Surah al-Hasyr 59 ~ Tafsir al-Jalalain (2/2)

Dari Buku:
Tafsir Jalalain.
(Jilid 4. Dari Sūrat-uz-Zumar sampai Sūrat-un-Nās)
Oleh: Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

Rangkaian Pos: Surah al-Hasyr 59 ~ Tafsir al-Jalalain

لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِيْنَ الَّذِيْنَ أُخْرِجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ وَ أَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللهِ وَ رِضْوَانًا وَ يَنْصُرُوْنَ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ أُولئِكَ هُمُ الصَّادِقُوْنَ.

  1. (لِلْفُقَرَاءِ) “Terhadap orang-orang fakir” ber-ta‘alluq kepada lafal yang tidak disebutkan, lengkapnya: Takjublah kalian terhadap orang-orang fakir (الْمُهَاجِرِيْنَ الَّذِيْنَ أُخْرِجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ وَ أَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللهِ وَ رِضْوَانًا وَ يَنْصُرُوْنَ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ أُولئِكَ هُمُ الصَّادِقُوْنَ.) “yang berhijrah, yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka karena mencari karunia dari Allah dan keridhāan-Nya dan mereka menolong agama, Allah dan Rasūl-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar” dalam keimanannya.

وَ الَّذِيْنَ تَبَوَّؤُوا الدَّارَ وَ الْإِيْمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَ لَا يَجِدُوْنَ فِيْ صُدُوْرِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوْتُوْا وَ يُؤْثِرُوْنَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَ لَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَ مَنْ يُوْقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ.

  1. (وَ الَّذِيْنَ تَبَوَّؤُوا الدَّارَ) “Dan orang-orang yang telah menempati kota” Madīnah (وَ الْإِيْمَانَ) “dan telah beriman” yang dimaksud adalah sahabat-sahabat Anshār (مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَ لَا يَجِدُوْنَ فِيْ صُدُوْرِهِمْ حَاجَةً) “sebelum kedatangan mereka, Muhājirīn, mereka mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka” artinya mereka tidak iri hati (مِّمَّا أُوْتُوْا) “terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka” ya‘ni apa yang telah diberikan oleh Nabi s.a.w. kepada mereka berupa harta rampasan dari Bani Nadhir, yang memang harta itu khusus buat kaum Muhājirīn (وَ يُؤْثِرُوْنَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَ لَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ) “dan mereka mengutamakan, orang-orang Muhājirīn, atas diri mereka sendiri sekalipun mereka dalam kesusahan” ya‘ni mereka memerlukan apa yang mereka relakan kepada orang-orang Muhājirīn. (وَ مَنْ يُوْقَ شُحَّ نَفْسِهِ) “Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya” dari ketamakannya terhadap harta benda (فَأُوْلئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ.) “mereka itulah orang-orang yang beruntung”.

وَ الَّذِيْنَ جَاؤُوْا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَ لِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَ لَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ.

  1. (وَ الَّذِيْنَ جَاؤُوْا مِنْ بَعْدِهِمْ) “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka” ya‘ni sesudah kaum Muhājirīn dan kaum Anshār hingga hari kiamat nanti (يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَ لِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَ لَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا) “mereka berdoa: Ya Rabb kami! Beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami” ya‘ni rasa dengki (لِّلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ.) “terhadap orang-orang yang beriman: Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِيْنَ نَافَقُوْا يَقُوْلُوْنَ لِإِخْوَانِهِمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَئِنْ أُخْرِجْتُمْ لَنَخْرُجَنَّ مَعَكُمْ وَ لَا نُطِيْعُ فِيْكُمْ أَحَدًا أَبَدًا وَ إِنْ قُوْتِلْتُمْ لَنَنْصُرَنَّكُمْ وَ اللهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُوْنَ.

  1. (أَلَمْ تَرَ) “Apakah kamu tiada memperhatikan” tiada melihat (إِلَى الَّذِيْنَ نَافَقُوْا يَقُوْلُوْنَ لِإِخْوَانِهِمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ) “orang-orang yang munāfiq yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab” yaitu kepada Bani Nadhir dan saudara-saudara mereka yang kafir: (لَئِنْ) “Sesungguhnya jika” huruf lām di sini menunjukkan makna qasam dan demikian pula pada tempat-tempat lainnya yang semuanya ada di empat tempat (أُخْرِجْتُمْ) “kalian diusir” dari Madīnah (لَنَخْرُجَنَّ مَعَكُمْ وَ لَا نُطِيْعُ فِيْكُمْ) “niscaya kami pun akan keluar bersama kalian, dan kami tidak akan patuh untuk menghinakan kalian” ya‘ni untuk menjadikan kalian terhina (أَحَدًا أَبَدًا وَ إِنْ قُوْتِلْتُمْ) “kepada siapa pun selama-lamanya, dan jika kalian diperangi” dari lafal wa in terbuang huruf lām yang menunjukkan ma‘na permulaan (لَنَنْصُرَنَّكُمْ وَ اللهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُوْنَ.) “pasti kami akan membantu kalian. Dan Allah menyaksikan, bahwa sesungguhnya mereka benar-benar pendusta”.

لَئِنْ أُخْرِجُوْا لَا يَخْرُجُوْنَ مَعَهُمْ وَ لَئِنْ قُوْتِلُوْا لَا يَنْصُرُوْنَهُمْ وَ لَئِنْ نَّصَرُوْهُمْ لَيُوَلُّنَّ الْأَدْبَارَ ثُمَّ لَا يُنْصَرُوْنَ.

  1. (لَئِنْ أُخْرِجُوْا لَا يَخْرُجُوْنَ مَعَهُمْ وَ لَئِنْ قُوْتِلُوْا لَا يَنْصُرُوْنَهُمْ وَ لَئِنْ نَّصَرُوْهُمْ) “Sesungguhnya jika mereka diusir, orang-orang munāfiq itu tiada akan keluar bersama mereka, dan sesungguhnya jika mereka diperangi, niscaya mereka tidak akan menolongnya; sesungguhnya jika mereka menolongnya” artinya mereka datang untuk menolong dan membantunya (لَيُوَلُّنَّ الْأَدْبَارَ) “niscaya mereka akan berpaling ke belakangjawāb qasam yang keberadaannya diperkirakan sudah memberikan pengertian yang cukup, tanpa harus menyebut jawāb syarat pada kelima tempat tadi (ثُمَّ لَا يُنْصَرُوْنَ.) “kemudian mereka tidak akan mendapat pertolongan” yang dimaksud adalah orang-orang Yahudi.

لَأَنْتُمْ أَشَدُّ رَهْبَةً فِيْ صُدُوْرِهِمْ مِّنَ اللهِ ذلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ.

  1. (لَأَنْتُمْ أَشَدُّ رَهْبَةً) “Sesungguhnya kalian lebih ditakuti” lebih disegani (فِيْ صُدُوْرِهِمْ) “dalam hati mereka” dalam hati orang-orang munāfiq itu (مِّنَ اللهِ) “daripada Allah” karena siksaan-Nya yang ditangguhkan. (ذلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ.) “Yang demikian itu karena mereka adalah kaum yang tiada mengerti.”

لَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ جَمِيْعًا إِلَّا فِيْ قُرًى مُّحَصَّنَةٍ أَوْ مِنْ وَرَاءِ جُدُرٍ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌ تَحْسَبُهُمْ جَمِيْعًا وَ قُلُوْبُهُمْ شَتَّى ذلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُوْنَ.

  1. (لَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ) “Mereka tidak akan memerangi kalian” ya‘ni orang-orang Yahudi itu (جَمِيْعًا) “dalam keadaan bersatu padu” maksudnya, secara serentak (إِلَّا فِيْ قُرًى مُّحَصَّنَةٍ أَوْ مِنْ وَرَاءِ جُدُرٍ) “kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok” yang tinggi. Menurut suatu qirā’at lafal judurin dibaca jidārin. (بَأْسُهُمْ) “Permusuhan” peperangan (بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌ تَحْسَبُهُمْ جَمِيْعًا وَ قُلُوْبُهُمْ شَتَّى) “di antara sesama mereka sangat hebat. Kalian kira mereka itu bersatu sedangkan hati mereka berpecah belah” berbeda-beda, bertentangan dengan apa yang diduga. (ذلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُوْنَ.) “Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti”.

كَمَثَلِ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ قَرِيْبًا ذَاقُوْا وَ بَالَ أَمْرِهِمْ وَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ.

  1. Perumpamaan mereka dalam hal tidak mau beriman (كَمَثَلِ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ قَرِيْبًا) “seperti orang-orang yang belum lama sebelum mereka” ya‘ni sebagaimana orang-orang musyrik yang terlibat dalam perang Badar (ذَاقُوْا وَ بَالَ أَمْرِهِمْ) “yang telah merasai akibat buruk dari perbuatan mereka” sebagai hukuman-Nya di dunia, yaitu mereka mati terbunuh dan hukuman-hukuman yang lainnya yang mereka rasakan (وَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ.) “dan bagi mereka ‘adzāb yang pedih” siksaan yang menyakitkan kelak di akhirat.

كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلْإِنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّيْ بَرِيْءٌ مِّنْكَ إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

  1. Dan juga perumpamaan mereka dalam hal mendengar dari orang-orang munāfiq, tetapi orang-orang munāfiq itu tidak mau mengikuti jejak mereka sesudahnya (كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلْإِنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّيْ بَرِيْءٌ مِّنْكَ إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.) “seperti halnya syaithān; ia berkata kepada manusia: Kafirlah kamu, maka tatkala manusia itu telah kafir, ia berkata: Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam.” Padahal ia dusta dan hanya ria belaka.

فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا أَنَّهُمَا فِي النَّارِ خَالِدَيْنِ فِيْهَا وَ ذلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِيْنَ.

017. (فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا) “Maka adalah sesudah keduanya” ya‘ni orang yang sesat dan orang yang disesatkan. Menurut suatu qirā’at lafal ‘āqibatahumā dibaca ‘āqibatuhumā dengan memakai harakat dhammah di atas huruf tā’, hal ini berarti sebagai isim dari lafal kāna (أَنَّهُمَا فِي النَّارِ خَالِدَيْنِ فِيْهَا وَ ذلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِيْنَ.) “bahwa sesungguhnya keduanya masuk ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang lalim” orang-orang yang kafir.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَ لْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَ اتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ.

  1. (يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَ لْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ) “Hai orang-orang yang beriman! Bertaqwālah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok” ya‘ni untuk menghadapi hari kiamat (وَ اتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ.) “dan bertaqwālah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan”.

وَ لَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ نَسُوا اللهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُوْلئِكَ هُمُ الْفَاسِقُوْنَ.

  1. (وَ لَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ نَسُوا اللهَ) “Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang lupa kepada Allah” maksudnya tidak mau taat kepada-Nya (فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ) “lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri” untuk melakukan perbuatan ketaatan dan perbuatan baik. (أُوْلئِكَ هُمُ الْفَاسِقُوْنَ.) “Mereka itulah orang-orang yang fāsiq”.

لَا يَسْتَوِيْ أَصْحَابُ النَّارِ وَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُوْنَ.

  1. (لَا يَسْتَوِيْ أَصْحَابُ النَّارِ وَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُوْنَ.) “Tidak sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung”.

لَوْ أَنْزَلْنَا هذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللهِ وَ تِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ.

  1. (لَوْ أَنْزَلْنَا هذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ) “Kalau sekiranya Kami menurunkan al-Qur’ān ini kepada sebuah gunung” lalu dijadikan-Nya pada gunung tersebut akal sebagaimana manusia (لَّرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا) “pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah” terbelah-belah (مِّنْ خَشْيَةِ اللهِ وَ تِلْكَ الْأَمْثَالُ) “disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu” yang telah disebutkan di atas tadi (نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ.) “Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir” yang karenanya lalu mereka beriman.

هُوَ اللهُ الَّذِيْ لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَ الشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ.

  1. (هُوَ اللهُ الَّذِيْ لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَ الشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ.) “Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”.

هُوَ اللهُ الَّذِيْ لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيْزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللهِ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ.

  1. (هُوَ اللهُ الَّذِيْ لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ) “Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja Yang Maha Suci” dari semua apa yang tidak layak bagi keagungan dan kebesaran-Nya (السَّلَامُ) “Yang Maha Selamat” artinya Yang Bebas dari segala sifat-sifat kekurangan (الْمُؤْمِنُ) “Yang Maha Mengamankan” para rasūl-rasūlNya dengan menciptakan mu‘jizat bagi mereka (الْمُهَيْمِنُ) “Yang Maha Memelihara” berasal dari lafal haimana yuhaiminu, dikatakan demikian apabila seseorang selalu mengawasi sesuatu. Ma‘na yang dimaksud ialah, Dia Maha Menyaksikan ‘amal perbuatan hamba-hambaNya (الْعَزِيْزُ) “Yang Maha Perkasa” ya‘ni Yang Maha Kuat (الْجَبَّارُ) “Yang Maha Kuasa” untuk memaksa makhlūq-Nya supaya menuruti apa yang dikehendaki-Nya (الْمُتَكَبِّرُ) “Yang Maha Agung” dari semua sifat yang tidak layak bagi keagungan-Nya. (سُبْحَانَ اللهِ) “Maha Suci Allah” Dia memahasucikan Dzāt-Nya sendiri melalui ayat ini (عَمَّا يُشْرِكُوْنَ.) “dari apa yang mereka persekutukan” dengan-Nya.

هُوَ اللهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ وَ هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ.

  1. (هُوَ اللهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ) “Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan” makhlūq-Nya dari tiada (الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى) “Yang membentuk rupa, hanya kepunyaan-Nyalah asmā’-asmā’ yang paling baik” yang berjumlah sembilan puluh sembilan, sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadis. Lafal al-ḥusnā adalah bentuk mu’annats dari lafal al-aḥsan. (يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ وَ هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ.) “Bertasbīḥ kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” penafsirannya sebagaimana yang telah lalu.