076
SŪRAT-UN-INSĀN
Makkiyyah atau Madaniyyah, 31 ayat
Turun sesudah Sūrat-ul-Raḥmān
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
هَلْ أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ حِيْنٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُوْرًا.
1. (هَلْ) “Bukankah” artinya, sesungguhnya (أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ) “telah datang atas manusia” Nabi Ādam (حِيْنٌ مِنَ الدَّهْرِ) “satu waktu dari masa” empat puluh tahun (لَمْ يَكُنْ) “sedangkan dia belum merupakan” ketika itu (شَيْئًا مَذْكُوْرًا) “sesuatu yang dapat disebut” maksudnya, Nabi Ādam selama empat puluh tahun masih tetap berbentuk tanah dan bukan berarti apa-apa. Atau bila yang dimaksud dengan manusia adalah jenis manusia selain dia, maka yang dimaksud dengan lafal al-Ḥīn atau masa ialah masa mengandung, jadi bukan empat puluh tahun.
إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ، نَبْتَلِيْهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيْعًا بَصِيْرًا.
2. (إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ) “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia” artinya, jenis manusia (مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ) “dari setetes mani yang bercampur” yang bercampur dengan indung telur, yaitu air mani laki-laki bercampur menjadi satu dengan air mani perempuan (نَبْتَلِيْهِ) “yang Kami hendak mengujinya” dengan membebankan kewajiban-kewajiban kepadanya; jumlah ayat ini merupakan jumlah Isti`naf yakni kalimat permulaan; atau dianggap sebagai Hal dari lafal yang diperkirakan. Yaitu, Kami bermaksud hendak mengujinya ketika Kami mempersiapkan kejadiannya (فَجَعَلْنَاهُ) “karena itu Kami jadikan dia” Kami menjadikan dia dapat (سَمِيْعًا بَصِيْرًا) “mendengar dan melihat.”
إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيْلَ إِمَّا شَاكِرًا وَ إِمَّا كَفُوْرًا.
3. (إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيْلَ) “Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan petunjuk” maksudnya, Kami telah menjelaskan kepadanya jalan hidayah dengan mengutus rasul-rasul kepada manusia (إِمَّا شَاكِرًا) “ada yang bersyukur” yaitu menjadi orang mukmin (وَ إِمَّا كَفُوْرًا) “dan ada pula yang kafir” kedua lafal ini, yakni Syākiran dan Kafūran merupakan Ḥāl dari Maf‘ūl; yakni Kami telah menjelaskan jalan hidayah kepadanya, baik sewaktu ia dalam keadaan bersyukur atau pun sewaktu ia kafir sesuai dengan kepastian Kami. Lafal Immā di sini menunjukkan rincian tentang keadaan.
إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِيْنَ سَلَاسِلَاْ وَ أَغَلَالًا وَ سَعِيْرًا.
4. (إِنَّا أَعْتَدْنَا) “Sesungguhnya Kami menyediakan” telah mempersiapkan (لِلْكَافِرِيْنَ سَلَاسِلَاْ) “bagi orang-orang kafir rantai” untuk menyeret mereka ke dalam neraka (وَ أَغَلَالًا) “dan belenggu-belenggu” pada leher mereka dan rantai itu diikatkan kepadanya (وَ سَعِيْرًا) “serta neraka Sa‘īr” yaitu neraka yang apinya menyala-nyala dengan besarnya, tempat mereka diadzab.
إِنَّ الْأَبْرَارَ يَشْرَبُوْنَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُوْرًا.
5. (إِنَّ الْأَبْرَارَ) “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebaikan” lafal al-Abrār bentuk jamak dari lafal Barrun atau Bārrun, artinya orang-orang yang taat (يَشْرَبُوْنَ مِنْ كَأْسٍ) “mereka minum dari gelas” atau tempat minum, yang berisikan khamar. Maksudnya, mereka meminum khamar. Hal ini diungkapkan dengan memakai nama alat peminumnya. Huruf Min bermakna Tab‘īdh (كَانَ مِزَاجُهَا) “yang campurannya” yakni khamar itu dicampur dengan (كَافُوْرًا) “kāfūr.”
عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا عِبَادُ اللهِ يُفَجِّرُوْنَهَا تَفْجِيْرًا.
6. (عَيْنًا) “Yaitu mata air” menjadi Badal dari lafal Kāfūr artinya, mata air itu berbau kafur (يَشْرَبُ بِهَا) “yang meminum daripadanya” dari mata air itu (عِبَادُ اللهِ) “hamba-hamba Allah” yakni kekasih-kekasihNya (يُفَجِّرُوْنَهَا تَفْجِيْرًا) “yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya” mereka dapat mengalirkan air dari telaga itu menurut kehendaknya dari tempat-tempat tinggal mereka.
يُوْفُوْنَ بِالنَّذْرِ وَ يَخَافُوْنَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيْرًا.
7. (يُوْفُوْنَ بِالنَّذْرِ) “Mereka menunaikan nadzar” untuk taat kepada Allah (وَ يَخَافُوْنَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيْرًا) “dan takut akan suatu hari yang adzabnya merata di mana-mana” menyebar di semua tempat.
وَ يُطْعِمُوْنَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِيْنًا وَ يَتِيْمًا وَ أَسِيْرًا.
8. (وَ يُطْعِمُوْنَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ) “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya” atau yang digemarinya (مِسْكِيْنًا) “kepada orang miskin” atau orang fakir (وَ يَتِيْمًا) “anak yatim” anak yang ayahnya sudah tiada (وَ أَسِيْرًا) “dan orang yang ditawan” orang yang ditahan karena membela perkara yang hak.
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللهِ لَا نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَ لَا شُكُوْرًا.
9. (إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللهِ) “Sesungguhnya kami memberi makanan kepada kalian hanyalah demi karena Allah” demi untuk mengharapkan pahala-Nya (لَا نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَ لَا شُكُوْرًا) “kami tidak menghendaki balasan dari kalian dan tidak pula ucapan terima kasih”) berterima kasih atas pemberian makanan itu. Apakah mereka benar-benar mengucapkan demikian ataukah hal itu telah diketahui oleh Allah swt. kemudian Allah memuji mereka. Sesungguhnya dengan masalah ini ada dua pendapat.
إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوْسًا قَمْطَرِيْرًا.
10. (إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوْسًا) “Sesungguhnya kami takut kepada Rabb kami akan suatu hari yang penuh dengan kemasaman” yaitu muka-muka pada saat itu bermuram durja dan tidak enak dipandang karena kepahitannya (قَمْطَرِيْرًا) “lagi penuh dengan kesulitan” yakni hari itu penuh dengan penderitaan yang sangat parah.
فَوَقَاهُمُ اللهُ شَرَّ ذلِكَ الْيَوْمِ وَ لَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَ سُرُوْرًا.
11. (فَوَقَاهُمُ اللهُ شَرَّ ذلِكَ الْيَوْمِ وَ لَقَّاهُمْ) “Maka Allah memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka” atau menghadiahkan kepada mereka (نَضْرَةً) “kejernihan” yaitu keindahan dan kecemerlangan pada wajah-wajah mereka (وَ سُرُوْرًا) “dan kegembiraan hati.”
وَ جَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوْا جَنَّةً وَ حَرِيْرًا.
12. (وَ جَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوْا) “Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka” disebabkan kesabaran mereka dari perbuatan maksiat (جَنَّةً) “surga” yang mereka dimasukkan ke dalamnya (وَ حَرِيْرًا) “dan sutra” yang menjadi pakaian mereka.
مُتَّكِئِيْنَ فِيْهَا عَلَى الْأَرَائِكِ، لَا يَرَوْنَ فِيْهَا شَمْسًا وَ لَا زَمْهِرِيْرًا.
13. (مُتَّكِئِيْنَ) “Seraya bersandarkan” menjadi Ḥāl atau kata keterangan keadaan dari Isim yang di-rafa‘-kan oleh lafal Udkhilūhā. Lafal Udkhilūhā ini keberadaannya diperkirakan (فِيْهَا عَلَى الْأَرَائِكِ) “di dalamnya di atas dipan-dipan” atau ranjang-ranjang yang empuk (لَا يَرَوْنَ) “mereka tidak melihat” tidak menemukan; menjadi Ḥāl yang kedua (فِيْهَا شَمْسًا وَ لَا زَمْهِرِيْرًا) “di dalamnya matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan” maksudnya, di dalam surga mereka tidak merasakan panasnya matahari yang menyengat, dan tidak pula dingin yang mencekam. Tetapi menurut suatu pendapat bahwa lafal Zamharīran ini artinya bulan. Maknanya, surga tetap terang-benderang sekalipun tanpa matahari dan bulan.
وَ دَانِيَةً عَلَيْهِمْ ظِلَالُهَا وَ ذُلِّلَتْ قُطُوْفُهَا تَذْلِيْلًا.
14. (وَ دَانِيَةً) “Dan dekatlah” di-‘athaf-kan secara Maḥall kepada lafal Yarauna (عَلَيْهِمْ) “di atas mereka” maksudnya, di antara mereka (ظِلَالُهَا) “naungannya” yaitu naungan pohon-pohon surga (وَ ذُلِّلَتْ قُطُوْفُهَا تَذْلِيْلًا) “dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya” artinya, buah-buahannya didekatkan sehingga dapat dipetik baik oleh orang yang berdiri, atau orang yang duduk, bahkan orang yang sedang berbaring sekalipun.
وَ يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِآنِيَةٍ مِنْ فِضَّةٍ وَ أَكْوَابٍ كَانَتْ قَوَارِيْرَاْ.
15. (وَ يُطَافُ عَلَيْهِمْ) “Dan diedarkan kepada mereka” di dalam surga itu (بِآنِيَةٍ مِنْ فِضَّةٍ وَ أَكْوَابٍ) “bejana-bejana dari perak dan piala-piala” atau gelas-gelas yang tanpa pengikat (كَانَتْ قَوَارِيْرَاْ) “yang bening laksana kaca.”
قَوَارِيْرَاْ مِنْ فِضَّةٍ قَدَّرُوْهَا تَقْدِيْرًا.
16. (قَوَارِيْرَاْ مِنْ فِضَّةٍ) “Yaitu kaca-kaca dari perak” gelas-gelas dan piala-piala itu terbuat dari perak yang bagian dalamnya dapat dilihat dari luar, sehingga tampak bening sebening kaca (قَدَّرُوْهَا) “yang telah diukur mereka” yakni oleh pelayan-pelayan yang mengedarkannya (تَقْدِيْرًا) “dengan sebaik-baiknya” sesuai dengan kecukupan minum orang-orang yang meminumnya, tidak lebih dan tidak pula kurang; cara minum yang demikian itu merupakan cara minum yang paling nikmat.
وَ يُسْقَوْنَ فِيْهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنْجِبِيْلًا.
17. (وَ يُسْقَوْنَ فِيْهَا كَأْسًا) “Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas” khamar (كَانَ مِزَاجُهَا) “yang campurannya” atau sesuatu yang dicampurkan ke dalam minuman itu (زَنْجِبِيْلًا) “adalah jahe.”
عَيْنًا فِيْهَا تُسَمَّى سَلْسَبِيْلًا.
18. (عَيْنًا فِيْهَا) “Yaitu dari mata air” menjadi Badal dari lafal Zanjabīlā (تُسَمَّى سَلْسَبِيْلًا) “yang dinamakan salsabil” yaitu air telaga itu rasanya seperti jahe yang sangat disukai oleh orang-orang ‘Arab, dan minuman ini sangat mudah diteguknya.
وَ يَطُوْفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُوْنَ إِذَا رَأَيْتَهُمْ حَسِبْتَهُمْ لُؤْلُؤًا مَنْثُوْرًا.
19. (وَ يَطُوْفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُوْنَ) “Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda” mereka sama sekali tidak akan menjadi tua. (إِذَا رَأَيْتَهُمْ حَسِبْتَهُمْ) “Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka” karena penampilan mereka yang indah dan jumlah mereka yang menyebar dengan sangat banyaknya (لُؤْلُؤًا مَنْثُوْرًا) “mutiara yang bertaburan” dari untaiannya atau dari tempat asalnya, yang demikian itu lebih indah dibandingkan berada di tempat lain.
وَ إِذَا رَأَيْتَ ثَمَّ رَأَيْتَ نَعِيْمًا وَ مُلْكًا كَبِيْرًا.
20. (وَ إِذَا رَأَيْتَ ثَمَّ) “Dan apabila kamu melihat di sana” maksudnya, kamu diizinkan untuk melihat surga (رَأَيْتَ) “niscaya kamu akan melihat” menjadi Jawāb Syarath dari Idzā (نَعِيْمًا) “berbagai macam kenikmatan” yang tak dapat digambarkan (مُلْكًا كَبِيْرًا) “dan kerajaan yang besar” yang luas dan tak terbatas.
عَالِيَهُمْ ثِيَابُ سُنْدُسٍ خُضْرٌ وَ اِسْتَبْرَقٌ وَ حُلُّوْا أَسَاوِرَ مِنْ فِضَّةٍ وَ سَقَاهُمْ رَبُهُمْ شَرَابًا طَهُوْرًا.
21. (عَالِيَهُمْ ثِيَابُ) “Pakaian luar mereka” di-nashab-kan karena menjadi Zharaf, dan menjadi Khabar dari Mubtada’ sesudahnya. Menurut qira’at lain dibaca ‘Āliyhim karena dianggap menjadi Mubtada’ sedangkan lafal sesudahnya menjadi Khabar-nya, dan Dhamīr Muttashil-nya kembali kepada Ma‘thuf ‘Alaih (سُنْدُسٍ) “dari sutera halus” terbuat daripadanya (خُضْرٌ) “yang hijau” dibaca Rafa‘ yakni Khudhrun (وَ اِسْتَبْرَقٌ) “dan sutera tebal” dibaca Jārr yakni Istabraqin artinya, sutera yang tebal. Yakni pakaian bagian luar mereka terbuat dari sutera halus, sedangkan bagian dalamnya terbuat dari sutera tebal. Menurut suatu qira’at dibaca Khudhrin Wa istabraqun; menurut qira’at lainnya dibaca Khudhrun Wa istabraqun; dan menurut suatu qira’at lain lagi dibaca Khudrin Wa istabraqin (وَ حُلُّوْا أَسَاوِرَ مِنْ فِضَّةٍ) “dan mereka diberi perhiasan dari gelang-gelang perak” tetapi pada ayat lainnya disebutkan terbuat dari emas; hal ini menunjukkan bahwa mereka diberi perhiasan yang terbuat dari emas dan perak secara berbarengan, tetapi terpisah-pisah (وَ سَقَاهُمْ رَبُهُمْ شَرَابًا طَهُوْرًا.) “dan Rabb mereka memberikan kepada mereka minuman yang bersih” atau sangat bersih, berbeda dengan keadaan khamar di dunia.
إِنَّ هذَا كَانَ لَكُمْ جَزَاءً وَ كَانَ سَعْيُكُمْ مَشْكُوْرًا.
22. (إِنَّ هذَا) “Sesungguhnya ini” yakni kenikmatan ini (كَانَ لَكُمْ جَزَاءً وَ كَانَ سَعْيُكُمْ مَشْكُوْرًا.) “adalah balasan untuk kalian, dan usaha kalian adalah disyukuri.”
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ تَنْزِيْلًا.
23. (إِنَّا نَحْنُ) “Sesungguhnya Kami” lafal Naḥnu berfungsi mengukuhkan makna isim-nya Inna, atau dianggap sebagai Dhamīr Fashal (نَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ تَنْزِيْلًا) “telah menurunkan al-Qur’ān kepadamu dengan berangsur-angsur” ayat ini menjadi Khabar dari Inna, yakni Kami menurunkannya secara berangsur-angsur, tidak sekaligus.
فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَ لَا تُطِعْ مِنْهُمْ آثِمًا أَوْ كَفُوْرًا.
24. (فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ) “Maka bersabarlah kamu untuk melaksanakan ketetapan Rabbmu” yang dibebankan kepadamu yaitu, menyampaikan risalah-Nya (وَ لَا تُطِعْ مِنْهُمْ) “dan janganlah kamu ikuti, di antara mereka” yakni orang-orang kafir (آثِمًا أَوْ كَفُوْرًا) “orang yang berdosa dan orang yang kafir” yang dimaksud adalah ‘Atabah (‘Utbah) bin Rabī’ah dan Walīd bin Mughīrah, kedua-duanya telah berkata kepada Nabi saw., “Kembalilah kamu dari perkara ini dari agama Islam.” Dan dapat pula diartikan setiap orang yang berdosa dan setiap orang yang kafir; makna yang dimaksud ialah janganlah kamu mengikuti ajakan dan seruan kedua jenis orang tersebut dalam keadaan bagaimana pun, yang seruannya itu mengajakmu kepada perbuatan dosa atau kekafiran.
وَ اذْكُر اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَ أَصِيْلًا.
25. (وَ اذْكُر اسْمَ رَبِّكَ) “Dan sebutlah nama Rabbmu” di dalam salatmu (بُكْرَةً وَ أَصِيْلًا) “pada waktu pagi dan petang” yakni dalam salat Shubuḥ, Zhuhur dan ‘Ashar.
وَ مِنَ الَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَ سَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيْلًا.
26. (وَ مِنَ الَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ) “Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kamu kepada-Nya” artinya, dirikanlah salat Maghrib dan ‘Isyā’ (وَ سَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيْلًا) “dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari” lakukanlah salat sunat di malam hari, sebagaimana keterangan yang telah kami sebutkan yaitu, sepertiganya atau separohnya atau dua pertiganya.
إِنَّ هَؤُلَاءِ يُحِبُّوْنَ الْعَاجِلَةَ وَ يَذَرُوْنَ وَرَاءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيْلًا.
27. (إِنَّ هَؤُلَاءِ يُحِبُّوْنَ الْعَاجِلَةَ) “Sesungguhnya mereka menyukai kehidupan dunia” (وَ يَذَرُوْنَ وَرَاءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيْلًا) “dan mereka tidak mempedulikan hari yang berat” yaitu hari yang penuh dengan penderitaan, yakni hari kiamat. Maksudnya, mereka tidak beramal untuk menyambut kedatangannya.
نَحْنُ خَلَقْنَاهُمْ وَ شَدَدْنَا أَسْرَهُمْ، وَ إِذَا شِئْنَا بَدَّلْنَا أَمْثَالَهُمْ تَبْدِيْلًا.
28. (نَحْنُ خَلَقْنَاهُمْ وَ شَدَدْنَا) “Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan” menjadikan kuat (أَسْرَهُمْ) “persendian tubuh mereka” yakni semua anggota tubuh mereka dan sendi-sendinya (وَ إِذَا شِئْنَا بَدَّلْنَا) “apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti” Kami menjadikan (أَمْثَالَهُمْ) “orang-orang yang serupa dengan mereka” dalam bentuknya sebagai pengganti mereka, seumpamanya Kami membinasakan mereka terlebih dahulu (تَبْدِيْلًا) “dengan sebenar-benarnya” lafal ayat ini berfungsi mengukuhkan makna yang terdapat dalam lafal Baddalnā. lafal Idzā berkedudukan sama dengan lafal In seperti contoh lain, yaitu: In Yasya’ Yudzhibkum, artinya; Seandainya Allah menghendaki niscaya Dia membinasakan kalian. Demikian itu karena pengertian yang terkandung di dalam lafal Idzā hanya khusus dipakai untuk sesuatu yang pasti akan terjadi, sedangkan di sini Allah swt. tidak menghendaki hal tersebut.
إِنَّ هذِهِ تَذْكِرَةٌ، فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيْلًا.
29. (إِنَّ هذِهِ) “Sesungguhnya ini” surah ini (تَذْكِرَةٌ) “adalah suatu peringatan” suatu nasihat dan pelajaran bagi makhluk (فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيْلًا) “maka barang siapa menghendaki niscaya dia mengambil jalan kepada Rabbnya” yakni jalan yang dapat menyampaikan dia kepada-Nya, yaitu melalui ketaatan.
وَ مَا تَشَاءُوْنَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللهُ، إِنَّ اللهَ كَانَ عَلِيْمًا حَكَيْمًا
30. (وَ مَا تَشَاءُوْنَ) “Dan kalian tidak menghendaki” dapat dibaca Tasyā’ūna dan Yasyā’ūna, kalau dibaca Yasyā’ūna artinya, dan mereka tidak menghendaki untuk mengambil jalan kepada Rabbnya dengan mengerjakan ketaatan (إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللهُ) “kecuali bila dikehendaki Allah” hal tersebut. (إِنَّ اللهَ كَانَ عَلِيْمًا) “Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui” tentang makhluk-Nya (حَكَيْمًا) “lagi Maha Bijaksana” di dalam perbuatan-Nya.
يُدْخَلُ مَنْ يَشَاءُ فِيْ رَحْمَتِهِ، وَ الظَّالِمِيْنَ أَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيْمًا
31. (يُدْخَلُ مَنْ يَشَاءُ فِيْ رَحْمَتِهِ) “Dia memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya” yakni surga-Nya, mereka adalah orang-orang yang beriman. (وَ الظَّالِمِيْنَ) “Dan bagi orang-orang zhalim” dinashabkan oleh Fi‘il atau kata kerja yang keberadaannya diperkirakan, lengkapnya, Dia telah menyediakan bagi mereka. Pengertian ini disimpulkan dari firman berikutnya (أَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيْمًا) “disediakan-Nya adzab yang pedih” adzab yang menyakitkan; mereka adalah orang-orang kafir.