Surah al-Insyiqaq 84 ~ Tafsir ash-Shabuni

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

084

SŪRAT-UL-INSYIQĀQ

Pokok-pokok Kandungan Surat.

Al-Insyiqāq termasuk surat Makkiyyah yang membicarakan prahara-prahara hari kiamat, sebagaimana sifat surat Makkiyyah lainnya yang menitikberatkan masalah akidah Islam.

Surat ini dimulai dengan menuturkan sebagian fenomena akhirat dan penggambaran perubahan yang terjadi di alam semesta pada saat terjadinya hari kiamat. “Apabila langit terbelah, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh. Dan apabila bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh, (pada waktu itu manusia akan mengetahui akibat perbuatannya)

Kemudian surat ini membicarakan penciptaan manusia yang bekerja keras dengan lelah dalam mencari rezeki serta memenuhi ekonominya untuk masa depannya di akhirat, baik yang saleh maupun fasik, baik maupun buruk. Kemudian di sana akan pembalasan yang adil. “Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah

Lalu surat ini membahas sikap orang kafir terhadap al-Qur’ān yang mulia ini. Dalam surat ini ada sumpah Allah bahwa mereka akan mengalami prahara dan petaka pada hari yang sulit itu, di mana harta dan dan anak tidak ada gunanya. “Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja, dan dengan malam dan apa yang diselubunginya, dan dengan bulan apabila jadi purnama, sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)

Surat ini ditutup dengan celaan bagi orang kafir atas keengganan mereka beriman kepada Allah, padahal ayat-ayatNya sudah sangat jelas. Surat ini menyampaikan berita gembira bagi mereka berupa siksa yang menyakitkan di dalam neraka. “Mengapa mereka tidak mau beriman? Dan apabila al-Qur’ān dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud, bahkan orang-orang kafir itu mendustakan (nya). Padahal Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan (dalam hati mereka). Maka beri kabar gembiralah mereka dengan adzab yang pedih, tetapi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya

*Missing: (9641)

 

TAFSĪR SŪRAT-UL- INSYIQĀQ

Sūrat-ul-Insyiqāq, Ayat: 1-25

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.

وَ إٍذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ. وَ أَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَ حُقَّتْ. وَ إِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ. وَ أَلْقَتْ مَا فِيْهَا وَ تَخَلَّتْ. وَ أَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَ حُقَّتْ. يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيْهِ. فَأَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِيْنِهِ. فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيْرًا. وَ يَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُوْرًا. وَ أَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ. فَسَوْفَ يَدْعُوْ ثُبُوْرًا. وَ يَصْلَى سَعِيْرًا. إِنَّهُ كَانَ فِيْ أَهْلِهِ مَسْرُوْرًا. إِنَّهُ ظَنَّ أَنْ لَّنْ يَحُوْرَ. بَلَى إِنَّ رَبَّهُ كَانَ بِهِ بَصِيْرًا. فَلَا أُقْسِمُ بِالشَّفَقِ. وَ اللَّيْلِ وَ مَا وَسَقَ. وَ الْقَمَرِ إِذَا اتَّسَقَ. لَتَرْكَبُنَّ طَبَقًا عَنْ طَبَقٍ. فَمَا لَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ. وَ إِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنُ لَا يَسْجُدُوْنَ. بَلِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا يُكَذِّبُوْنَ. وَ اللهُ أَعْلَمُ بِمَا يُوْعُوْنَ. فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيْمٍ. إِلَّا الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍ

84: 1. Apabila langit terbelah,
84: 2. dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh.
84: 3. dan apabila bumi diratakan,
84: 4. dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong,
84: 5. dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh, (pada waktu itu manusia akan mengetahui akibat perbuatannya).
84: 6. Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.
84: 7. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya,
84: 8. maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah,
84: 9. dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.
84: 10. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang,
84: 11. maka dia akan berteriak: “Celakalah aku”.
84: 12. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).
84: 13. Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir).
84: 14. Sesungguhnya dia yakin bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali (kepada Tuhannya).
84: 15. (Bukan demikian), yang benar, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya.
84: 16. Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja,
84: 17. dan dengan malam dan apa yang diselubunginya,
84: 18. dan dengan bulan apabila jadi purnama,
84: 19. sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan).
84: 20. Mengapa mereka tidak mau beriman?,
84: 21. Dan apabila al-Qur’ān dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud,
84: 22. bahkan orang-orang kafir itu mendustakan (nya).
84: 23. Padahal Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan (dalam hati mereka).
84: 24. Maka beri kabar gembiralah mereka dengan adzab yang pedih,
84: 25. Tetapi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya.

Tinjauan Bahasa

(كَادِحٌ): usaha keras dan lelah dalam bekerja. Penyair berkata:

و مضت بشاشة كل عيش صالح و بقيت أقدح للحياة و أنصب

Enaknya hidup yang saleh sudah lewat

Yang sisa kami kerja keras untuk hidup.”

(يَحُوْرَ): kembali. Termasuk arti itu adalah hadits: (أَعوذ بك من الحور بعد الكور). Yakni dari kembali kepada kurang setelah bertambah.

(الشَّفَقِ): warna merah yang ada setelah tenggelamnya matahari.

(وَسَقَ): dikumpulkan.

(اتَّسَقَ): berkumpul dan semakin sempurna cahayanya.

(مَمْنُوْنٍ): terputus, terhenti.

Tafsir Ayat

Apabila langit terbelah”; ayat-ayat ini adalah penjelasan prahara-prahara hari kiamat dan penggambaran tentang sejumlah peristiwa yang terjadi menjelang hari tersebut yang mengejutkan semua khayalan manusia. Jika langit terbelah dan terkoyak menandakan hancurnya alam semesta. Al-Alūsī berkata: “Langit terbelah karena prahara hari kiamat (9652). “dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh”; langit mendengar perintah Tuhannya dan tunduk kepada keputusan-Nya, langit memang layak untuk mendengar, patuh dan terbelah karena prahara kiamat, “dan apabila bumi diratakan”; ketika bertambah hamparannya karena gunung dan bukit sirna serta menjadi rata tanpa bangunan maupun dataran tinggi. “dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong”; bumi mengeluarkan apa yang ada di dalam perutnya, yaitu orang mati, harta benda dan tambang, sehingga bumi kosong dari mereka. Al-Qurthubī berkata: “Bumi mengeluarkan orang mati dan kosong dari mereka dan melemparkan isi perutnya berupa harta benda dan tambang sebagaimana wanita hamil melahirkan kandungannya. Hal tersebut menunjukkan dahsyatnya prahara kiamat.” (9663) “dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh”; bumi patuh kepada perintah Tuhannya dan selayaknya ia mendengar dan taat. Jawab kata syarat “apabila” dibuang agar lebih menakutkan dan mengerikan. Kalimat lengkapnya: jika terjadi segala hal di atas, maka manusia mengalami kesulitan dan prahara yang tidak pernah dibayangkan oleh khayalan.

Kemudian Allah menjelaskan letihnya dan lelahnya dalam menjalani hidup di dunia. Dia akan menjumpai balasannya di sisi Allah. “Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya”; ayat ini ditujukan kepada seluruh manusia secara umum. Hai keturunan Adam, kamu lelah dan letih bekerja. Namun kematian menunggu setelah itu. Masa terus berjalan, sementara kamu setiap detik melewati satu babak dari umurmu yang pendek. Seakan-akan kamu berjalan dengan cepat menuju kematian. Setelah itu kamu bertemu dengan Tuhanmu, lalu Dia membalasmu sesuai amal perbuatan masing-masing. Jika perbuatanmu baik balasanmu akan baik, jika perbuatanmu buruk balasanmu akan buruk. Dalam al-Baḥr-ul-Muḥīth disebutkan: kādiḥ maksudnya bekerja dengan lelah dan letih, baik berupa pekerjaan buruk atau buruk selama hidupmu sampai bertemu dengan Tuhanmu. Setelah itu kamu menemui balasan pekerjaanmu, baik balasan pahala maupun siksa.

Kemudian Allah menyebutkan pembagian umat manusia menjadi dua; orang yang beruntung dan orang yang celaka, orang yang menerima catatan amalnya dengan tangan kanan dan orang yang menerima catatan amalnya dengan tangan kiri. “Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya”; adapun orang yang diberi catatan amal perbuatannya dengan tangan kanannya sebagai pertanda keberuntungan, “maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah”; maka hisabnya akan mudah dan ringan. Dia dibalas atas kebaikannya dan dimaafkan keburukannya. Inilah yang dimaksudkan ‘ardh (hanya pemaparan catatan amal) sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih.” (9674) “dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira”; dia kembali kepada keluarganya di surga dengan gembira dan ceriah karena karunia dan kemuliaan yang diberikan Allah kepadanya. “Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang”; adapun orang yang diberi catatan amal perbuatannya dengan tangan kirinya dan dari balik punggungnya sebagai pertanda kecelakaan, “maka dia akan berteriak: “Celakalah aku””; dia meneriakkan kecelakaan, kehancuran dan berharap dia kematian. “Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)”; dia masuk ke dalam neraka yang menyala dan merasakan siksa serta panasnya. “Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir)”; di dunia dulu dia bergembira bersama keluarganya namun lupa, terlena, lalai dan tidak memikirkan akibat perbuatannya di akhirat. Bahkan tidak terbersit di dalam hatinya kehidupan di akhirat. Ibnu Zaid berkata: “Allah menyifati ahli syurga dengan takut, sedih dan tangis di dunia, lalu Allah membalas mereka dengan kebahagiaan dan kegembiraan di akhirat. Allah menyifati ahli neraka dengan bahagia dan tawa di dunia, lalu Allah membalas mereka dengan kesedihan yang panjang.” (9685).

Sesungguhnya dia yakin bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali”; dia yakin bahwa dia tidak akan kembali kepada Tuhannya dan tidak akan menghidupkannya setelah dia mati untuk perhitungan amal dan pembalasan. Itulah sebabnya dia kafir dan menentang. “(Bukan demikian), yang benar, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya”; padahal sebenarnya Allah akan mengembalikan kehidupannya setelah dia mati dan akan membalasnya atas segala perbuatan baik dan buruknya, sebab Allah melihat hamba-hamba dan tidak ada yang samar bagi-Nya. “Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja”; Aku bersumpah dengan sumpah yang kokoh demi merahnya cakrawala setelah matahari terbenam. “dan dengan malam dan apa yang diselubunginya”; dan demi malam serta apa yang dikumpulkan kepadanya dan apa yang ditutupi dengan kegelapannya dari manusia, hewan dan serangga. Ulama tafsir berkata: “Pada malam hari seluruh makhluk tenang. Malam hari menghimpun apa yang tersebar di siang hari, yaitu makhluk, binatang ternak dan hewan lainnya. Semuanya kembali ke tempatnya dan huniannya. Itulah sebabnya Allah mengingatkan hal itu kepada para hamba “Dan menjadikan malam untuk beristirahat.” (al-An‘ām: 96). Jika siang hari tiba, maka mereka menyebar dan jika malam hari tiba, maka masing-masing kembali ke tempatnya. “dan dengan bulan apabila jadi purnama”; Aku bersumpah demi bulan jika cahayanya sempurna pada saat purnama terang-benderang. “sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)”; inilah inti pesan atau jawab sumpah. Kalian hai umat manusia pasti akan mengalami prahara dan kesulitan yang hebat di akhirat. Al-Alūsī berkata: “Kalian akan mengalami prahara bertingkat-tingkat, sebagian lebih dahsyat daripada yang lain dari kematian dan petaka kiamat lainnya.” (9696). Ath-Thabarī berkata: “Yang dimaksudkan adalah mereka akan mengalami beberapa hal dari prahara dan petaka hari kiamat.” (9707).

Mengapa mereka tidak mau beriman?”; istifhām (pertanyaan) ini bertujuan mencela. Maksudnya, kenapa orang-orang kafir ini tidak beriman kepada Allah dan tidak percaya kepada hari kebangkitan setelah mati setelah jelasnya dalil bahwa hal itu akan terjadi? “Dan apabila al-Qur’ān dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud”; jika mereka mendengar ayat-ayat al-Qur’ān, mereka tidak tunduk dan tidak bersujud kepada Allah. “bahkan orang-orang kafir itu mendustakan (nya)”; namun tabiat orang-orang kafir itu adalah mendustakan, menentang dan melawan. Itulah sebabnya mereka tidak bersujud ketika al-Qur’ān dibaca. “Padahal Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan (dalam hati mereka)”; Allah mengetahui apa yang tersimpan di dalam hati mereka yang berupa kekafiran dan pendustaan kepada Allah. Ibnu ‘Abbās r.a. berkata: “Yakni, mereka menyembunyikan permusuhan kepada Muḥammad s.a.w. dan kaum muslimin.” (9718).

Maka beri kabar gembiralah mereka dengan adzab yang pedih”; beritakan kabar gembira kepada mereka atas kekafiran dan kesesatan mereka tapi berupa siksa yang menyakitkan dan pedih. Jadikan siksa itu sebagai berita gembira bagi mereka. Dalam at-Tasḥīl disebutkan: “Peringatan akan siksa dianggap sebagai berita gembira untuk menertawakan orang kafir.” (9729) “Tetapi orang-orang yang beriman dan beramal saleh.”; akan tetapi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, dan beramal saleh, “bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya”; mereka memperoleh pahala di akhirat, tanpa dikurangi dan tanpa henti, kekal dan berkelanjutan. Allah menutup surat yang mulia ini dengan menjelaskan kenikmatan yang diperoleh orang-orang yang berbakti. Hal ini dijelaskan setelah menuturkan tempat kembali orang-orang yang durhaka. Di awal surat Allah menjelaskannya secara global di mana setiap orang yang berbuat akan menemui balasannya. Hal itu dijelaskan dalam firman-Nya: “Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.” (al-Insyiqāq [84]: 6).

Aspek Balaghah

Dalam sūrat-ul-Insyiqāq terdapat sejumlah keindahan bahasa sebagaimana berikut ini:

Pertama, thibāq (dua kata atau lebih sebagai kesesuaian dalam kalimat) antara (السَّمَاءُ) dan (الْأَرْضُ).

Kedua, muqābalah (perbandingan) antara:

(فَأَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِيْنِهِ.) dan (وَ أَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ.).

Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya,”….. dan ayat “Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang.”

Ketiga, kināyah (sindiran):

لَتَرْكَبُنَّ طَبَقًا عَنْ طَبَقٍ.

Sesunguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan).

Yang dimaksud dalam ayat ini adalah kesulitan dan prahara yang dialami manusia.

Keempat, jinās nāqish (dua kata dari satu akar kata dalam satu kalimat) antara: (وَسَقَ) dan (اتَّسَقَ).

Kelima, gaya bahasa menertawakan:

فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيْمٍ.

Beritakan kabar gembira kepada mereka dengan siksa yang pedih.”

Ungkapan “berita gembira” namun yang dimaksud adalah peringatan akan adzab pedih untuk menertawakan orang kafir.

Keenam, keserasian akhir-akhir ayat. Misalnya:

لَتَرْكَبُنَّ طَبَقًا عَنْ طَبَقٍ. وَ الْقَمَرِ إِذَا اتَّسَقَ.وَ اللَّيْلِ وَ مَا وَسَقَ. فَلَا أُقْسِمُ بِالشَّفَقِ. وَ أَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَ حُقَّتْ. وَ إٍذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ.

Catatan:

  1. 964). al-Baḥr-ul-Muḥīth (8/444).
  2. 965). Rūḥ-ul-Ma‘ānī (30/78).
  3. 966). Tafsīr-ul-Qurthubī (19/268).
  4. 967). Yang dimaksudkan hisab dalam ayat adalah ‘ardh (menghadap Allah), sebab diriwayatkan dari Nabi s.a.w., bahwa beliau bersabda: “Barang siapa dihisab, maka dia disiksa.” ‘Ā’isyah berkata: “Bukankah Allah berfirman: “Maka dihisab dengan hisab yang ringan?” Nabi s.a.w. menjawab: “Itu hanyalah ardh (ditampakkan kepadanya catatan amal perbuatannya), namun barang siapa disulitkan hisab, maka dia disiksa.” (H.R. Bukhārī Muslim). Dalam hadits juga disebutkan, Nabi s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah mendekatkan hamba pada hari kiamat, sampai Dia meletakkan naungan-Nya di atasnya, lalu berfirman kepadanya: “Kamu berbuat anu dan anu – Allah menyebut-nyebut dosa-dosanya,” Lalu Allah berfirman kepadanya: “Aku menutupinya atasmu di dunia dan Aku mengampuninya untukmu hari ini.” Inilah yang dimaksudkan hisab ringan.
  5. 968). Tafsīr-ul-Qurthubī (19/271).
  6. 969). Rūḥ-ul-Ma‘ānī (30/82).
  7. 970). Tafsīr-ul-Qurthubī (30/80).
  8. 971). al-Baḥr-ul-Muḥīth (8/448).
  9. 972). At-Tasḥīl, 4/188.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *