Hati Senang

Surah al-Haqqah 69 ~ Tafsir al-Jalalain (1/2)

Tafsir Jalalain | Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi

Dari Buku:
Tafsir Jalalain.
(Jilid 4. Dari Sūrat-uz-Zumar sampai Sūrat-un-Nās)
Oleh: Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

069

SŪRAT-UL-ḤĀQQAH

Makkiyyah, 51 atau 52 ayat
Turun sesudah Sūrat-ul-Mulk

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

الْحاقَّةُ.

  1. (الْحاقَّةُ.) “Hari yang benar” yaitu hari kiamat, dikatakan demikian karena pada hari itu dibenarkan hal-hal yang diingkari, seperti mengenai adanya hari kebangkitan, hari hisab dan hari pembalasan. Atau dinamakan demikian karena pada hari itu ditampakkan kepada mereka hal-hal tersebut.

مَا الْحَاقَّةُ.

  1. (مَا الْحَاقَّةُ.) “Apakah hari yang benar itu” ungkapan ini mengandung ma‘na yang menggambarkan tentang keagungan hari kiamat; dan berkedudukan sebagai mubtada’ yang sekaligus sebagai khabar dari lafal al-ḥāqqah yang pertama.

وَ مَا أَدْرَاكَ مَا الْحَاقَّةُ.

  1. (وَ مَا أَدْرَاكَ) “Dan tahukah kamu” sudah tahukah kamu (مَا الْحَاقَّةُ.) “apakah hari yang benar itu?” ungkapan ini menambah keagungan hari kiamat. yang pertama menjadi mubtada’ sedangkan yang kedua menjadi khabar-nya. Dan yang kedua berikut khabar-nya berkedudukan sebagai maf‘ūl kedua dari lafal adrā.

كَذَّبَتْ ثَمُوْدُ وَ عَادٌ بِالْقَارِعَةِ.

  1. (كَذَّبَتْ ثَمُوْدُ وَ عَادٌ بِالْقَارِعَةِ.) “Kaum Tsamūd dan kaum ‘Ād telah mendustakan hari yang menggentarkan” yakni hari kiamat, hari kiamat dinamakan demikian karena kedahsyatan dan kengerian yang terjadi pada hari itu sangat menggentarkan hati.

فَأَمَّا ثَمُوْدُ فَأُهْلِكُوْا بِالطَّاغِيَةِ.

  1. (فَأَمَّا ثَمُوْدُ فَأُهْلِكُوْا بِالطَّاغِيَةِ.) “Adapun kaum Tsamūd, maka mereka telah dibinasakan dengan teriakan yang dahsyat” teriakan yang kerasnya melampaui batas.

وَ أَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوْا بِرِيْحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ.

  1. (وَ أَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوْا بِرِيْحٍ صَرْصَرٍ) “Adapun kaum ‘Ād maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat keras” sangat keras suaranya (عَاتِيَةٍ.) “lagi amat kuat” kuat lagi keras; angin tersebut ditimpakan atas kaum ‘Ād, sekalipun mereka kuat lagi keras tetapi menghadapi angin ini mereka tidak berarti apa-apa.

سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَ ثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُوْمًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيْهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ.

  1. (سَخَّرَهَا) “Yang Allah tundukkan angin itu” artinya Allah mengirimkannya dengan kekuasaan-Nya (عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَ ثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ) “kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari” dimulai pada pagi hari Rabu, tanggal dua puluh dua bulan Syawwāl; angin itu terjadi di pertengahan musim dingin (حُسُوْمًا) “terus-menerus” atau secara berturut-turut. Keadaan angin itu diserupakan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tukang setrika, yaitu sewaktu ia mengulang-ulang setrikaannya pada penyakit yang diobatinya. Yakni, ia mengulang-ulanginya dari satu waktu ke waktu yang lainnya hingga penyakitnya lenyap sama sekali (فَتَرَى الْقَوْمَ فِيْهَا صَرْعَى) “maka kamu lihat kaum ‘Ād pada waktu itu mati bergelimpangan” mereka tercampakkan ke dalam keadaan binasa (كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ) “seakan-akan mereka batang” pokok (نَخْلٍ خَاوِيَةٍ.) “pohon kurma yang lapuk” yang jatuh karena keropos atau lapuk.

فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِّنْ بَاقِيَةٍ.

  1. (فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِّنْ بَاقِيَةٍ.) “Maka apakah kamu melihat bekas-bekas mereka?” lafal bāqiyah adalah sifat dari lafal nafsin yang diperkirakan keberadaannya; yaitu apakah kamu melihat seseorang pun yang tinggal di antara mereka? Atau lafal bāqiyah ini huruf tā’-nya untuk menunjukkan ma‘na mubālaghah, yakni bekas-bekasnya? Tentu saja tidak.

وَ جَاءَ فِرْعَوْنُ وَ مَنْ قَبْلَهُ وَ الْمُؤْتَفِكَاتُ بِالْخَاطِئَةِ.

  1. (وَ جَاءَ فِرْعَوْنُ وَ مَنْ قَبْلَهُ) “Dan telah datang Fir‘aun dan orang-orang yang mengikutinya” beserta para pengikutnya. Menurut suatu qirā‘at, lafal qabilahu dibaca qablahu sehingga artinya, orang-orang kafir yang sebelumnya (وَ الْمُؤْتَفِكَاتُ) “dan negeri-negeri yang dijungkirbalikkan” penduduknya dijungkirbalikkan berikut negeri-negeri tempat tinggal mereka; yang dimaksud adalah negeri-negeri tempat tinggal kaum Nabi Lūth (بِالْخَاطِئَةِ.) “karena kesalahan yang besar” karena mereka mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa besar.

فَعَصَوْا رَسُوْلَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَّابِيَةً.

  1. (فَعَصَوْا رَسُوْلَ رَبِّهِمْ) “Maka masing-masing mereka mendurhakai rasūl Rabb mereka” mendurhakai Nabi Lūth dan nabi-nabi lainnya (فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَّابِيَةً) “lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras” siksaan yang lebih keras daripada siksaan-siksaan lainnya.

إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ.

  1. (إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ) “Sesungguhnya Kami tatkala air naik” naik ke atas, sehingga segala sesuatu termasuk gunung-gunung dan lain-lainnya semuanya tenggelam yaitu, pada masa banjir besar (حَمَلْنَاكُمْ) “Kami bawa kalian” bapak moyang kalian, karena kalian pada zaman itu masih berada di dalam tulang sulbi mereka (فِي الْجَارِيَةِ) “ke dalam bahtera” atau perahu yang dibuat oleh Nabi Nūḥ. Akhirnya, selamatlah Nabi Nūḥ beserta orang-orang yang beriman bersamanya yang berada di dalam bahtera itu, sedangkan yang lainnya semua mati tenggelam.

لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَ تَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ.

  1. (لِنَجْعَلَهَا) “Agar Kami jadikan peristiwa itu” atau perbuatan ini, yaitu diselamatkan-Nya orang-orang yang beriman dan ditenggelamkan-Nya orang-orang yang kafir (لَكُمْ تَذْكِرَةً) “peringatan bagi kalian” pelajaran (وَ تَعِيَهَا) “dan agar diperhatikan” supaya hal itu tetap diingat (أُذُنٌ وَاعِيَةٌ.) “oleh telinga yang mau mendengar” mau menerima apa yang didengarnya.

فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّوْرِ نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ.

  1. (فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّوْرِ نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ.) “Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup” yaitu, untuk tiupan yang kedua kalinya, sebagai pemula untuk dijalankannya peradilan di antara semua makhluq.

وَ حُمِلَتِ الْأَرْضُ وَ الْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً.

  1. (وَ حُمِلَتِ دَكَّةً) “Dan diangkatlah” diangkatlah ke atas (الْأَرْضُ وَ الْجِبَالُ فَدُكَّتَا) “bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya” diadukan (وَاحِدَةً.) “sekali bentur.”

فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ.

  1. (فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ.) “Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat” yakni hari terakhir.

وَ انْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ.

  1. (وَ انْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ.) “Dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah” melemah.

وَ الْمَلَكُ عَلَى أَرْجَائِهَا وَ يَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ.

  1. (وَ الْمَلَكُ) “Dan malaikat-malaikat” lafal al-malaku adalah bentuk jama‘ dari lafal malā’ikah, artinya malaikat-malaikat (عَلَى أَرْجَائِهَا) “berada di penjuru-penjuru langit” berada di seantero langit. (وَ يَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ) “Dan diangkatlah ‘Arasy Rabbmu di atas mereka” oleh malaikat-malaikat tersebut (يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ.) “pada hari itu yang jumlahnya ada delapan malaikat” ada delapan malaikat atau delapan barisan malaikat.

يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُوْنَ لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ.

  1. (يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُوْنَ) “Pada hari itu kalian dihadapkan” untuk menjalani hisab (لَا تَخْفَى) “tiada yang tersembunyi” dapat dibaca lā takhfā dan lā yakhfā (مِنْكُمْ خَافِيَةٌ.) “dari keadaan kalian barang sedikit pun” yaitu dari hal-hal yang kalian rahasiakan.

فَأَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِيْنِهِ فَيَقُوْلُ هَاؤُمُ اقْرَؤُوْا كِتَابِيَهْ.

  1. (فَأَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِيْنِهِ فَيَقُوْلُ) “Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata” kepada golongannya untuk mengetahui apa yang dia rahasiakan: (هَاؤُمُ) ““Ambillah” terimalah (اقْرَؤُوْا كِتَابِيَهْ.) “bacalah kitabku ini.”” Di dalam ungkapan ini terdapat perselisihan pendapat, manakah di antara lafal hā’umu dan iqra’ū yang menjadi ‘āmil dari lafal kitābiyah ini?

إِنِّيْ ظَنَنْتُ أَنِّيْ مُلَاقٍ حِسَابِيَهْ.

  1. (إِنِّيْ ظَنَنْتُ) ““Sesungguhnya aku yakin” aku telah merasa yakin (أَنِّيْ مُلَاقٍ حِسَابِيَهْ.) “bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku.”

فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍ.

  1. (فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍ.) “Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai” lafal rādhiyah berarti mardhiyah, artinya diridhai.

فِيْ جَنَّةٍ عَالِيَةٍ.

  1. (فِيْ جَنَّةٍ عَالِيَةٍ.) “Dalam surga yang tinggi.

قُطُوْفُهَا دَانِيَةٌ.

  1. (قُطُوْفُهَا) “Buah-buahannya” buah-buahan yang dipetiknya (دَانِيَةٌ.) “dekat” sangat dekat yaitu dapat dicapai oleh orang yang berdiri, orang yang duduk, dan malah orang yang berbaring.

كُلُوْا وَ اشْرَبُوْا هَنِيْئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ.

024. Maka dikatakan kepada mereka: (كُلُوْا وَ اشْرَبُوْا هَنِيْئًا) ““Makan dan minumlah dengan nyaman” lafal hanī’an berkedudukan sebagai ḥāl, dengan sedap (بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ.) “disebabkan amal yang telah kalian kerjakan pada hari-hari yang telah lalu”” sewaktu kalian di dunia.

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.