Surah al-Insan 76 ~ Tafsir al-Qur’an-ul-Majid an-Nur (2/2)

Judul Buku:
TAFSĪR AL-QUR’ĀNUL MAJĪD AN-NŪR

JILID 4

Penulis: Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy
Diterbitkan oleh: Cakrawala Publishing

Rangkaian Pos: Surah al-Insan 76 ~ Tafsir al-Qur'an-ul-Majid an-Nur

وَ يُسْقَوْنَ فِيْهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنْجِبِيْلًا.

Wa yusqauna fīhā ka’san kāna mizājuhā zanjabīlā.
“Dan di tempat itu mereka diberi minuman arak yang bercampur jahe.” (al-Insān [76]: 17).

Orang-orang yang berbakti diberi minuman arak yang bercampur zanjabīl yang memang paling mereka gemari.

عَيْنًا فِيْهَا تُسَمَّى سَلْسَبِيْلًا.

‘Ainan fīhā tusammā salsabīlā.
“Dan mereka memandang (mendatangi) sebuah mata-air di dalamnya yang bernama Salsabīl. (al-Insān [76]: 18).

Mereka diberi minuman dari sebuah mata-air yang mengalir di dalam surga, yang sangat mudah diteguk dan tidak ada putus-putusnya.

وَ يَطُوْفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُوْنَ إِذَا رَأَيْتَهُمْ حَسِبْتَهُمْ لُؤْلُؤًا مَنْثُوْرًا.

Wa yathūfu ‘alaihim wildānum mukhalladūn, idzā ra’aitahum ḥasibtahum lu’lu’am mantsūrā.
“Dan berkeliling di sekitar mereka bujangan yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu mengira sebagai mutiara yang bertaburan.” (al-Insān [76]: 19).

Para penghuni surga itu dilayani oleh pelayan-pelayan yang masih muda dan akan tetap muda sepanjang masa.

Apabila kamu memandang para pelayan itu, maka kamu akan menyangka bahwa mereka itu adalah mutiara yang berhambur karena mereka berparas cantik, senantiasa berseri-seri dan selalu siap melayani orang-orang yang terjaga.

وَ إِذَا رَأَيْتَ ثَمَّ رَأَيْتَ نَعِيْمًا وَ مُلْكًا كَبِيْرًا.

Wa idzā ra’aita tsamma ra’aita na‘īmaw wa mulkan kabīrā.
“Dan apabila engkau melihat, niscaya engkau akan melihat kesenangan dan kerajaan yang besar.” (al-Insān [76]: 20).

Apabila kamu melihat-lihat di dalam surga, maka ke mana pandanganmu kamu arahkan, kamu akan selalu melihat kenikmatan dan kerajaan yang besar yang tidak dapat digambarkan.

عَالِيَهُمْ ثِيَابُ سُنْدُسٍ خُضْرٌ وَ اِسْتَبْرَقٌ وَ حُلُّوْا أَسَاوِرَ مِنْ فِضَّةٍ وَ سَقَاهُمْ رَبُهُمْ شَرَابًا طَهُوْرًا.

‘Āliyahum tsiyābu sundusin khudhruw wa istabraquw wa ḥullū asāwira min fidhdhatiw wa saqāhum rabbuhum syarāban thahūrā.
“Mereka memakai pakaian dari sutra halus berwarna hijau, dan sutra tebal. Mereka diberi perhiasan gelang tangan dari perak dan Tuhan memberi minum mereka dengan minuman bersih.” (101) (al-Insān [76]: 21).

Pakaian penghuni surga adalah sutra yang halus, yang dijadikan pakaian luar.

Di dalam surga mereka diberi gelang perak. Dalam surat al-Fāthir dijelaskan bahwa para penghuni surga mengenakan dua macam gelang itu dan mungkin pula mereka memakai gelang emas pada suatu ketika dan perak pada ketika yang lain.

Sa‘īd bin al-Musayyab mengatakan: “Tiap penghuni surga mempunyai tiga macam gelang. Terbuat dari emas, perak, dan mutiara.” Kehidupan di akhirat memang berbeda dengan kehidupan di dunia. Oleh karena itu janganlah kita membandingkan antara keadaan surga dan keadaan dunia.

Allah memberi minum kepada mereka selain minuman yang sudah dijelaskan dalam ayat-ayat di atas, dengan minuman yang bersih dari kecenderungan kelezatan-kelezatan pancaindera dan menyampaikannya kepada keagungan Allah. Allah tidak menjelaskan apa jenis minuman itu. Karenanya, hal itu kita kembalikan saja kepada Allah.

إِنَّ هذَا كَانَ لَكُمْ جَزَاءً وَ كَانَ سَعْيُكُمْ مَشْكُوْرًا.

Inna hādzā kāna lakum jazā’aw wa kāna sa‘yukum masykūrā.
“Sesungguhnya hal ini adalah balasan pahala untuk kamu dan usahamu itu disyukuri.” (112) (al-Insān [76]: 22).

Ketika itu dikatakan kepada para penghuni surga: “Apa yang Kami berikan kepadamu pada hari ini merupakan pembalasan atas apa yang telah kamu lakukan dan Allah mensyukuri perbuatanmu dan meridhāinya.”

Dalam ayat-ayat ini, Allah menjelaskan apa yang telah disediakan untuk orang-orang yang menjadi penghuni surga, baik makanan, pakaian, ataupun tempat. Allah juga menjelaskan sebab-sebab mereka memperoleh pahala yang besar itu. Di dunia mereka berbuat iḥsān (baik) kepada orang fakir, anak yatim, dan tawanan. Mereka juga selalu mengerjakan hal-hal yang difardhukan dan diwajibkan, di samping mereka takut kepada ‘adzāb hari kiamat. Di dalam surga mereka bertelekan dalam keadaan riang gembira memperoleh semua apa yang mereka inginkan.

3. Al-Qur’ān Diturunkan secara Berangsur-angsur. Manusia Disuruh Bersujūd dan Bertasbīḥ pada Sebagian Malam.

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ تَنْزِيْلًا.

Innā naḥnu nazzalnā ‘alaikal qur’āna tanzīlā.
“Sesungguhnya Kami menurunkan al-Qur’ān kepadamu (Muḥammad) secara berangsur-angsur.” (al-Insān [76]: 23).

Kami (Allah) telah menurunkan kepadamu al-Qur’ān dengan berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun, supaya mudahlah bagimu untuk menghafalnya, memahaminya, serta mempelajarinya. Selain itu juga supaya hukum-hukum itu datang sesuai dengan masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat.

Ayat itu adalah untuk mengukuhkan hati Nabi dan untuk menandaskan bahwa al-Qur’ān yang diturunkan kepadanya adalah wahyu Ilahi.

فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَ لَا تُطِعْ مِنْهُمْ آثِمًا أَوْ كَفُوْرًا.

Fashbir liḥukmi rabbika wa lā tuthi‘ minhum ātsiman aw kafūrā.
“Karena itu, bersabarlah kamu dalam menjalani ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu menaati orang yang berdosa atau orang yang kafir.” (al-Insān [76]: 24).

Oleh karena semua urusan berada di tangan Allah, maka bersabarlah menerima hukum Tuhan yang sangat adil. Kelak, Allah akan memberikan kemenangan yang gemilang kepadamu.

Janganlah kamu mengikuti orang-orang yang banyak dosa, seperti ‘Uthbah ibn Rabī‘ah, yang menyuruh kamu meninggalkan shalat. Jangan pula mengikuti orang yang sering mengingkari kebenaran, seperti al-Walīd ibn Mughīrah, yang mau meninggalkan agama ini.

Janganlah kamu mengikuti orang yang berdosa, apabila dia mengajak kamu berbuat maksiat. Jangan pula kamu mengikuti orang kafir, apabila dia mengajak kamu kepada kekafiran.

وَ اذْكُر اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَ أَصِيْلًا.

Wadzkurisma rabbika bukrataw wa ashīlā.
“Dan sebutlah nama Tuhanmu pada waktu pagi dan senja.” (123) (al-Insān [76]: 25).

Sebutlah selalu nama Allah kapan saja, dengan lisanmu ataupun dengan hatimu.

وَ مِنَ الَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَ سَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيْلًا.

Wa minal laili fasjud lahū wa sabbiḥhu lailan thawīlā.
“Bersujūdlah kepada Tuhan pada sebagian malam dan bertasbīḥlah kepada-Nya pada sebagian besar malam.” (al-Insān [76]: 26).

Bersembahyanglah pada sebagian malam, seperti shalat Maghrib dan ‘Isyā’, serta shalat Tahajjud.

Bertasbīḥlah kepada-Nya pada sebagian besar malam. Jelasnya, bertahajjudlah separuh malam atau lebih sedikit dari itu. Ayat ini menganjurkan supaya dalam berda‘wah mempergunakan kesabaran, menjalankan shalat, dan bertasbīḥ. (134)

إِنَّ هؤُلَاءِ يُحِبُّوْنَ الْعَاجِلَةَ وَ يَذَرُوْنَ وَرَاءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيْلًا.

Inna hā’ulā’i yuḥibbūnal ‘ājilata wa yadzarūna warā’ahum yauman tsaqīlā.
“Sesungguhnya orang-orang yang mencintai dunia dan mereka yang tidak mempedulikan masa di belakang mereka sebagai hari yang berat.” (al-Insān [76]: 27).

Orang-orang musyrik menyukai dunia dan kemewahan serta bergelimang dalam kenikmatan dan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang berguna untuk hari akhirat.

نَحْنُ خَلَقْنَاهُمْ وَ شَدَدْنَا أَسْرَهُمْ، وَ إِذَا شِئْنَا بَدَّلْنَا أَمْثَالَهُمْ تَبْدِيْلًا.

Naḥnu khalaqnāhum wa syadadnā asrahum, wa idzā syi‘nā baddalnā amtsālahum tabdīlā.
“Kami telah menciptakan mereka dan meneguhkan bangunan tubuh mereka. Apabila Kami kehendaki, Kami mengganti mereka dengan orang-orang yang serupa dengan mereka.” (145) (al-Insān [76]: 28).

Bagaimana mereka mengabaikan Kami, padahal Kami yang menciptakan mereka, dan Kami kukuhkan bagian tubuh mereka?

Kalau Kami berkeinginan, Kami dapat membinasakan mereka dan Kami datangkan orang-orang yang serupa mereka untuk menggantikan mereka.

إِنَّ هذِهِ تَذْكِرَةٌ، فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيْلًا.

Inna hādzihī tadzkiratun, faman syā’attakhadza ilā rabbihī sabīlā.
“Sesungguhnya hal ini adalah suatu peringatan. Barang siapa mau, niscaya dia dapat mengambil jalan kepada Tuhannya.” (156) (al-Insān [76]: 29).

Surat ini dan surat-surat yang seperti ini adalah peringatan dan pelajaran bagi mereka yang memperhatikannya. Karena itu, barang siapa menginginkan kebajikan untuk dirinya di dunia dan di akhirat, hendaklah dia mendekatkan dirinya kepada Allah dengan cara menaati syarī‘at-Nya, mengikuti perintah dan menjauhi larangan-Nya.

وَ مَا تَشَاءُوْنَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللهُ، إِنَّ اللهَ كَانَ عَلِيْمًا حَكَيْمًا.

Wa mā tasyā’ūna illā ay yasyā’allāhu, innallāha kāna ‘āliman ḥakīmā.
“Kamu tidaklah akan mau, melainkan kalau Tuhan menghendaki; Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Ḥakīm.” (al-Insān [76]: 30).

Kamu tidak bisa mendapatkan jalan yang melepaskan diri dari huru-hara kiamat, kecuali apabila Allah menaufiqkan kepadamu untuk memperoleh jalan itu.

Allah mengetahui orang yang patut menerima hidāyah dan orang yang layak menerima kesesatan. Allah sendirilah yang mempunyai hikmah yang sangat dalam.

يُدْخَلُ مَنْ يَشَاءُ فِيْ رَحْمَتِهِ، وَ الظَّالِمِيْنَ أَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيْمًا.

Yudkhilu may yasyā’u fī raḥmatihī, wazh-zhālimīna a‘adda lahum ‘adzāban alīmā.
“Dia memasukkan ke dalam rahmat-Nya siapa dikehendaki-Nya, dan bagi orang-orang zhālim telah disediakan siksaan yang pedih.” (al-Insān [76]: 31).

Allah menaufiqkan siapa yang dikehendaki untuk taat. Maka, dengan itu masuklah orang tersebut ke dalam rahmat-Nya, surga-Nya, dan keridhāan-Nya.

Orang-orang yang menzhālimi diri sendiri dan mati dalam keadaan syirik, maka Allah menyediakan untuknya di akhirat nanti ‘adzāb yang pedih.

D. KESIMPULAN SURAT

Dalam ayat-ayat ini, Allah menerangkan keadaan dunia, keadaan orang yang taat, yaitu Rasūl Muḥammad dan umatnya, serta keadaan orang-orang yang mempersekutukan sesuatu dengan-Nya.

Allah menyuruh Nabi-Nya bersabar menghadapi semua gangguan yang dilakukan oleh kaumnya. Selain itu, Allah menyuruh Nabi untuk menyebut nama-Nya pada setiap waktu dan beribadat pada malam hari.

Pada akhirnya Allah menjelaskan bahwa orang-orang mu’min dimasukkan ke dalam surga, sedangkan orang-orang kafir dimasukkan ke dalam neraka.

Catatan:

  1. 10). Kaitkan dengan QS. al-Kahfi [18]: 29, 31.
  2. 11). Kaitkan dengan QS. an-Nisā’ [4], QS. an-Najm [53]: 39, 42. Baca QS. al-Ḥāqqah [69]: 24, QS. al-A‘rāf [7]: 42.
  3. 12). Kaitkan dengan QS. Muḥammad [47] untuk mengetahui sujūd dan tasbīḥ pada malam hari.
  4. 13). Baca QS. al-Baqarah [2]: 45, QS. Qāf [50]: 39, 40.
  5. 14). Kaitkan dengan bagian akhir QS. Muḥammad [47].
  6. 15). Kaitkan dengan awal QS. asy-Syūrā [42], QS. al-Muddatstsir [74], dan QS. at-Takwīr [81] untuk mengetahui bahwa Allah-lah yang menghendaki semua sebab. Andaikata Allah tidak menurunkan sebab, tentulah kita tidak dapat mencapai suatu maksud atau tujuan.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *