Surah al-Infithar 82 ~ Tafsir al-Jailani

Dari Buku: TAFSIR al-Jaelani
Oleh: Syekh ‘Abdul-Qadir Jaelani
Penerjemah: Abdul Hamid

Penerbit: PT. SAHARA intisains

Surah ke 82; 19 ayat
Al-Infithār
(terbelah).

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

Pembuka Surah al-Infithār

Bagi orang yang diperlihatkan dampak dari kemampuan Allah s.w.t. Yang Maha Tinggi dan disingkapkan kepadanya ketidakbutuhan Dzat-Nya terhadap semua makhluk dan hasil ciptaan-Nya, pasti mengetahui bahwa semua yang tampak maupun tersembunyi dan yang gaib maupun yang nyata, tidak lain diatur oleh kalimat Sang Maha Pengatur dan berada dalam qadha-Nya yang sudah final. Dia berhak memperlakukan dan membolak-balikkan semuanya sesuai dengan keinginan dan pilihan yang dikehendaki-Nya. Namun semua itu tergantung pada waktu dan didahului oleh tanda-tanda yang ditetapkan dari sisi-Nya. Dan di antara tanda-tanda tersebut adalah seperti yang disebutkan Allah s.w.t. dalam surah ini. Setelah memberi keberkahan, Allah s.w.t. berfirman: (بِسْمِ اللهِ) [Dengan menyebut nama Allah] yang mengetahui semua yang zhahir dan bathin sesuai dengan kekuasaan-Nya yang Maha Besar, (الرَّحْمنِ) [Yang Maha Pemurah] kepada semua makhluk-Nya dengan memberikan wujud pelengkap, (الرَّحِيْمِ) [lagi Maha Penyayang] kepada mereka dengan menanggalkan wujud pelengkap dari mereka pada saat munculnya keesaan zat yang bertujuan untuk mengubah wujud pelengkap tersebut.

Ayat 1.

(إِذَا السَّمَاءُ) [Apabila langit] yakni segala hal yang tinggi yang merupakan pengaruh dari nama-nama dan sifat-sifat Ilahi; (انْفَطَرَتْ) [terbelah], retak, dan tersobek sehingga langit tidak lagi layak mendapatkan pengaruh dan bantuan dari nama-nama dan sifat-sifat Allah s.w.t.

Ayat 2.

(وَ إِذَا الْكَوَاكِبُ) [Dan apabila bintang-bintang] yang dikhususkan dengan berbagai identitas dan diperbanyak dengan berbagai struktur dan esensi; (انْتَثَرَتْ) [jatuh berserakan], posisinya menjadi terpecah-pecah, dan bentuk serta keadaannya menjadi musnah.

Ayat 3.

(وَ إِذَا الْبِحَارُ) [Dan apabila lautan] yang diciptakan dari gelombang tinggi nan menggelora yang menghempas lautan wujud secara terus-menerus, lalu setiap bagian dari lautan itu disifati dengan berbagai macam sifat seperti; sifat gaib dan nyata, yang pertama dan yang terakhir, dan dengan berbagai sifat lainnya yang jumlahnya tidak terhitung dan tidak terhingga: (فُجِّرَتْ) [dijadikan meluap], membanjir ke mana-mana, sebagiannya membuka sebagian yang lain, gelombangnya semakin meninggi, dan semuanya saling berhubungan sehingga menjadi satu lautan, sebagaimana yang telah ada pada zaman azali.

Ayat 4.

(وَ إِذَا الْقُبُوْرُ) [Dan apabila kuburan-kuburan] yang hilang dan hancur, di mana di bagian dalamnya tidak ada satu pun tanda-tanda kehidupan alam manusia; (بُعْثِرَتْ) [dibongkar], dibalikkan, dan dikeluarkan isinya, lalu dari lipatannya keluar sesuatu yang berasal dari bagian alam ketuhanan.

Ayat 5.

Pada saat itu, (عَلِمَتْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ) [tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan] di dunia dari berbagai macam amal shaleh dan akhlak yang baik. Di samping itu, jiwa juga akan mengetahui berbagai amalan yang diacuhkan, ditinggalkan, (وَ أَخَّرَتْ) [dan yang dilalaikannya] pada saat di dunia.

Kemudian Allah s.w.t. berseru kepada manusia secara langsung sebagai bentuk teguran dan untuk mempermalukannya karena kelalaian dan kelupaan yang telah dilakukannya, padahal ia diciptakan atas dasar fitrah tauhid dan pengetahuan. Dia berfirman:

Ayat 6.

(يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ) [Hai manusia] yang telah dianugerahi berbagai macam kenikmatan dan kebaikan, (مَا غَرَّكَ) [apakah yang telah memperdaya kamu], maksudnya: apa yang telah menipumu dan membujukmu sampai memaksamu melakukan kekufuran dan kemaksiatan (بِرَبِّكَ الْكَرِيْمِ) [terhadap Rabbmu Yang Maha Pemurah].

Ayat 7.

(الَّذِيْ خَلَقَكَ) [Yang telah menciptakan kamu], mewujudkanmu, dan membentukmu dalam bentuk yang paling baik; (فَسَوَّاكَ) [lalu menyempurnakan kejadianmu], yakni menormalkan organ dan anggota tubuhmu sehingga terbebas dari berbagai macam cacat; (فَعَدَلَكَ) [dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang], yakni menjadikanmu memiliki postur yang sedang, anggota tubuh yang serasi, dan susunan tulang yang proporsional.

Ketika Fudhail bin ‘Iyādh ditanya: “Sekiranya Allah s.w.t. membangkitkanmu pada hari kiamat, lalu Dia bertanya: “Wahai Fudhail, apa yang telah memperdayamu sehingga kamu durhaka terhadap Rabbmu Yang Maha Pemurah?” apa yang akan kamu katakan?” Ia menjawab: “Aku akan berkata: “Yang memperdayaku adalah tirai-Mu yang lembut.”

Sedangkan Yaḥyā bin Mu‘ādz berkata: “Sekiranya Allah s.w.t. membangkitkanku di hadapan-Nya, lalu Dia bertanya: “Wahai Yahya, apa yang telah memperdayamu sehingga kamu durhaka kepada-Ku?”, maka aku akan menjawab: “Yang memperdayaku adalah kebaikan-Mu yang telah lalu dan yang akan datang kepadaku.”

Adapun Abū Bakar al-Warrāq berkata: “Sekiranya Allah s.w.t. bertanya kepadaku: “Apa yang telah memperdayamu sehingga kamu durhaka kepada-Ku?”, maka akan kujawab: “Yang memperdayaku adalah kemurahan Rabb-ku yang Maha Pemurah.”

Sedangkan diriku yang fakir dan hina ini, yang menjadi pembantu kaum fakir dan menjadi debu telapak kaki mereka, sekiranya Allah s.w.t bertanya kepadaku: “Apa yang telah memperdayamu sehingga kamu durhaka kepada-Ku?” Maka aku akan menjawab: “Wahai Rabb-ku, yang memperdayaku adalah jaminan-Mu terhadap diriku dan keberadaan diri-Mu sebagai pendengaran dan penglihatanku serta sebagai sumber semua kekuatan dan perasaanku.”

Ayat 8.

Jadi (فِيْ أَيِّ صُوْرَةٍ مَّا شَاءَ رَكَّبَكَ) [dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu] maksudnya: didasarkan pada bentuk yang indah, menakjubkan, dan memiliki keistimewaan dibandingkan dengan bentuk binatang pada umumnya – di mana bentuk tersebut tergantung pada kehendak dan keinginan Allah s.w.t. – itulah tubuhmu disusun. Dengan kata lain, Dia menyeleksi bentukmu dari bentuk semua makhluk, lalu menyusun tubuhmu berdasarkan hasil seleksi yang terbaik.

Kemudian Allah s.w.t. berfirman:

Ayat 9.

(كَلَّا) [Bukan hanya durhaka saja], kalimat ini berfungsi untuk mencegah manusia supaya tidak lalai dan terpedaya dengan mengajukan permintaan maaf yang dusta; (بَلْ تُكَذِّبُوْنَ) [bahkan kamu mendustakan], wahai para pendusta dan orang-orang yang melampaui batas, (بِالدِّيْنِ) [hari pembalasan] dan penghukuman atas semua amal dan akhlak kalian, baik yang bagus maupun yang buruk. Karena itulah kamu tertipu oleh kehidupan palsu dan berani melakukan berbagai kerusakan dan kejelekan dengan penuh pengingkaran dan pembangkangan semau kalian, tanpa peduli dan merasa takut sedikit pun kepada Dzat Yang Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui.

Ayat 10.

(وَ إِنَّ عَلَيْكُمْ) [Padahal sesungguhnya bagi kamu] di sisi Allah s.w.t. (لَحَافِظِيْنَ) [ada yang mengawasi] dan memonitor dirimu dari kalangan malaikat. Mereka mengawasi semua perbuatan yang kamu lakukan secara terperinci.

Ayat 11.

(كِرَامًا) [Yang mulia] dalam pengawasannya dan dapat dipercaya, di mana mereka tidak akan menambah maupun menguranginya, karena mereka adalah pihak (كَاتِبِيْنَ) [yang mencatat] dan menulis di lembaran catatan amalmu.

Ayat 12.

(يَعْلَمُوْنَ) [Mereka mengetahui] darimu, semua (مَا تَفْعَلُوْنَ) [yang kamu kerjakan]. Merekalah yang menentukan nasibmu pada saat kamu dihisab, lalu kamu dibalas berdasarkan catatan yang ada.

Ayat 13.

(إِنَّ الْأَبْرَارَ) [Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti], banyak beramal shaleh, dan banyak berbuat kebaikan; (لَفِيْ نَعِيْمٍ) [benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan] dan kebahagiaan kekal serta mendapat keuntungan yang besar.

Ayat 14.

(وَ إِنَّ الْفُجَّارَ) [Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka], melampaui batas, dan berdusta; (لَفِيْ جَحِيْمٍ) [benar-benar berada dalam neraka], diazab dengan azab yang sangat pedih.

Ayat 15.

(يَصْلَوْنَهَا يَوْمَ الدِّيْنِ) [Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan] dan penghukuman setelah mereka dihisab.

Ayat 16.

(وَ مَا هُمْ عَنْهَا بِغَائِبِيْنَ) [Dan mereka sekali-kali tidak dapat keluar dari neraka itu] maupun berpaling dan pindah darinya selamanya. Mereka akan kekal berada di dalamnya.

Kemudian Allah s.w.t. menyamarkan hari pembalasan tersebut kepada para pendengarnya untuk mengagungkan dan memuliakannya serta untuk mengintimidasi mereka.

Ayat 17.

Dia bertanya, (وَ مَا أَدْرَاكَ) [Tahukah kamu] wahai orang-orang yang terpedaya, (مَا يَوْمُ الدِّيْنِ) [apakah hari pembalasan itu], bagaimana keadaan, kengerian, dan kekuatannya?

Ayat 18.

(ثُمَّ مَا أَدْرَاكَ) [Sekali lagi, tahukah kamu] wahai orang-orang yang terpedaya, (مَا يَوْمُ الدِّيْنِ) [apakah hari pembalasan itu] dan berbagai kebengisan, kengerian, kesusahan, dan kesedihan macam apa yang akan menimpamu di sana?

Ayat 19.

Ringkasnya, hari pembalasan itu adalah (يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ) [hari (ketika) seseorang tidak berdaya], tidak dapat menghilangkan, dan tidak memiliki kekuatan (لِّنَفْسٍ شَيْئًا) [sedikit pun untuk menolong orang lain], baik orang itu adalah keluarga maupun teman dekat, atas vonis dan pembalasan yang dijatuhkan kepadanya. Sebab setiap orang tersandera oleh sesuatu yang telah dikerjakannya dan disibukkan oleh hasil dari tindakannya sendiri pada saat di dunia sehingga ia tidak bisa lagi memberi perhatian kepada orang lain akibat kengerian dan kesedihannya yang sangat besar. (وَ الْأَمْرُ) [Dan segala urusan] hamba beserta masalah pahala dan hukuman yang menimpa mereka, (يَوْمَئِذٍ للهِ) [pada hari itu berada dalam kekuasaan Allah], bergantung pada-Nya, dikuasakan pada kehendak-Nya, dan diserahkan pada keinginan-Nya. Dia dapat melakukan apa pun yang dikehendaki-Nya, memberikan keputusan apa pun yang diinginkan-Nya sesuai dengan keutamaan dan keadilan-Nya, dan Dia tidak ditanya tentang apa yang dikerjakan-Nya. Sebab Dia Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. Wahai Tuhan kami, perbuatlah untuk kami sesuatu yang memang layak Engkau perbuat.

 

Penutup Surah al-Infithār

Wahai orang yang mengharapkan kebaikan dan kelembutan Allah s.w.t. di hari pembalasan; kamu harus menyerahkan semua urusanmu kepada-Nya di dunia ini, senantiasa berdiri di hadapan-Nya dalam semua keadaan, dan membebaskan diri dari tuntutan watak kemanusiaanmu dalam semua situasi dan kondisi tiba-tiba yang menyergapmu secara terus-menerus sepanjang hidupmu yang menipu.

Waspada dan berhati-hatilah kamu! Jangan sampai kamu terpedaya oleh tipuan pengkhianat yang menjijikkan ini. Ambillah pelajaran dari para penghuni dunia ini, jika kamu memang tergolong sebagai orang yang dapat mengambil pelajaran dan peringatan. Ambillah pelajaran dari dunia karena dunia bukanlah tempat bermukim yang sebenarnya. Ia hanyalah tempat untuk memberikan cobaan dan pelajaran. Maka dari itu, ambillah pelajaran, wahai orang-orang yang memiliki hati.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *