbaik tidak kuasa menimpakan bahaya dan memberi manfaat serta tidak bisa menangkal sesuatu keburukan dari Allah s.w.t. jika memang dikehendaki, maka orang yang bukan rasūl tentu lebih tidak bisa, (وَ لَنْ أَجِدَ مِنْ دُوْنِهِ مُلْتَحَدًا.) “dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya,” yakni tempat perlindungan dan memohon pertolongan.
(23). (إِلَّا بَلَاغًا مِّنَ اللهِ وَ رِسَالَاتِهِ) “Akan tetapi (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya,” aku tidak memiliki keistimewaan atas manusia selain hanya karena Allah s.w.t. mengkhususkanku untuk menyampaikan risalah-risalahNya dan mendakwahi para hamba-Nya kepada Allah. Dengan demikian, tegaklah hujjah atas manusia. (وَ مَنْ يَعْصِ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا.) “Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasūl-Nya maka sesungguhnya baginyalah Neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” Yang dimaksud adalah maksiat kekufuran sebagaimana dibatasi oleh nash-nash tegas lainnya. Sedangkan kemaksiatan saja tidaklah membuat pelakunya kekal di dalam neraka sebagaimana ditunjukkan oleh ayat-ayat al-Qur’ān dan hadits-hadits Nabi s.a.w., serta berdasarkan ijma‘ as-Salaf-ush-Shāliḥ dan para imam umat ini.
(24). (حَتَّى إِذَا رَأَوْا مَا يُوْعَدُوْنَ) “Sehingga apabila mereka melihat adzab yang diancamkan kepada mereka,” yakni menyaksikan dengan mata kepala dan memastikan akan menimpa mereka, (فَسَيَعْلَمُوْنَ) “maka mereka akan mengetahui,” pada saat itu dengan sebenar-benarnya, (مَنْ أَضْعَفُ نَاصِرًا وَ أَقَلُّ عَدَدًا.) “siapakah yang lebih lemah penolongan dan lebih sedikit bilangannya,” ketika tidak ditolong oleh yang lain bahkan dirinya sendiri tidak mendapatkan pertolongan kala mereka digiring seorang demi seorang sebagaimana mereka diciptakan pertama kalinya.
(25-26). (قُلْ) “Katakanlah” kepada mereka bila mereka bertanya padamu tentang kapankah terjadinya ancaman itu, (إِنْ أَدْرِيْ أَقَرِيْبٌ مَّا تُوْعَدُوْنَ أَمْ يَجْعَلُ لَهُ رَبِّيْ أَمَدًا.) ““Aku tidak mengetahui, apakah adzab yang diancamkan kepadamu itu dekat ataukah Rabbku menjadikan bagi (kedatangan) adzab itu, masa yang panjang?”,” yakni, jarak waktu yang panjang. Pengetahuan mengenai hal itu hanya ada di sisi Allah s.w.t. (عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا.) “(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu,” hanya Allah s.w.t. sendiri yang mengetahui isi hati, rahasia, dan hal-hal ghaib.
(27). (إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَّسُوْلٍ) “Kecuali kepada rasūl yang diridhai-Nya,” Allah s.w.t. memberitahunya sesuai tuntutan hikmah-Nya untuk memberitahukan, sebab rasūl tidak seperti manusia lainnya. Allah s.w.t. meneguhkan mereka dengan penguat yang tidak diberikan pada orang lain dan Allah s.w.t. menjaga wahyu yang disampaikan padanya hingga para rasūl bisa menyampaikannya pada manusia dengan sebenarnya tanpa didekati oleh para syaithan sehingga mereka mengurangi atau menambahi wahyu. Karena itu Allah s.w.t. berfirman: (فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَ مِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا.) “maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya,” menjaganya berdasarkan perintah Allah s.w.t.
(28). (لِيَعْلَمَ) “Supaya Dia mengetahui” dengan hal itu (أَنْ قَدْ أَبْلَغُوْا رِسَالَاتِ رَبِّهِمْ) “bahwa rasūl-rasūl itu sungguh telah menyampaikan risalah-risalah Rabbnya,” dengan menjadikan sebab-sebab pada mereka, (وَ أَحَاطَ بِمَا لَدَيْهِمْ) “sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka,” yakni apa saja yang ada pada mereka dan apa pun yang mereka rahasiakan dan tampakkan, (وَ أَحْصَى كُلَّ شَيْءٍ عَدَدًا.) “dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.”
Dalam surat ini terdapat beberapa faidah:
Pertama: Keberadaan jinn dan mereka adalah makhluk mukallaf yang juga diperintah dan dilarang, serta akan diberi balasan atas perbuatan mereka sebagaimana disebutkan secara jelas dalam surat ini dan surat lain.
Kedua: Rasūlullāh s.a.w. juga diutus kepada bangsa jinn sebagaimana beliau juga diutus kepada manusia. Allah s.w.t. mengalihkan segolongan jinn untuk mendengarkan wahyu yang disampaikan padanya dan agar mereka menyampaikannya pada kaum mereka.
Ketiga: Kecerdasan jinn serta kemampuan mereka mengetahui kebenaran, dan bahwa yang mendorong mereka untuk beriman adalah petunjuk al-Qur’ān dan etika baik dalam berbicara yang mereka wujudkan.
Keempat: Perhatian Allah s.w.t. terhadap Rasūl-Nya s.a.w. dan penjagaan-Nya atas wahyu yang dibawa. Ketika berita kenabian Rasūlullāh s.a.w.dimulai, langit dijaga oleh bintang-bintang, para syaithan lari dari tempat mereka dan terhalang untuk mengintai. Dengan al-Qur’ān, Allah s.w.t. merahmati penduduk bumi dengan rahmat yang tidak terkira dan Allah s.w.t. menghendaki petunjuk pada mereka. Allah s.w.t. hendak menampakkan sebagian dari Agama-Nya, syariat dan ma‘rifat tentang-Nya yang dapat menggelorakan hati, yang membuat orang-orang berakal gembira, dan syiar-syiar Islam nampak dan para penyembah patung serta berhala terpuruk.
Kelima: Begitu semangatnya para jinn untuk mendengarkan al-Qur’ān dari Rasūlullāh s.a.w. serta berkerumunannya mereka untuk itu.
Keenam: Surat ini mencakup perintah bertauhid, larangan menyekutukan Allah s.w.t., penjelasan tentang kondisi makhluk, tidak seorang pun berhak disembah sekecil apa pun, karena Rasūlullāh Muḥammad s.a.w. sendiri tidak kuasa untuk menolong dan membahayakan seorang pun, bahkan tidak kuasa atas dirinya sendiri, sehingga dapat diketahui bahwa seluruh manusia juga sama. Adalah salah dan zhalim menjadikan orang yang sifatnya seperti ini sebagai sembahan-sembahan lain.
Ketujuh: Pengetahuan-pengetahuan ghaib hanya diketahui Allah s.w.t. semata. Tidak ada seorang pun yang mengetahuinya kecuali orang yang diridhai dan dikhususkan untuk mengetahui sebagian darinya.
Selesai tafsir Sūrat-ul-Jinn. Segala puji hanya bagai Allah, Rabb semesta alam.