Hati Senang

Surah al-Insyiqaq 84 ~ Tafsir al-Jalalain

Tafsir Jalalain | Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi

Dari Buku:
Tafsir Jalalain.
(Jilid 4. Dari Sūrat-uz-Zumar sampai Sūrat-un-Nās)
Oleh: Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

084

SŪRAT-UL-INSYIQĀQ

Makkiyyah, 25 ayat

Turun sesudah Sūrat-ul-Infithār.

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

وَ إٍذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ.

1. (وَ إٍذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ.) “Apabila langit terbelah

وَ أَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَ حُقَّتْ.

2. (وَ أَذِنَتْ.) “Dan patuh” artinya mendengar dan tunduk mau membelah dirinya (لِرَبِّهَا وَ حُقَّتْ) “kepada Rabbnya, dan sudah semestinya langit itu patuh” langit itu harus patuh dan taat kepada-Nya.

وَ إِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ.

3. (وَ إِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ.) “Dan apabila bumi diperlebar” diperluas sebagaimana kulit yang direntangkan, sehingga lenyaplah semua bangunan dan gunung yang ada pada permukaannya. Dengan kata lain, apabila bumi diratakan.

وَ أَلْقَتْ مَا فِيْهَا وَ تَخَلَّتْ.

4. (وَ أَلْقَتْ مَا فِيْهَا.) “Dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya” yakni orang-orang mati yang berada di dalam perutnya dicampakkan ke permukaannya (وَ تَخَلَّتْ) “dan menjadi kosong” artinya tiada sesuatu pun yang tertinggal di dalamnya.

وَ أَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَ حُقَّتْ.

5. (وَ أَذِنَتْ.) “Dan patuh” tunduk dan taat dalam hal tersebut (لِرَبِّهَا وَ حُقَّتْ) “kepada Rabbnya dan sudah semestinya bumi itu patuh” hal tersebut terjadi pada hari kiamat. Jawāb dari lafal Idzā dan lafal-lafal yang di-‘athaf-kan kepadanya tidak disebutkan, tetapi pengertiannya diisyaratkan oleh firman selanjutnya, yaitu, “Semua manusia akan menjumpai amal perbuatannya masing-masing.”

يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيْهِ.

6. (يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ.) “Hai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja” telah beramal dengan sekuat tenagamu (إِلَى) “hingga” menemui (رَبِّكَ) “Rabbmu” yakni mati (كَدْحًا فَمُلَاقِيْهِ) “dengan sungguh-sungguh, maka pasti kalian akan menemuinya” yakni, menemui amal perbuatanmu yang telah disebutkan tadi pada hari kiamat nanti, baik amal kebaikan atau pun amal keburukan, semuanya pasti kamu jumpai.

فَأَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِيْنِهِ.

7. (فَأَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ.) “Adapun orang yang diberikan kitabnya” yakni kitab catatan amalnya (بِيَمِيْنِهِ) “dari sebelah kanannya” dia adalah orang yang beriman.

فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيْرًا.

8. (فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيْرًا.) “Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah” yaitu pada hari ditampakkan kepadanya amal perbuatannya, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam salah satu hadis shaḥīḥ yang antara lain dikatakan, “Barang siapa yang diinterogasi di dalam penghisabannya, niscaya dia bakal binasa atau celaka.” Kemudian setelah kepada orang mu’min itu ditampakkan amal perbuatannya, lalu Allah memaafkannya.

وَ يَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُوْرًا.

9. (وَ يَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُوْرًا.) “Dan dia akan kembali kepada kaumnya” di dalam surga (مَسْرُوْرًا) “dengan gembira” karena mendapatkan ampunan-Nya.

وَ أَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ.

10. (وَ أَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ.) “Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang punggungnya” dia adalah orang kafir; tangan kanannya diikat dengan belenggu dijadikan satu dengan kepala, kemudian tangan kirinya ditekuk ke belakang berada di punggungnya, maka dengan tangan kirinya itulah ia mengambil kitab catatan amalnya.

فَسَوْفَ يَدْعُوْ ثُبُوْرًا.

11. (فَسَوْفَ يَدْعُوْ ثُبُوْرًا.) “Maka dia akan berteriak” yakni sewaktu dia melihat apa yang tercatat di dalam kitab amalnya (ثُبُوْرًا) ““Celakalah aku””) ia berseru meratapi kebinasaannya, dengan ucapannya, “Celakalah aku.”

وَ يَصْلَى سَعِيْرًا.

12. (وَ يَصْلَى سَعِيْرًا.) “Dan dia akan masuk ke dalam neraka Sa‘īr” yakni neraka yang apinya sangat besar. Menurut suatu qira’at lafal Yashlā dibaca Yushallā.

إِنَّهُ كَانَ فِيْ أَهْلِهِ مَسْرُوْرًا.

13. (إِنَّهُ كَانَ فِيْ أَهْلِهِ.) “Sesungguhnya dia dahulu di kalangan kaumnya” maksudnya kaum kerabatnya sewaktu di dunia (مَسْرُوْرًا) “selalu bergembira” yakni sombong karena selalu mengikuti hawa nafsunya.

إِنَّهُ ظَنَّ أَنْ لَّنْ يَحُوْرَ.

14. (إِنَّهُ ظَنَّ أَنْ.) “Sesungguhnya dia menyangka bahwa dia” lafal An di sini adalah bentuk Takhfīf dari Anna, sedangkan Isim-nya tidak disebutkan, lengkapnya Annahū; artinya bahwasanya dia (لَّنْ يَحُوْرَ) “sekali-kali tidak akan kembali” tidak akan kembali kepada Rabbnya.

بَلَى إِنَّ رَبَّهُ كَانَ بِهِ بَصِيْرًا.

15. (بَلَى.) “Yang benar” dia akan dikembalikan kepada-Nya (إِنَّ رَبَّهُ كَانَ بِهِ بَصِيْرًا) “sesungguhnya Rabbnya selalu melihatnya” artinya mengetahui bahwa dia akan kembali kepada-Nya.

فَلَا أُقْسِمُ بِالشَّفَقِ.

16. (فَلَا أُقْسِمُ.) “Maka sesungguhnya aku bersumpah” huruf di sini adalah huruf Zā’idah (بِالشَّفَقِ) “dengan cahaya merah di waktu senja” yakni dengan nama mega merah yang berada di ufuk barat sesudah matahari terbenam.

وَ اللَّيْلِ وَ مَا وَسَقَ.

17. (وَ اللَّيْلِ وَ مَا وَسَقَ.) “Dan dengan malam dan apa yang diselubunginya” yakni semua yang ditutupinya termasuk segala jenis binatang dan makhluk lainnya.

وَ الْقَمَرِ إِذَا اتَّسَقَ.

18. (وَ الْقَمَرِ إِذَا اتَّسَقَ.) “Dan dengan bulan apabila jadi purnama” bila bentuknya membulat dan sinarnya tampak penuh, yang demikian itu terjadi di malam-malam yang cerah tak berawan.

لَتَرْكَبُنَّ طَبَقًا عَنْ طَبَقٍ.

19. (لَتَرْكَبُنَّ طَبَقًا عَنْ طَبَقٍ.) “Sesungguhnya kalian melalui” hai manusia. Bentuk asal lafal Latarkabunna adalah Latarkabūnanna, kemudian huruf Nūn alamat Rafa‘-nya dibuang karena berturut-turutnya Nūn, demikian pula huruf Wāu alamat jama‘-nya, tetapi bukan karena ‘illat bertemunya kedua huruf yang di-sukūn-kan, sehingga jadilah Latarkabunna (tingkat demi tingkat) fase demi fase; yaitu mulai dari mati lalu dihidupkan kembali, kemudian menyaksikan keadaan-keadaan di hari kiamat.

فَمَا لَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ.

20. (فَمَا لَهُمْ.) “Mengapa mereka” yakni orang-orang kafir itu (لَا يُؤْمِنُوْنَ) “tidak mau beriman?” artinya apakah gerangan yang mencegah mereka hingga tidak mau beriman. Atau apakah yang menjadi alasan mereka sehingga tidak mau beriman, padahal bukti-bukti yang membimbing mereka untuk beriman sudah ada dan cukup?

وَ إِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنُ لَا يَسْجُدُوْنَ.

21. (وَ) “Dan” mengapakah mereka (إِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنُ لَا يَسْجُدُوْنَ.) “apabila dibacakan kepada mereka al-Qur’an, mereka tidak mau bersujud?” atau mengapa mereka tidak mau tunduk, seumpamanya mereka beriman kepada al-Qur’an, karena mengingat kemu‘jizatan yang terkandung di dalamnya.

بَلِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا يُكَذِّبُوْنَ.

22. (بَلِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا يُكَذِّبُوْنَ.) “Bahkan orang-orang kafir itu mendustakan” adanya hari berbangkit dan lain-lainnya.

وَ اللهُ أَعْلَمُ بِمَا يُوْعُوْنَ.

23. (وَ اللهُ أَعْلَمُ بِمَا يُوْعُوْنَ.) “Padahal Allah mengetahui apa yang mereka kumpulkan” di dalam catatan amal perbuatan mereka; yaitu berupa kekafiran, kedustaan dan amal-amal buruk lainnya.

فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيْمٍ.

24. (فَبَشِّرْهُمْ.) “Maka beri kabar gembiralah mereka” beritakanlah kepada mereka (بِعَذَابٍ أَلِيْمٍ) “dengan adzab yang pedih” atau siksaan yang menyakitkan.

إِلَّا الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍ

25. (إِلَّا) “Kecuali” tetapi (الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍ) “orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya” yakni pahala mereka tidak akan terputus dan tidak akan dikurangi serta tidak akan disebut-sebutkan sekalipun sangat banyak dan berlimpah ruah untuk selama-lamanya.

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.