Surah al-Infithar 82 ~ Tafsir al-Qur’an-ul-Majid an-Nur

Judul Buku:
TAFSĪR AL-QUR’ĀNUL MAJĪD AN-NŪR

JILID 4

Penulis: Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy
Diterbitkan oleh: Cakrawala Publishing

Surat Ke-82
AL-INFITHĀR

Surat al-Infithār bermakna terbelah. Diturunkan di Makkah sesudah surat an-Nāzi‘āt, dan terdiri dari 19 ayat.

 

A. KANDUNGAN ISI

Surat ini mengandung pembicaraan mengenai masalah hari bangkit dan peringatan-peringatan tentang hari kiamat. Selain itu menandaskan bahwa pada hari kiamat, manusia akan menyaksikan gambaran-gambaran dari apa yang mereka kerjakan selama di dunia. Surat ini membantah pendapat orang-orang yang menyangkal kebenaran dan terus-menerus berbuat zhālim, padahal Allah telah melimpahkan berbagai macam nikmat kepada manusia.

Surat ini menjelaskan bahwa tiap manusia didampingi oleh malaikat kirāman kātibīn (pencatat ‘amal). Di akhirat nanti manusia menuju ke salah satu tempat yang disediakan untuk mereka: surga atau neraka. Pada hari itu, semua urusan berada di tangan Allah.

B. KAITAN DENGAN SURAT SEBELUMNYA

Baik surat yang telah lalu maupun surat ini sama-sama dimulai dengan menjelaskan ciri-ciri atau situasi huru-hara kiamat.

C. TAFSĪR SURAT AL-INFITHĀR

2. Pada Hari Kiamat Manusia Ditanyai mengenai Ajakannya Menentang Tuhan. Manusia Tidak Hidup seperti Hewan.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillāhirraḥmānirraḥīm

Dengan (menyebut) nama Allah Yang Maha Pemurah, yang senantiasa mencurahkan rahmat-Nya.

إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ.

Idzas samā’unfatharat.
“Apabila langit terpecah-belah.” (11) (al-Infithār [82]: 1)

Apabila langit telah terbelah dan hukum-hukumnya telah rusak, tidak lagi seperti yang kita lihat sekarang, alam ini pun berjalan menuju kehancuran semesta.

وَ إِذَا الْكَوَاكِبُ انْتَثَرَتْ.

Wa idzal kawākibuntatsarat.
“Apabila bintang-bintang gugur berderai.” (al-Infithār [82]: 2)

Apabila langit telah terbelah-belah dan susunannya telah rusak, maka bergugurlah bintang-gemintang yang sebelumnya menjadi hiasannya.

وَ إِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ.

Wa idzal biḥāru fujjirat.
“Apabila lautan melimpah.” (al-Infithār [82]: 3)

Apabila bumi terombang-ambing dan retak-retak, maka laut pun menghamburkan airnya ke darat, sehingga laut pun kering menjadi lautan api.

وَ إِذَا الْقُبُوْرُ بُعْثِرَتْ.

Wa idzal qubūru bu‘tsirat.
“Apabila kubur-kubur dibongkar. (al-Infithār [82]: 4)

Ketika itu kubur-kubur pun terbongkar, sedangkan para penghuninya dikeluarkan dari dalamnya untuk menerima hisab dan pembalasan.

عَلِمَتْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ وَ أَخَّرَتْ.

‘Alimat nafsum mā qaddamat wa akhkharat.
“Niscaya setiap diri mengetahui apa yang telah dia dahulukan dan apa yang telah dia takkhirkan.” (al-Infithār [82]: 5)

Pada saat itu masing-masing manusia mengetahui apa yang dia telah kerjakan untuk dirinya dan mengetahui apa yang tidak dikerjakannya. Pada hari itu lembaran-lembaran dibuka dan catatan-catatan ‘amal dibaca. Karena itu, semua ‘amalan tampak nyata, baik ‘amalan-‘amalan yang baik maupun yang buruk.

يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيْمِ. الَّذِيْ خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ.

Yā ayyuhal insānu mā gharraka birabbikal karīm. Alladzī khalaqaka fa sawwāka fa ‘adalak.
“Wahai manusia! Apakah yang memperdayakan kamu terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah. Yang menciptakan kamu dan menyempurnakan kejadianmu serta membuat kamu dengan ukuran yang berpadanan satu sama lainnya.” (22) (al-Infithār [82]: 6-7)

Wahai manusia yang diberi akal dan daya berpikir serta kekuatan fisik hingga menjadi makhlūq yang paling utama. Apakah yang mendorong kamu berlaku durhaka terhadap Tuhan Yang Maha Pemurah, yang telah mencurahkan nikmat-nikmatNya kepadamu? Bukankah sepatutnya kamu mensyukuri Tuhan yang menjadikan kamu dalam bentuk yang sangat baik ini?

فِيْ أَيِّ صُوْرَةٍ مَّا شَاءَ رَكَّبَكَ.

Fī ayyi shūratin mā syā’a rakkabak.
“Dalam bentuk apa saja yang dikehendaki-Nya, kamu disusun.” (al-Infithār [82]: 8)

Allah telah menciptakan kamu dalam rupa yang paling indah, yang menunjukkan bahwa kamu akan dihidupkan kembali sesudah kejadian yang pertama. Allah memang yang Maha Pemurah, yang memberikan martabat kepada tiap wujud sebagai pihak yang berhak menerimanya. Maka, manusia yang memperoleh kedudukan yang tinggi tidaklah layak disamakan dengan hidup binatang, yang mati seperti binatang liar. Tetapi yang layak bagi manusia yang berakal dan berpikiran adalah mempunyai hidup yang abadi sesudah hidup di dunia. Di sanalah masing-masing manusia menerima hak yang penuh dan pembalasan ‘amal yang sempurna.

كَلَّا بَلْ تُكَذِّبُوْنَ بِالدِّيْنِ.

Kallā bal tukadzdzibūna bid dīn.
“Tidaklah seperti yang kamu katakan. Sebenarnya, kamu mendustakan hari pembalasan.” (al-Infithār [82]: 9)

Janganlah kamu terpedaya dengan limpahan karunia Allah, karena kamu tidak mengerjakan apa yang Tuhan kehendaki. Bahkan, kamu berani menantang-Nya, dengan mendustakan adanya hari bangkit dan hari hisab.

وَ إِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِيْنَ. كِرَامًا كَاتِبِيْنَ. يَعْلَمُوْنَ مَا تَفْعَلُوْنَ.

Wa inna ‘alaikum laḥāfizhīn. Kirāman kātibīn. Ya‘lamūna mā taf‘alūn.
“Sesungguhnya untukmu benar-benar ada beberapa malaikat penjaga. Penulis-penulis yang mulia. Mereka mengetahui apa yang kamu perbuat.” (al-Infithār [82]: 10-12).

Allah telah mengadakan beberapa malaikat ḥafazhah (pengawas) yang mencatat semua ‘amalanmu dan menyimpannya hingga hari kiamat. Merekalah yang dinamakan dengan “kirāman kātibīn”, yang mencatat semua apa yang kamu kerjakan tanpa ada satu pun yang terlewatkan.

Dalam ayat-ayat ini Allah menjelaskan hal-hal yang terjadi sewaktu alam ini hancur-lebur sebagai pendahuluan dari hari hisab. Yaitu, bintang-bintang berhamburan di langit dan meluapnya air laut. Sesudah itu barulah semua manusia mengetahui apa yang telah mereka kerjakan. Kemudian Allah bertanya kepada manusia, apa yang menyebabkannya dia mengingkari perintah-Nya. Padahal kalau dia memperhatikan keadaan dirinya, tentulah dia mendapat beberapa bukti yang menunjuk kepada wujud Allah yang wajib dia syukuri. Allah menerangkan bahwa keingkaran sajalah yang menyebabkan manusia menolak kebenaran. Pada akhirnya Allah menjelaskan bahwa apa yang dikerjakan oleh hamba, semuanya dicatat oleh malaikat ḥafazhah dengan sempurna.

2. Orang-orang yang Berhasil Berada Dalam Kesenangan.

إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِيْ نَعِيْمٍ. وَ إِنَّ الْفُجَّارَ لَفِيْ جَحِيْمٍ. يَصْلَوْنَهَا يَوْمَ الدِّيْنِ.

Innal abrāra lafī na‘īm. Wa innal fujjāra lafī jaḥīm. Yashlaunahā yaumad dīn.
“Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada di dalam kesenangan. (33) Sesungguhnya orang-orang yang keluar dari batas yang sudah ditentukan benar-benar berada dalam neraka Jaḥīm. Mereka menderita panasnya api neraka pada hari pembalasan. (al-Infithār [82]: 13-15).

Orang-orang yang memperoleh pahala adalah mereka yang berbuat kebaktian. Mereka itu ditempatkan di dalam surga jannat-un-na‘īm. Sedangkan orang-orang yang mendapat siksa adalah mereka yang berbuat curang dan melampaui batas. Mereka itu ditempatkan di dalam neraka Jaḥīm. Mereka mendekam dalam panasnya api neraka pada hari kiamat.

وَ مَا هُمْ عَنْهَا بِغَائِبِيْنَ.

Wa mā hum ‘anhā bighā’ibīn.
“Mereka tidak dapat menjauhkan diri dari neraka itu.” (al-Infithār [82]: 16).

Mereka yang mendekam di dalam neraka, sekejap pun tidak bisa melepaskan dan menghindarkan diri dari siksa Allah.

وَ مَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّيْنِ.

Wa mā adrāka mā yaumid dīn.
“Dan tahukah kamu, apakah hari pembalasan itu?” (al-Infithār [82]: 17).

Kamu tidak mempedulikan hari yang huru-haranya besar dan tidak ber‘amal supaya kamu bisa terlepas dari ‘adzab-Nya.

ثُمَّ مَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّيْنِ.

Tsumma mā adrāka mā yaumud dīn.
“Kemudian, tahukah kamu, apakah hari pembalasan itu?” (al-Infithār [82]: 18).

Kamu menganggap enteng hari (kiamat) yang akan datang dan kamu berbuat seakan-akan dirimu telah mengetahui jalan melepaskan diri dari huru-hara yang akan kamu hadapi kelak. Seandainya kamu mengetahui, bagaimana keadaan hari itu yang sebenarnya, tentulah kamu bertobat kepada Tuhan dengan memohon ampunan atas semua kesalahanmu.

يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِّنَفْسٍ شَيْئًا وَ الْأَمْرُ يَوْمَئِذٍ للهِ

Yauma lā tamliku nafsul linafsin syai’an, wal amaru yauma’idzil lillāh.
“Pada hari itu seseorang tidak dapat memiliki sesuatu atas diri orang lain sedikit pun, dan pada hari itu semua perintah kepunyaan Allah.” (al-Infithār [82]: 19).

Kamu tidak dapat menolak datangnya hari kiamat dan juga tidak dapat melepaskan diri dari hari itu. sebab, pada hari itu Allah Sendirilah yang mengendalikan semua urusan dan hanya perintah Allah yang berlaku. Semua manusia pada hari itu hanya memperhatikan keadaan dirinya sendiri.

Pada hari kiamat itu, semua urusan dan segala macam perintah hanya berada di tangan Allah. Tidak ada seorang pun yang dapat melindungi orang lain dan tidak seorang pun yang dapat memberikan pertolongan. Walaupun hanya sedikit saja.

Catatan:

  1. 1). Kaitkan dengan QS. at-Takwīr [81], al-Insyiqāq [84], awal QS. Āli ‘Imrān [3]: hingga ayat 30, QS. al-Anbiyā’ [21], hingga ayat 47. Baca QS. al-Furqān [25]: 25.
  2. 2). Kaitkan dengan QS. al-A‘lā [87], dan akhir QS. al-Ḥasyr [59].
  3. 3). Baca QS. al-Baqarah [2]: 177.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *