Surah al-Infithar 82 ~ Tafsir ash-Shabuni

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

082

SŪRAT-UL-INFITHĀR

Pokok-pokok Kandungan Surat.

Sūrat-ul-Infithār termasuk kelompok surat Makkiyyah. Sebagaimana surat sebelumnya, surat ini juga membicarakan perubahan alam semesta yang menyertai terjadinya hari kiamat. Juga membicarakan hal kejadian-kejadian besar, keadaan orang-orang yang berbakti dan keadaan orang-orang yang durhaka pada hari kebangkitan.

Surat ini dimulai dengan menjelaskan fenomena perubahan yang terjadi di alam semesta dari terbelahnya langit, berserakannya bintang, meluapnya laut dan dibongkarnya kubur kemudian disusul peristiwa hisab dan pembalasan. “Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan dijadikan meluap, dan apabila kuburan-kuburan dibongkar, maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya”.

Kemudian surat ini berbicara mengenai penentangan manusia dan tidak bersyukurnya dia akan nikmat-nikmat Allah. Padahal manusia itu menerima limpahan nikmat dari-Nya. Namun dia tidak sadar hak nikmat dan tidak tahu keagungan Tuhannya serta tidak bersyukur atas karunia dan nikmat yang dirasakan: “Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuh-mu”.

Selanjutnya, surat ini menuturkan alasan keingkaran dan penentangan manusia tersebut. Disusul kemudian Allah menyebutkan diri-Nya menugaskan malaikat untuk menulis amal perbuatan manusia dan mendokumentasikan segala kelakuannya. “Bukan hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan. Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan

Surat ini juga menuturkan pembagian umat manusia di akhirat menjadi dua kelompok, yaitu orang berbakti dan orang yang durhaka serta menjelaskan tempat kembali masing-masing dari mereka. “Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka. Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan

Surat ini ditutup dengan menggambarkan agungnya hari kiamat, praharanya dan kosongnya jiwa saat itu dari daya maupun upaya apapun. Hanya Allah yang memutuskan dan berkuasa pada saat itu.

 

TAFSĪR SŪRAT-UL- INFITHĀR

Sūrat-ul-Infithār, Ayat: 1-19.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.

إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ. وَ إِذَا الْكَوَاكِبُ انْتَثَرَتْ. وَ إِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ. وَ إِذَا الْقُبُوْرُ بُعْثِرَتْ. عَلِمَتْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ وَ أَخَّرَتْ. يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيْمِ. الَّذِيْ خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ. فِيْ أَيِّ صُوْرَةٍ مَّا شَاءَ رَكَّبَكَ. كَلَّا بَلْ تُكَذِّبُوْنَ بِالدِّيْنِ. وَ إِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِيْنَ. كِرَامًا كَاتِبِيْنَ. يَعْلَمُوْنَ مَا تَفْعَلُوْنَ. إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِيْ نَعِيْمٍ. وَ إِنَّ الْفُجَّارَ لَفِيْ جَحِيْمٍ. يَصْلَوْنَهَا يَوْمَ الدِّيْنِ. وَ مَا هُمْ عَنْهَا بِغَائِبِيْنَ. وَ مَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّيْنِ. ثُمَّ مَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّيْنِ. يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِّنَفْسٍ شَيْئًا وَ الْأَمْرُ يَوْمَئِذٍ للهِ.

82: 1. Apabila langit terbelah,
82: 2. dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan,
82: 3. dan apabila lautan dijadikan meluap,
82: 4. dan apabila kuburan-kuburan dibongkar,
82: 5. maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya.
82: 6. Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah.
82: 7. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang,
82: 8. dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuh-mu.
82: 9. Bukan hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan.
82: 10. Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu),
82: 11. yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu),
82: 12. mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.
82: 13. Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan,
82: 14. dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.
82: 15. Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan.
82: 16. Dan mereka sekali-kali tidak dapat keluar dari neraka itu.
82: 17. Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?
82: 18. Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?
82: 19. (Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikit pun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.

Tijauan Bahasa

(انْفَطَرَتْ): terbelah.

(انْتَثَرَتْ): berjatuhan dan rontok.

(بُعْثِرَتْ): dibalik, dari dalam keluar.

(غَرَّكَ): menipumu.

(سَوَّاكَ): menjadikan anggota badanmu normal dan sempurna.

(يَصْلَوْنَهَا): mereka memasukinya dan merasakan nyalanya serta panasnya.

Tafsir Ayat

Apabila langit terbelah”; ketika langit pecah dengan perintah Allah karena turunnya para malaikat. Ini senada dengan ayat, “Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkanlah malaikat bergelombang-gelombang.” (al-Furqān: 25). “dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan”; ketika bintang-bintang berjatuhan dan rontok serta terlepas dari garis orbit dan tempatnya, “dan apabila lautan dijadikan meluap”; ketika lautan sebagian dibuka kepada yang lain, lalu laut yang tawar berkumpul dengan laut yang asin dan menjadi satu lautan. “dan apabila kuburan-kuburan dibongkar”; ketika kubur dibalik dan orang-orang mati di dalamnya digali serta isinya menjadi tampak di luarnya, “maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya”; inilah jawab kalimat syarat (kalimat yang terdapat redaksi “jika, bila” dan semisalnya. Yakni saat itu setiap jiwa mengetahui apa yang telah dia lakukan, baik maupun buruk, saleh atau fasik. Ath-Thabari berkata: “qaddamat; apa yang telah dia dahulukan dari amal saleh, dan akhkharat; kebaikan yang dia peroleh dari sunnah baik yang ditinggalkannya dan dilakukan oleh orang setelahnya.” (9451).

Setelah menuturkan keadaan akhirat dan praharanya, maka ayat-ayat berganti mengingatkan manusia yang lupa dan tidak tahu prahara dan kesulitan yang ada di hadapannya dan akan dia hadapi. Allah berfirman: “Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah”; apa yang membuat kamu tertipu dari beriman kepada Tuhanmu Maha Penyantun, sehingga kamu durhaka kepada-Nya dan berani menentang perintah-Nya. Padahal Allah berbuat baik dan Maha Pemurah kepadamu? (9462) Kalimat ini kritikan dan celaan. Seakan-akan Allah berfirman: “Bagaimana kamu menyikapi kebaikan Tuhanmu dengan durhaka dan menyikapi kemurahan-Nya dengan terus-menerus dalam kesesatan?” “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (ar-Raḥmān: 60).

Kemudian Allah menyebutkan salah satu nikmat-Nya kepada hamba-Nya: “Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu”; yang mengadakan kamu dari tidak ada, lalu menjadikan kamu sempurna, lengkap organ tubuhnya, mampu mendengar, berpikir dan melihat, “dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang”; Dia menjadikan kamu dengan postur yang sedang dan tegak dalam bentuk paling indah. “dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuh-mu”; Dia menyusun kamu dalam bentuk apapun yang Dia kehendaki dan Dia pilihkan untukmu bentuk-bentuk yang indah dan mengagumkan. Dia tidak menjadikan bentukmu sebagaimana bentuk hewan. Seperti ayat: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (at-Tīn: 4).

Kemudian Allah mencela orang-orang kafir atas pendustaan mereka terhadap hari kiamat. “Bukan hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan”; berhentilah kalian hai penduduk Makkah dan janganlah kalian tertipu oleh sifat penyantun Allah. Sebaliknya kalian mendustakan hari perhitungan amal dan pembalasan. “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu)”; padahal kalian diikuti dan dijaga banyak malaikat hafazhah yang menulis dan mengawasi amal perbuatan dan semua tindakan kalian. Al-Qurthubī berkata: “Yakni, ada banyak pengawas dari bangsa malaikat pada kalian.” (9473) “yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu)”; mereka mulia di sisi Allah yang bertugas menulis perbuatan serta perkataan kalian. “mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan”; mereka mengetahui apa yang kalian katakan dan perbuat, baik maupun buruk dan mencatatnya pada dokumen perbuatan kalian agar kalian dibalas dengannya di hari kiamat.

Kemudian Allah menjelaskan pembagian dan pengelompokan makhluk pada hari kiamat menjadi hamba yang berbakti dan hamba yang durhaka serta menuturkan tempat kembali masing-masing dari mereka. Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan”; mu’min yang bertakwa kepada Tuhan mereka di dunia sungguh berada dalam kegembiraan dan kebahagiaan yang tidak terlukiskan. Mereka di taman-taman surga menikmati apa yang tidak ada mata melihatnya, tidak ada telinga mendengarnya dan tidak terlintas di hati manusia dan mereka kekal di dalam surga. “dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka”; orang kafir dan durhaka kepada Tuhan selama di dunia, sungguh berada dalam neraka yang membakar dan siksa yang abadi. “Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan”; mereka masuk neraka itu dan merasakan panasnya pada hari pembalasan yang mereka dustakan. “Dan mereka sekali-kali tidak dapat keluar dari neraka itu”; mereka tidak pergi dari Jahannam dan tidak jauh darinya, sebaliknya Jahannam ada di hadapan mereka. Mereka masuk, merasakan nyalanya dan tidak akan keluar darinya untuk selama-lamanya. “Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?”; ini mengagungkan dan membesarkan urusan hari kiamat. Apa yang kamu ketahui tentang hari kiamat itu? Apa itu, sedahsyat dan sehebat apa? “Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?”; Allah mengulangi firman-Nya untuk mengagungkan sifat kiamat dan membesarkannya. Ini senada dengan ayat “Hari kiamat, apakah hari kiamat itu? Dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu?” (al-Ḥāqqah: 1-3). Seakan-akan Allah berfirman: “tidak seorangpun tahu prahara dan dahsyatnya hari pembalasan. Hari itu tidak terlukiskan dan tidak terbayangkan. “(Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikit pun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah”; semua urusan pada hari itu hanya milik Allah dan tidak seorang pun melawan-Nya.

Aspek Balaghah

Sūrat-ul-Infithār mengandung sejumlah sisi-sisi keindahan bahasa sebagaimana berikut ini:

Pertama; thibāq (kesesuaian redaksi dan makna) antara (قَدَّمَتْ) dan (أَخَّرَتْ). Ini termasuk keindahan bahasa dari sisi lafazh dan makna.

Kedua, perbandingan yang lembut dan tidak secara langsung antara orang berbakti dan orang durhaka:

إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِيْ نَعِيْمٍ. وَ إِنَّ الْفُجَّارَ لَفِيْ جَحِيْمٍ.

Ketiga; isti‘ārah makniyah (penyerupaan yang tidak langsung) (وَ إِذَا الْكَوَاكِبُ انْتَثَرَتْ.). Kondisi bintang-bintang di hari kiamat yang berserakan diserupakan dengan mutiara yang susunannya diputuskan, lalu berserakan dan bercerai-berai.

Keempat; istifhām (pertanyaan) untuk menegur dan menolak sebuah tindakan (مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيْمِ.).

Kelima, nakirah (isim yang bersifat umum) pada lafazh (نَعِيْمٍ) dan (جَحِيْمٍ), lafazh ini digunakan untuk mengagungkan dan membersarkan.

Keenam, ithnāb (merinci) dengan mengulangi jumlah (وَ مَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّيْنِ. ثُمَّ مَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّيْنِ.), untuk menggambarkan besarnya urusan prahara kiamat, seakan-akan hari itu di luar bayangan dan khayalan.

Ketujuh, saja‘ murashsha‘ yang termasuk keindahan bahasa. Misalnya:

إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ. وَ إِذَا الْكَوَاكِبُ انْتَثَرَتْ

Dan (وَ إِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِيْنَ. كِرَامًا كَاتِبِيْنَ.),

Dan (إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِيْ نَعِيْمٍ. وَ إِنَّ الْفُجَّارَ لَفِيْ جَحِيْمٍ.).

Hikmah:

Diriwayatkan bahwa Khalīfah Sulaimān bin ‘Abd-ul-Mālik berkata kepada Abū Ḥazim al-Muzānī: Kami tidak tahu, ke mana kita kembali di hari kiamat dan apa yang kita miliki di sisi Allah? Abū Ḥāzim menjawab: “Perlihatkanlah perbuatanmu kepada al-Qur’ān, maka anda melihat apa yang anda miliki di sisi Allah”. Sulaimān berkata: “Di mana kami mendapati hal itu di dalam al-Qur’ān? Abū Ḥāzim menjawab dengan firman Allah: “Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.” Sulaimān bertanya: “Kalau demikian, di mana rahmat Allah?” Abū Ḥāzim menjawab: “Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (al-A‘rāf: 56).

Catatan:

  1. 945). Tafsīr-uth-Thabarī, 30/54.
  2. 946). Inti ayat ini adalah mencela dan menyampaikan keheranan terhadap sikap manusia yang ingkar nikmat Tuhannya. Ayat ini tidak bermaksud mengajarkan argumen bagi orang yang ingkar, sebagaimana dikatakan sebagian orang, agar manusia berkata: “Kemurahan-Mu membuat kami terpedaya.” Apa yang kami utarakan dikuatkan oleh ucapan ‘Umar: Ia terpedaya oleh kepandirannya dan kebodohannya.
  3. 947). Tafsīr-ul-Qurthubī (19/245).

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *