Hati Senang

Surah al-Ikhlash 112 ~ Tafsir al-Jalalain

Tafsir Jalalain | Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi

Dari Buku:
Tafsir Jalalain.
(Jilid 4. Dari Sūrat-uz-Zumar sampai Sūrat-un-Nās)
Oleh: Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

112

SŪRAT-UL-IKHLĀSH

Makkiyyah atau Madaniyyah, 4 ayat
Turun sesudah Sūrat-un-Nās

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ.

Nabi s.a.w. ditanya mengenai Rabbnya, lalu turunlah firman-Nya:

1. (قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ.) “Katakanlah: “Dialah Allah Yang Maha Esa”) lafal Allāh adalah Khabar dari lafal Huwa, sedangkan lafal Ahadun adalah Badal dari lafal Allāh, atau Khabar kedua dari lafal Huwa.

اللهُ الصَّمَدُ.

2. (اللهُ الصَّمَدُ.) “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu” lafal ayat ini terdiri dari Mubtada’ dan Khabar; artinya Dia adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu untuk selama-lamanya.

لَمْ يَلِدْ وَ لَمْ يُوْلَدْ.

3. (لَمْ يَلِدْ وَ لَمْ يُوْلَدْ.) “Dia tiada beranak” karena tiada yang menyamai-Nya (dan tiada pula diperanakkan) karena mustahil hal ini terjadi bagi-Nya.

وَ لَمْ يَكُنْ لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ

4. (وَ لَمْ يَكُنْ لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ) “Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia” atau yang sebanding dengan-Nya, lafal Lahu ber-ta‘alluq kepada lafal Kufuwan. Lafal Lahu ini didahulukan karena dialah yang menjadi subjek penafian; kemudian lafal Ahadun diakhirkan letaknya padahal ia sebagai isim dari lafal Yakun, sedangkan Khabar yang seharusnya berada di akhir mendahuluinya; demikian itu karena demi menjaga Fashilah atau kesamaan bunyi pada akhir ayat.

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.