Surah al-Humazah 104 ~ Tafsir al-Qur’an-ul-Majid an-Nur

Judul Buku:
TAFSĪR AL-QUR’ĀNUL MAJĪD AN-NŪR

JILID 4

Penulis: Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy
Diterbitkan oleh: Cakrawala Publishing

Surat Ke-104

AL-HUMAZAH

Surat al-Humazah bermakna mengumpat. Diturunkan di Makkah sesudah surat al-Qiyāmah, terdiri dari 9 ayat.

 

A. KANDUNGAN ISI

Surat ini mencela (mengecam) manusia yang mengumpat, menghujat, dan menjelek-jelekkan orang lain, bahkan juga mencela di depan orangnya. Orang-orang yang demikian itu akan dipanggang di dalam api neraka. Surat ini juga mengecam orang-orang yang mengumpulkan harta tanpa mau membelanjakannya di jalan Allah.

 

B. KAITAN DENGAN SURAT SEBELUMNYA

Dalam surat yang telah lalu, Allah menjelaskan bahwa semua manusia terbenam dalam kesesatan dan kerugian, kecuali orang yang Dia pelihara. Dalam surat ini, Allah menerangkan sifat orang-orang yang selalu dalam kesesatan.

 

C. TAFSIR SURAT AL-HUMAZAH

Kemarahan Allah dan ‘adzab-Nya adalah untuk orang yang mengumpat orang lain.

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillāhirraḥmānirraḥīm

Dengan (menyebut) nama Allah Yang Maha Pemurah, yang senantiasa mencurahkan rahmat-Nya

 

وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ.

Wailul li kulli humazatil lumazah.

“Kehinaan dan ‘adzab sengsara untuk setiap orang yang mengumpat lagi mencela.” (11)

(al-Humazah [104]: 1).

Kehinaan dan siksaan Allah ditimpakan kepada orang yang gemar menjelek-jelekkan orang lain, suka menyakiti hati manusia, baik di depan orang yang dijelekkan ataupun di belakangnya. Dia berbuat seperti itu karena perasaan ‘ujub (sombong) dan terpedaya oleh harta kekayaan yang dikumpulkannya.

الَّذِيْ جَمَعَ مَالًا وَ عَدَّدَهُ.

Alladzī jama‘a mālaw wa ‘addadah.

“Yang mengumpulkan (menumpuk) kekayaan dan selalu menghitungnya (disiapkan untuk menghadapi bencana).”

(al-Humazah [104]: 2).

Yang mendorong dia mencela dan membuat fitnah di antara manusia karena kesombongan atas harta kekayaan yang dimilikinya, yang selalu dihitung-hitungnya. Atau karena kebanggaan yang berlebih atas kekayaan yang dimilikinya, yang membuat dia berpendapat bahwa kekayaan adalah segalanya. Dengan kekayaan dia menyangka bahwa dirinya telah mencapai kedudukan yang paling tinggi dan muncullah perilaku suka menghina (merendahkan) orang lain.

يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ.

Yaḥsabu anna mā lahu akhladah.

“Dia mengira bahwa hartanya itu akan mengekalkan dirinya.” (22)

(al-Humazah [104]: 3).

Dia pun menyangka bahwa harta kekayaannya menjamin dirinya akan hidup kekal di dunia dan terhindar dari kematian. Buktinya, dia mengerjakan usahanya seperti layaknya orang yang akan hidup selama-lamanya (abadi). Dia menyangka dirinya tidak akan dihidupkan lagi di alam akhirat dan tidak dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan-perbuatannya.

كَلَّا لَيُنْبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ.

Kallā la yumbadzanna fil ḥuthamah.

“Tidak, sama sekali tidak. Demi Allah, dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam ḥuthamah.”

(al-Humazah [104]: 4).

Wahai orang yang mencela dan menjelek-jelekkan orang lain, janganlah perbuatan itu kamu teruskan, karena sebenarnya yang berguna dan bermanfaat bagimu adalah iman dan amal saleh. Demi Allah, kamu akan dilemparkan ke dalam neraka. Ya, neraka yang bakal membakar tubuhmu dan menghancurkannya menjadi abu.

وَ مَا أَدْرَاكَ مَا الْحُطَمَةُ.

Wa mā adrāka mal ḥuthamah.

“Dan mengertikah kamu, apakah ḥuthamah itu?”

(al-Humazah [104]: 5).

Kamu tidak dapat mengetahui, bagaimana hakikat ḥuthamah itu. Hanya Allah-lah yang telah menyiapkannya, dan yang mengetahui hakikat neraka itu.

نَارُ اللهِ الْمُوْقَدَةُ.

Nārullāhil mūqadah.

“Api Allah yang dinyalakan.”

(al-Humazah [104]: 6).

Neraka adalah api yang tetap menyala-nyala, yang tidak pernah padam yang disediakan oleh Allah untuk meng‘adzab orang-orang yang durhaka dan berdosa.

الَّتِيْ تَطَّلِعُ عَلَى الْأَفْئِدَةِ.

Allatī taththali‘u ‘alal af’idah

“Yang naik ke hati.”

(al-Humazah [104]: 7).

Apinya masuk ke dalam perut hingga ke dada, lalu memusnahkan semua rangka dada. Dengan demikian manusia akan merasakan ‘adzab yang pedihnya tiada tara.

Firman ini juga dapat diartikan dengan: Sesungguhnya api itu mengetahui semua isi hati manusia pada hari kiamat. Karena hati itulah yang dapat membedakan mana yang maksiat dan mana perbuatan taat. Mana yang buruk dan mana yang baik. Juga dapat memisahkan antara orang yang berbuat kejahatan (kemaksiatan) di dunia dan orang yang berbuat kebajikan.

إِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُّؤْصَدَةٌ.

Innahā ‘alaihim mu’shadah.

“Sesungguhnya api itu menutup rapat atas mereka.”

(al-Humazah [104]: 8).

Api meliputi seluruh tubuh manusia, sehingga dia tidak bisa melepaskan diri dari kepungan api itu.

فِيْ عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍ

Fī ‘amadim mumaddadah.

“Pada tiang yang panjang.”

(al-Humazah [104]: 9).

Seluruh pintu neraka ditutup rapat dan dipalang dengan besi, sehingga tidak seorang pun dapat masuk ke dalamnya, sebagaimana tidak seorang pun yang berada di dalamnya dapat keluar.

Maksud keterangan-keterangan ini untuk menggambarkan bagaimana api dengan ganas menghanguskan mereka. Kita wajib mengimani hal itu, dan tidak perlu kita bahas, apakah tiang-tiang itu dari api atau besi, apakah ditegakkan atau direbahkan, apakah serupa dengan tiang-tiang di dunia atau tidak. Kesemua itu kita serahkan kepada Allah, sebab masalah akhirat berbeda dari masalah dunia. Rasūlullāh pun tidak menjelaskan hal ini.

‘Athā’ dan al-Kalbī mengatakan: “Surat al-Humazah ini turun mengenai al-Walīd ibn al-Mughīrah, yang selalu mengumpat (menghujat) Nabi s.a.w. di belakangnya, dan memaki Nabi di depannya.” Menurut pendapat Muḥammad ibn Isḥāq, surat ini diturunkan mengenai Umayyah ibn Khalaf.

Catatan:


  1. 1). Kaitkan dengan QS. al-Ḥujurat [49], QS. al-Qalam [68], QS. al-Qiyāmah [75], QS. al-Fīl [105]. 
  2. 2). Kaitkan dengan QS. Mursalāt [77], bagian awal QS. ar-Raḥmān [55], QS. ash-Shaffāt [37], QS. Quraisy [106]. 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *