Surah al-Insan 76 ~ Tafsir ash-Shabuni (1/3)

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

Rangkaian Pos: Surah al-Insan 76 ~ Tafsir ash-Shabuni

076

SŪRAT-UL-INSĀN

Pokok-pokok Kandungan Surat.

Sūrat-ud-Dahr atau al-Insān termasuk kelompok surat Madaniyyah. Isinya berkatian dengan masalah akhirat. Secara khusus surat ini membicarakan nikmat yang diperoleh orang-orang bertakwa dan berbakti kepada Allah di negeri keabadian akhirat dalam surga kenikmatan. Hampir-hampir suasana surat ini menggambarkan kandungan surat Makkiyyah. Sebab, arahan, gaya bahasa dan temannya yang berbeda-beda.

Surat ini diawali dengan penjelasan kekuasaan Allah dalam menciptakan manusia dalam beberapa fase. Ini dalam rangka mempersiapkan manusia agar mampu menunaikan berbagai macam ibadah. Allah memberinya telinga, mata dan indera lainnya. Allah berfirman: “Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.

Setelah itu, surat ini membicarakan kenikmatan yang disiapkan oleh Allah di akhirat untuk ahli surga. “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur. (Yaitu) mata-air (dalam surga) yang darinya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya.

Kemudian surat ini menyebutkan sifat-sifat orang yang beruntung dengan singkat. Surat ini menyifati mereka sebagai orang yang memenuhi nadzar, memberi makan fakir miskin karena ingin meraih ridha Allah dan takut kepada-Nya. Surat ini juga menuturkan bahwa Allah mengamankan mereka dari hari yang suram itu yang diwarnai wajah-wajah orang kafir dan ahli maksiat yang bermuram durja. “Mereka menunaikan nadzar dan takut akan suatu hari yang dzabnya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.

Setelah menuturkan sifat-sifat mereka, surat ini menyebutkan pahala dan kemuliaan mereka di sisi Allah di negeri kekekalan dan penuh karunia serta nikmat di hari akhirat. “Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutra, di dalamnya mereka duduk bertelekan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan. Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya.

Surat ini secara beruntun menyebut nikmat ahli surga dalam hal makan, minum, pakaian dan pelayan yang mengelilingi mereka di pagi dan sore hari. “Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca, (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe. (Yang didatangkan dari) sebuah mata-air surga yang dinamakan Salsabil. Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan.

Surat ini ditutup dengan menjelaskan, bahwa al-Qur’ān adalah peringatan yang bermanfaat bagi orang yang mempunyai hati sadar atau pikiran cerdas yang menyinari jalan kebenaran. “Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan, maka barang siapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya. Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dia memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya (surga). Dan bagi orang-orang lalim disediakan-Nya adzab yang pedih.”

 

TAFSĪR SŪRAT-UL-INSĀN

Sūrat-ul-Insān, Ayat 1-31.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

هَلْ أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ حِيْنٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُوْرًا. إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ، نَبْتَلِيْهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيْعًا بَصِيْرًا. إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيْلَ إِمَّا شَاكِرًا وَ إِمَّا كَفُوْرًا. إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِيْنَ سَلَاسِلَاْ وَ أَغَلَالًا وَ سَعِيْرًا. إِنَّ الْأَبْرَارَ يَشْرَبُوْنَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُوْرًا. عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا عِبَادُ اللهِ يُفَجِّرُوْنَهَا تَفْجِيْرًا. يُوْفُوْنَ بِالنَّذْرِ وَ يَخَافُوْنَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيْرًا. وَ يُطْعِمُوْنَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِيْنًا وَ يَتِيْمًا وَ أَسِيْرًا. إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللهِ لَا نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَ لَا شُكُوْرًا. إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوْسًا قَمْطَرِيْرًا. فَوَقَاهُمُ اللهُ شَرَّ ذلِكَ الْيَوْمِ وَ لَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَ سُرُوْرًا. وَ جَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوْا جَنَّةً وَ حَرِيْرًا. مُتَّكِئِيْنَ فِيْهَا عَلَى الْأَرَائِكِ، لَا يَرَوْنَ فِيْهَا شَمْسًا وَ لَا زَمْهِرِيْرًا. وَ دَانِيَةً عَلَيْهِمْ ظِلَالُهَا وَ ذُلِّلَتْ قُطُوْفُهَا تَذْلِيْلًا. وَ يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِآنِيَةٍ مِنْ فِضَّةٍ وَ أَكْوَابٍ كَانَتْ قَوَارِيْرَاْ. قَوَارِيْرَاْ مِنْ فِضَّةٍ قَدَّرُوْهَا تَقْدِيْرًا. وَ يُسْقَوْنَ فِيْهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنْجِبِيْلًا. عَيْنًا فِيْهَا تُسَمَّى سَلْسَبِيْلًا. وَ يَطُوْفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُوْنَ إِذَا رَأَيْتَهُمْ حَسِبْتَهُمْ لُؤْلُؤًا مَنْثُوْرًا. وَ إِذَا رَأَيْتَ ثَمَّ رَأَيْتَ نَعِيْمًا وَ مُلْكًا كَبِيْرًا. عَالِيَهُمْ ثِيَابُ سُنْدُسٍ خُضْرٌ وَ اِسْتَبْرَقٌ وَ حُلُّوْا أَسَاوِرَ مِنْ فِضَّةٍ وَ سَقَاهُمْ رَبُهُمْ شَرَابًا طَهُوْرًا. إِنَّ هذَا كَانَ لَكُمْ جَزَاءً وَ كَانَ سَعْيُكُمْ مَشْكُوْرًا. إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ تَنْزِيْلًا. فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَ لَا تُطِعْ مِنْهُمْ آثِمًا أَوْ كَفُوْرًا. وَ اذْكُر اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَ أَصِيْلًا. وَ مِنَ الَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَ سَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيْلًا. إِنَّ هؤُلَاءِ يُحِبُّوْنَ الْعَاجِلَةَ وَ يَذَرُوْنَ وَرَاءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيْلًا. نَحْنُ خَلَقْنَاهُمْ وَ شَدَدْنَا أَسْرَهُمْ، وَ إِذَا شِئْنَا بَدَّلْنَا أَمْثَالَهُمْ تَبْدِيْلًا. إِنَّ هذِهِ تَذْكِرَةٌ، فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيْلًا. وَ مَا تَشَاءُوْنَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللهُ، إِنَّ اللهَ كَانَ عَلِيْمًا حَكَيْمًا. يُدْخَلُ مَنْ يَشَاءُ فِيْ رَحْمَتِهِ، وَ الظَّالِمِيْنَ أَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيْمًا.

076: 1. Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedangkan dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?
076: 2. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.
076: 3. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.
076: 4. Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu, dan neraka yang menyala-nyala.
076: 5. Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur,
076: 6. (yaitu) mata air (dalam surga) yang darinya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya.
076: 7. Mereka menunaikan nadzar dan takut akan suatu hari yang adzabnya merata di mana-mana.
076: 8. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan.
076: 9. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
076: 10. Sesungguhnya kami takut akan (adzab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan.
076: 11. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati.
076: 12. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabarannya (berupa) surga dan (pakaian) sutra.
076: 13. Di dalamnya mereka duduk bertelekan di atas dipan-dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang menggigit.
076: 14. Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya.
076: 15. Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca,
076: 16. (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya.
076: 17. Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe.
076: 18. (Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan Salsabil.
076: 19. Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan.
076: 20. Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar.
076: 21. Mereka memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal, dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih.
076: 22. Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan).
076: 23. Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur’ān kepadamu (hai Muḥammad) dengan berangsur-angsur.
076: 24. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka.
076: 25. Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang.
076: 26. Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari.
076: 27. Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat).
076: 28. Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh mereka, apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan orang-orang yang serupa dengan mereka.
076: 29. Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan, maka barang siapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya.
076: 30. Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
076: 31. Dia memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya (surga). Dan bagi orang-orang lalim disediakan-Nya adzab yang pedih.

Tinjauan Bahasa

(أَمْشَاجٍ): campuran, sesuatu yang bercampur dengan yang lain. Lafal ini berbentuk jama‘ dari kata masyj.

(مُسْتَطِيْرًا): tersebar dengan sangat.

(قَمْطَرِيْرًا): sesuatu yang sangat sulit dan lama musibahnya. Al-Akhfufasy berkata: “yaitu hari yang paling berat dan paling lama musibahnya. (8491).

(دَانِيَةً): dekat.

(ذُلِّلَتْ): ditundukkan dan didekatkan.

(سَلْسَبِيْلًا): minuman yang enak dan mudah di tenggorokan karena tawar dan jernih.

(سُنْدُسٍ): pakaian sutra tipis.

(إِسْتَبْرَقٌ): sutra tebal, satu makna dengan (ديباج).

(أَسْرَهُمْ): makna asalnya mengikat, kemudian diartikan menciptakan. (8502).

Tafsir Ayat

Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa”; sungguh sudah lewat bagi manusia suatu masa di jaman dahulu…. “sedangkan dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?”; ….. ia belum ada, tidak ada namanya dan tidak ada wujudnya. Ibnu Katsīr berkata: “Allah menjelaskan tentang manusia, bahwa Dia menciptakannya setelah sebelumnya ia bukan sesuatu yang disebut karena hina dan lemah.” (8513) Ulama tafsir berkata: “Kata: “bukankah telah datang” yang dimaksudkan adalah sungguh sudah datang. Sebagaimana anda berkata: “Bukankah kamu melihat perbuatan Fulan?” Padahal anda tahu bahwa dia sudah melihatnya. Anda juga berkata: “Bukankah aku memuliakanmu?” Bukankah kami menasihatimu?” Maksud anda adalah meyakinkan dia, bahwa anda sudah memuliakannya dan menasihatinya. Yang dimaksud “manusia” dalam ayat ini adalah bangsa manusia. Yang dimaksud “masa” adalah waktu dia berada di dalam perut ibunya.” (8524). Tujuan ayat ini ingin mengingatkan manusia terhadap asal usul kejadiannya. Manusia dulunya adalah sesuatu yang dilupakan dan tidak dipedulikan. Pada saat belum ada, dia hanyalah sel di dalam tulang punggung ayahnya dan cairan hina dan tidak dikenal, kecuali oleh Allah yang berkehendak menciptakannya. Masa itu melewatinya dan bumi belum berisi dia. Lalu, Allah menciptakannya setelah dia dilupakan serta tidak diketahui oleh siapapun.

Setelah memantapkan bahwa manusia dilewati masa itu, padahal dia belum ada, maka Allah menjelaskan bagaimana Dia memberinya nikmat. Allah menciptakannya dan menjadi ada kemudian membebankannya taklīf (beban) syariat Islam kepadanya setelah memberinya nikmat akal dan indera: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur”; dengan kuasa Kami, Kami menciptakan manusia ini dari cairan hina; sperma yang keluar berasal dari tulang punggung lelaki dan bercampur dengan cairan sel telur perempuan. Lalu, dari keduanya terciptalah makhluk manusia yang mengagumkan ini. Ibnu ‘Abbās berkata: “Yang bercampur maksudnya cairan lelaki dan cairan perempuan jika bercampur dan menyatu. Lalu, ia beralih dari satu babak ke babak yang lain.” (8535). “yang Kami hendak mengujinya”; agar Kami menguji dia dengan taklif syariat Islam dan perintah Allah. Setelah itu Kami akan melihat; apakah dia bersyukur atau tidak bersyukur. Apakah dia lurus dalam berjalan atau menyeleweng? “karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat”; oleh sebab itu, Kami jadikan dia berakal, pandai, memiliki pendengaran dan penglihatan agar memperhatikan ayat-ayat al-Qur’ān dan melihat dalil-dalil kekuasaan Allah Sang Pencipta. Imām ar-Rāzī berkata: “Allah memberinya sesuatu yang membuat dia layak diuji, yaitu pendengaran dan penglihatan. Dengan sarana itu ia bisa mengerti dan membedakan. Sebagaimana Allah berfirman menirukan Ibrāhīm a.s.: “Mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat?” (Maryam: 42). Kadang yang dimaksud adalah indera mata dan telinga yang dikenal. Secara khusus keduanya disebutkan, karena merupakan indera yang paling besar dan paling mulia perannya.”(8546).

Catatan:

  1. 849). Tafsīr-ul-Qurthubī, 19/133.
  2. 850). Idem, 19/149.
  3. 851). Mukhtashar Ibnu Katsīr, 3/580.
  4. 852). Lihat at-Tafsīr-ul-Kabīr, oleh ar-Rāzī, 30/235.
  5. 853). Mukhtashar Ibnu Katsīr, 3/580.
  6. 854). At-Tafsīr-ul-Kabīr, 30/237.