بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Tidak seorang pun berhak mengklaim sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah s.w.t. semata. Tidak seorang pun layak mengklaim terbebas dari kekurangan dan aib, sebab manusia diciptakan di atas kekurangan pada akal dan pengalaman. Karena kekurangan adalah sifat manusia, maka tidak patut melalaikan kekurangan-kekurangan yang ada dan mengarahkan kritis serta celaan pada orang lain. Setiap orang harus memperhatikan diri sendiri lalu membenahinya, berusaha untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada. Biarkan saja orang lain dengan kekurangan-kekurangan yang ada padanya. Bila tidak melakukan seperti itu, ia layak mendapatkan kehancuran dan siksa seperti yang dinyatakan oleh surah al-Humazah, surah Makkiyyah tanpa perbedaan pendapat:
وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ. الَّذِيْ جَمَعَ مَالًا وَ عَدَّدَهُ. يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ. كَلَّا لَيُنْبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ. وَ مَا أَدْرَاكَ مَا الْحُطَمَةُ. نَارُ اللهِ الْمُوْقَدَةُ. الَّتِيْ تَطَّلِعُ عَلَى الْأَفْئِدَةِ. إِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُّؤْصَدَةٌ. فِيْ عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍ
104:1. Celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela,
104:2. yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya,
104:3. dia (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya,
104:4. Sekali-kali tidak! Pasti dia akan dilemparkan ke dalam (neraka) Ḥuthamah.
104:5. Dan tahukah kamu apakah (neraka) Ḥuthamah itu?
104:6. (Yaitu) api (adzab) Allah yang dinyalakan,
104:7. yang (membakar) sampai ke hati.
104:8. Sungguh, api itu ditutup rapat atas (diri) mereka,
104:9. (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.
(al-Humazah: 1-9).
‘Athā’ dan lainnya menjelaskan, surah ini turun berkenaan dengan Akhnas bin Syuraiq. Ia terbiasa mengumpat dan membicarakan aib orang, khususnya Rasūlullāh s.a.w. Pendapat lain menyatakan, turun berkenaan dengan Jamīl bin Amīr al-Jumāhī. Muqātil menjelaskan, surah ini turun berkenaan dengan Walīd bin Mughīrah. Ia membicarakan aib Nabi s.a.w. di belakang beliau dan mencela di hadapan beliau. Diriwayatkan, Umaiyah bin Khalaf juga melakukan hal serupa. Namun yang menjadi pelajaran adalah umumnya lafazh, bukan sebabnya secara khusus. Ini kaidah umum, mencakup semua orang yang menyandang sifat serupa.
Celaka, siksa dan hina untuk setiap orang yang mengumpat dan mencela. Humazah adalah yang mengumpat orang dengan lisan, maksudnya mencela dan membicarakan aib orang. Ibnu ‘Abbās menjelaskan, humazah adalah orang yang menyebarkan adu domba. Lumazah adalah yang membicarakan aib orang dan mencela di hadapan orang.
Penyebab yang bersangkutan mengumpat dan mencela adalah kagum pada harta yang ia kumpulkan dan ia hitung, menjaga jumlahnya agar tidak berkurang dengan mengira memiliki kelebihan atas orang lain, sehingga mencegahnya untuk berbuat kebaikan.
Ia mengira hartanya menjamin keabadian untuknya, membuatnya terus hidup tidak mati karena sangat kagum pada harta yang dikumpulkan, sehingga tidak memikirkan yang terjadi setelah mati. Ia juga mengira harta mencukupi kehidupan dan keberlangsungannya, harta menjaganya seumur hidup.
Allah s.w.t. membantah dugaan-dugaan dan khayalan-khayalan ini, Allah s.w.t. memberitahukan kabar tegas, ia akan dilemparkan ke dalam neraka Ḥuthamah, neraka yang menghancurkan dan melahap apa pun yang ada di dalamnya agar yang bersangkutan jera dan menahan diri untuk mengatakan seperti itu. Perkataan dan dugaannya keliru, justru si pendusta itu akan dilemparkan ke neraka yang menghancurkan atau menghanguskan apa pun yang dilemparkan ke dalamnya, ia beserta hartanya.
Selanjutnya, Allah s.w.t. mengagungkan kondisi neraka. Allah s.w.t. memberitahukan, neraka Ḥuthamah adalah neraka yang dinyalakan, pembakarannya sampai ke hati dan tidak padam. Tahukah engkau neraka apa itu dan seperti apa? Neraka ini tidak diketahui oleh akal dan fikiran. Ia adalah neraka yang menyala-nyala berdasarkan perintah Allah s.w.t. yang tidak padam selamanya.
Manfaat neraka Jahannam diberi sifat menghancurkan adalah untuk menyesuaikan kondisi orang sombong dan berlaku semena-mena karena harta, bersikap tinggi hati terhadap sesama. Neraka itu menghancur-leburkan apa pun yang dilemparkan ke dalamnya, tidak menyisakan apa pun, sedikitpun. Neraka disandarkan kepada Allah s.w.t. untuk memperbesar. Artinya, neraka tersebut tidak seperti neraka lainnya.
Selanjutnya, Allah s.w.t. menyebut neraka dengan tiga ciri-ciri, Allah s.w.t. menyampaikannya secara abadi dan bersifat umum, yaitu:
Pertama; panasnya memuncak, mencapai serta menutupi hati, membakar mereka hidup-hidup, kehidupan senantiasa diperbarui sementara siksanya tetap kekal selamanya. Hati adalah bagian badan yang paling merasa sakit. Secara khusus hati disebut hati di sini karena di sanalah tempat keyakinan-keyakinan menyimpang, niat-niat buruk, akhlak tidak baik seperti sombong, merendahkan orang lain dan berbagai perbuatan buruk bersarang.
Kedua; neraka tersebut tertutup seluruh pintu-pintunya, tidak ada celah dan para penghuninya tidak bisa keluar seperti disebutkan dalam ayat lain. “Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat.” (al-Balad: 20). Allah s.w.t. berfirman seraya menjelaskan keberadaan mereka di sana untuk selama-lamanya: “Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (kepada mereka dikatakan): “Rasailah adzab yang membakar ini.” (al-Ḥajj: 22).
Ketiga; neraka tersebut benar-benar ada, diikat pada tiang-tiang panjang dan terikat sangat kuat. Muqātil menjelaskan, pintu-pintu neraka ditutup lalu diikat dengan tali-tali dari besi, sehingga pintunya tidak bisa dibuka untuk mereka dan tidak ada udara yang masuk. Ibnu Zaid menjelaskan, makna ayat; diikat pada tiang-tiang besi dan para penghuninya terbelenggu. Semuanya dari api.
Ayat ini menjelaskan siksa yang amat sangat dahsyat berdasarkan firman Allah s.w.t.: “Pasti dia akan dilemparkan.” (al-Humazah: 4) artinya, neraka tersebut adalah suatu tempat yang memiliki ngarai dalam sekali seperti sumur, pintu-pintunya tidak dibuka agar mereka semakin merugi, ditutup rapat-rapat agar mereka putus asa untuk keluar, terikat pada tiang-tiang yang senantiasa berkobar, tidak ada harapan bisa padam atau panasnya diringankan.
Orang akan sangat ketakutan manakala melihat tungku api bertengangan tinggi, pusat tenaga atom atau gunung berapi yang memuntahkan barang-barang tambang dan bebatuan cair seperti air mengalir atau api yang melahap, dan akan lari seketika itu juga tanpa disadari dan difahami. Lantas bagaimana kiranya dengan api Jahannam yang lebih dahsyat dari seluruh api dunia?! Api dunia hanya satu dari tujuhpuluh atau seratus bagian neraka akhirat. Semoga Allah s.w.t. menyelamatkan kita darinya.