Surah al-Insan 76 ~ Tafsir ash-Shabuni (3/3)

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

Rangkaian Pos: Surah al-Insan 76 ~ Tafsir ash-Shabuni

Kemudian Allah menambah penjelasan mengenai kenikmatan para ahli surga itu. “Mereka memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal”; mereka mengenakan pakaian-pakaian hijau yang dihiasi dengan bermacam-macam hisasan dari sutra tipis dan sutra tebal. Sutra adalah pakaian di surga. Sebagaimana firman Allah: “Dan pakaian mereka adalah sutra.” (al-Ḥajj: 23). Ulama tafsir berkata: “Sundus adalah sutra tipis dan istabraq adalah sutra tebal. Inilah pakaian orang-orang yang berbakti di dalam surga. Ayat ini menunjukkan, di samping pakaian tersebut, mereka juga mempunyai pakaian yang lain. Pakaian tersebut hanyalah pakaian bagian atas dan yang terbaik. “dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak”; di surga gelang-gelang dipakaikan mereka untuk hiasan dan aksesori. Redaksi ini menggunakan fi‘il mādhī (kata kerja bentuk lampau) untuk mengisyaratkan bahwa hal itu pasti terjadi. Ash-Shāwī berkata: “Jika ada pertanyaan, di surat ini Allah berfirman: “gelang terbuat dari perak” sedangkan dalam ayat lain Allah berfirman: “Dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas.” (al-Kahfi: 31). Sementara dalam surat Fathir, Allah berfirman: “Di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara.” (Fāthir: 33) bagaimana mengkompronikannya? Jawabnya: mereka kadang hanya memakai emas. Terkadang hanya memakai perak dan terkadang hanya memakai mutiara sesuai keinginan mereka. Mungkin saja di tangan salah seorang dari ahli surga terkumpul ketiganya, yaitu gelang emas, perak dan mutiara.” (8741) “dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih”; di samping nikmat tersebut, Allah memberi mereka minuman suci yang belum dinodai oleh tangan-tangan dan tidak najis seperti arak dunia. Ath-Thabarī berkata: “Orang-orang yang berbakti itu diberi minuman suci. Di antara kesuciannya, ia tidak menjadi kencing yang najis, namun menjadi keringat yang bagaikan parfum misik.

Diriwayatkan, seseorang dari ahli surga diberi kekuatan syahwat seratus kali lipat orang di dunia. Jika dia makan, maka dia diberi minum-minuman yang suci. Lalu, minuman itu menjadi keringat yang keluar dari pori-pori kulitnya berupa minyak wangi yang lebih harum daripada misik yang semerbak.” (8752). “Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu”; ketika masuk surga dan melihat nikmatnya, dikatakan kepada mereka: Ini adalah balasan amal perbuatan kalian yang saleh di dunia. “dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan)”; amal perbuatan kalian diterima dan diridhai. Kalian diberi balasan dengan balasan terbaik disertai ucapan terimakasih dan sanjungan. Sudah dijelaskan dalam ayat-ayat terdahulu, bahwa Allah menyiapkan bagi orang mu’min yang berbakti dipan-dipan untuk berbaring. Mereka memakai sundus dan istabraq. Di pergelangan mereka ada gelang perak. Di hadapan mereka ada pelayan muda yang kekal bagaikan mutiara yang bertebaran. Mereka mengelilingi ahli surga dengan piring-piring perak dan gelas-gelas perak jernih dan suci serta penuh minuman yang dicampur dengan jahe dan kafur. Semua itu ingin menimbulkan rasa takut dan mendorong berbuat baik. Ini sesuai metode al-Qur’ān dalam membandingkan antara keadaan orang yang berbakti dan orang yang durhaka.

Setelah penjelasan ini, orang kafir menentang ayat-ayat al-Qur’ān, berpaling dan menertawakan kitab suci ini serta Nabi Muḥammad s.a.w.. Beliau menderita dan bersedih atas sikap para penentang itu. Itulah sebabnya ayat-ayat berikut mendorong beliau untuk bangkit sekaligus menghibur, dan meringankan kesedihan beliau: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur’ān kepadamu (hai Muḥammad) dengan berangsur-angsur”; Kami-lah yang menurunkan al-Qur’ān kepadamu hai Muḥammad secara berangsur-angsur agar, tujuannya, agar Kami memberi peringatan dengan kandungannya, janji dan ancaman, dorongan dan peringatan. Maka janganlah kamu bersedih dan bosan dengan tugas ini, sebab al-Qur’ān dan janji-janjinya benar. “Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu”; hai Muḥammad sabarlah dan nantikan keputusan Tuhanmu, sebab Dia pasti menghukum mereka dan menghiburmu dengan kehancuran mereka, baik sekarang atau nanti. “dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa di antara mereka”; janganlah kamu taati orang yang tenggelam dalam kesenangan dan terjerumus dalam kehancuran di antara orang-orang jahat itu. “dan orang yang kafir”; dan jangan pula kamu taati orang yang sangat kafir dan sesat tanpa mau berhenti. Kafūra termasuk shighat mubālaghah (pola kata dengan makna lebih) artinya orang yang sangat kafir dan menentang. Ulama tafsir berkata: “Sasaran turunnya ayat ini adalah ‘Utbah bin Rabī‘ah dan al-Walīd bin al-Mughīrah. Keduanya berkata kepada Nabi s.a.w.: “Jika kamu menginginkan perempuan dan harta benda, hentikan dakwahmu, kami berikan apa yang kamu inginkan.” ‘Utbah berkata: “Kami nikahkan kamu dengan putriku dan kami persembahkan dia kepadamu tanpa mahar.” Sementara al-Walīd berkata: “Kami beri kamu harta sampai kamu puas.” Maka turunlah ayat ini. (8763) Namun ayat ini bersifat umum, sebab redaksinya umum. Karenanya, ia berlaku dan mencakup setiap orang fasik dan orang kafir.

Dan sebutlah nama Tuhanmu”; shalatlah kamu karena ikhlas untuk Tuhanmu dan perbanyaklah ibadah kepada-Nya. “pada (waktu) pagi dan petang”; pada permulaan siang dan akhirnya; pagi dan sore hari. “Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya”; pada sebagian malam shalat dengan tahajjud dan tenggelam dalam munajat kepada-Nya. “dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari”; dan perbanyaklah tahajjud dan ibadah kepada Allah pada kegelapan malam ketika umat manusia tidur. Ini semakna ayat: “Dan pada sebagian malam hari sembahyang tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (al-Isrā’: 79) Tujuan ayat ini ingin agar Nabi s.a.w. beribadah kepada Allah dan ingat Allah pada seluruh waktu, malam dan siang, pagi dan sore, baik dengan hati maupun lisan agar beliau kuat untuk menghadapi musuh-musuhnya.

Setelah menghibur Nabi s.a.w., Allah kembali menjelaskan keadaan orang kafir yang berdosa. “Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia”; orang kafir itu mengutamakan dunia atas akhirat. Mereka bergelimang dalam kenikmatan dunia yang fana’. “dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat)”; dan mereka tidak menghiraukan hari kiamat yang sulit dan berat di hadapan mereka. Hari yang huru-hara, praharanya, petakanya amat besar. “Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh mereka”; dengan kekuasaan, Kami menciptakan mereka dari ketiadaan. Kami kuatkan sambungan persendian mereka dengan otot dan urat nadi, sehingga mereka kuat dan kokoh. “apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan orang-orang yang serupa dengan mereka”; jika berkehendak, Kami binasakan mereka. Lalu, Kami ganti mereka dengan yang lebih baik daripada mereka, lebih beribadah kepada Allah dan lebih taat. Ayat ini mengandung ancaman dan peringatan. “Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan”; ayat-ayat yang mulia dengan maknanya yang lembut dan redaksinya yang indah ini adalah nasihat dan peringatan yang menjadikan orang pandai berpikir dan orang bodoh menjadi belajar. “maka barang siapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya), niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya”; barang siapa ingin mengambil manfaat dan memperoleh pelajaran serta melewati jalan kebahagiaan, maka hendaknya dia mengambil pelajaran dari ayat-ayat al-Qur’ān, mencari cahaya dengan cahayanya dan mengambil jalan yang menyampaikan dia kepada Tuhannya. Bagaimana caranya? Dengan taat kepada-Nya dan mencari ridha-Nya. Usaha keberuntungan adalah mudah dan jalan keselamatan dibentangkan.

Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah”; kalian tidak menginginkan sesuatupun, kecuali sudah ditakdirkan dan dikehendaki oleh Allah. Tidak ada kesuksesan dalam beribadah dan istiqamah, kecuali dengan izin dan kehendak Allah. Ibnu Katsīr berkata: “Maknanya, tidak seorang pun ditakdirkan mendapatkan petunjuk dan masuk ke dalam iman dan menarik kemanfaatan untuk dirinya, kecuali semuanya dengan kehendak Allah.” (8774) “Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”; Allah tahu keadaan makhluk-Nya, Maha Bijaksana dalam mengurus dan menciptakan, Mahatahu siapa yang berhak memperoleh hidayah dan memudahkan hidayah baginya, Mahatahu siapa yang tersesat dan memudahkan kesesatan baginya. Dia-lah pemilik kebijaksanaan yang sempurna dan argumen kuat. “Dia memasukkan siapa yang dikehedaki-Nya ke dalam rahmat-Nya (surga)”; Allah memasukkan hamba yang dikehendaki-Nya dari orang mu’min ke dalam surga dan ridha-Nya sesuai kehendak dan hikmah-Nya. “Dan bagi orang-orang zhalim disediakan-Nya adzab yang pedih”; adapun orang kafir yang zhalim, Allah telah menyiapkan siksa yang berat dan menyakitkan di neraka bagi mereka. Allah menutup surat yang mulia ini dengan menjelaskan tempat kembali hamba yang bertakwa dan tempat kembali hamba kafir yang berdosa.

Aspek Balaghah.

Dalam sūrat-ul-Insān terdapat sejumlah keindahan bahasa berikut ini:

Pertama, thibāq antara: (شَاكِرًا) “orang yang bersyukur” dan (كَفُوْرًا) “orang kafir”, antara (بُكْرَةً) “pagi hari” dan (أَصِيْلًا) “sore hari”, antara (شَمْسًا) “matahari” dan (زَمْهَرِيْرًا) “dingin”.

Kedua, laff nasyar musyawwasy:

إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِيْنَ سَلَاسِلَاْ

Sesungguhnya Kami siapkan kepada orang kafir belenggu-belenggu.”

Padahal sebelumnya Allah mendahulukan orang yang syukur, baru orang kufur dalam firman: (شَاكِرًا أَوْ كَفُوْرًا). Kemudian Allah menuturkan yang kedua yakni orang kafir bukan yang pertama yakni orang syukur.

Ketiga, majaz ‘aqli:

يَوْمًا عَبُوْسًا

Pada hari yang muram.”

Menyandarkan muram kepada hari termasuk menyandarkan sesuatu kepada waktunya, seperti ucapan: “Siangnya puasa”.

Keempat, jinas tidak sempurna:

فَوَقَاهُمْ…….وَ لَقَّاهُمْ

Kelima, jinas isytiqāq (يُطْعِمُوْنَ الطَّعَامَ)

Keenam, thibāq antara: (يُحِبُّوْنَ) “mencintai” dan (يَذَرُوْنَ) “meninggalkan”.

Ketujuh, majaz dengan membuang kata:

إِنَّ هذَا كَانَ لَكُمْ جَزَاءً

Sesungguhnya ini adalah balasan untuk kalian.”

Sebelum kalimat ini ada kalimat yang dibuang yakni: “diucapkan kepada mereka….”

Kedelapan, tasybīh yang mengagumkan:

إِذَا رَأَيْتَهُمْ حَسِبْتَهُمْ لُؤْلُؤًا مَنْثُوْرًا.

Jika kamu melihat mereka, kamu mengira mutiara yang bertebaran.”

Kesembilan, perbandingan yang lembut:

يُحِبُّوْنَ الْعَاجِلَةَ وَ يَذَرُوْنَ وَرَاءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيْلًا

Mereka mencintai yang segera (dunia) dan tidak mempedulikan hari di belakang mereka yang berat.”

Di sini terjadi perbandingan antara cinta dan meninggalkan (tidak mempedulikan), antara dunia dan akhirat.

Kesepuluh, sajak indah. Misalnya:

لُؤْلُؤًا مَنْشُوْرًا، شَرَابًا طَهُوْرًا، وَ كَانَ سَعْيُكُمْ مَشْكُوْرًا، آثِمًا كَفُوْرًا.

Ini menambahkan keindahan lafazh.

Berkat pertolongan Allah, tafsir sūrat-ud-Dahr atau al-Insān selesai.

Catatan:

  1. 874). Ḥāsyiyah ash-Shāwī, 4/278.
  2. 875). Tafsīr-uth-Thabarī, 29/137.
  3. 876). Lihat At-Tafsīr-ul-Kabīr, 30/256 -258, Tafsīr-ul-Qurthubī, 19/147 dan Ḥāsyiyah ash-Shāwī, 4/278.
  4. 877).????? (Ḥāsyiyah ash-Shāwī ?????) 4/458