Sūrat-ul-Ḥadīd, Ayat: 16-29
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللهِ وَ مَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَ لَا يَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ وَ كَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُوْنَ. اعْلَمُوا أَنَّ اللهَ يُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ. إِنَّ الْمُصَّدِّقِيْنَ وَ الْمُصَّدِّقَاتِ وَ أَقْرَضُوا اللهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعَفُ لَهُمْ وَ لَهُمْ أَجْرٌ كَرِيْمٌ. وَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا بِاللهِ وَ رُسُلِهِ أُوْلئِكَ هُمُ الصِّدِّيْقُوْنَ وَ الشُّهَدَاءُ عِنْدَ رَبِّهِمْ لَهُمْ أَجْرُهُمْ وَ نُوْرُهُمْ وَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَ كَذَّبُوْا بِآيَاتِنَا أُوْلئِكَ أَصْحَابُ الْجَحِيْمِ. اعْلَمُوْا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَ لَهْوٌ وَ زِيْنَةٌ وَ تَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَ تَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَ الْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًا وَ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌ وَ مَغْفِرَةٌ مِّنَ اللهِ وَ رِضْوَانٌ وَ مَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ. سَابِقُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَ جَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَ الْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا بِاللهِ وَ رُسُلِهِ ذلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَ اللهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ. مَا أَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَ لَا فِيْ أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِيْ كِتَابٍ مِّنْ قَبْلِ أَنْ نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيْرٌ. لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَ لَا تَفْرَحُوْا بِمَا آتَاكُمْ وَ اللهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍ. الَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ وَ يَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَ مَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ. لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَ أَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَ الْمِيْزَانَ لِيَقُوْمَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَ أَنْزَلْنَا الْحَدِيْدَ فِيْهِ بَأْسٌ شَدِيْدٌ وَ مَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَ لِيَعْلَمَ اللهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَ رُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللهَ قَوِيٌّ عَزِيْزٌ. وَ لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوْحًا وَ إِبْرَاهِيْمَ وَ جَعَلْنَا فِيْ ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَ الْكِتَابَ فَمِنْهُمْ مُّهْتَدٍ وَ كَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُوْنَ. ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَ قَفَّيْنَا بِعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَ آتَيْنَاهُ الْإِنْجِيْلَ وَ جَعَلْنَا فِيْ قُلُوْبِ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُ رَأْفَةً وَ رَحْمَةً وَ رَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوْهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلَّا ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا فَآتَيْنَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْهُمْ أَجْرَهُمْ وَ كَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَ آمِنُوْا بِرَسُوْلِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَّحْمَتِهِ وَ يَجْعَل لَّكُمْ نُوْرًا تَمْشُوْنَ بِهِ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ وَ اللهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ. لِئَلَّا يَعْلَمَ أَهْلُ الْكِتَابِ أَلَّا يَقْدِرُوْنَ عَلَى شَيْءٍ مِّنْ فَضْلِ اللهِ وَ أَنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَ اللهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ.
57: 16. Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al-Kitāb kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fāsiq.
57: 17. Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya.
57: 18. Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.
57: 19. Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasūl-Nya, mereka itu orang-orang Shiddīqīn dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka.
57: 20. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada ‘adzāb yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhāan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
57: 21. Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasūl-rasūl-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.
57: 22. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitāb (Lauḥ maḥfūzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
57: 23. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,
57: 24. (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barang siapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
57: 25. Sesungguhnya Kami telah mengutus rasūl-rasūl Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitāb dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasūl-rasūl-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
57: 26. Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nūḥ dan Ibrāhīm dan Kami jadikan kepada keturunan keduanya kenabian dan al-Kitāb, maka di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka fāsiq.
57: 27. Kemudian Kami iringkan di belakang mereka rasūl-rasūl Kami dan Kami iringkan (pula) ‘Īsā putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injīl dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhāan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fāsiq.
57: 28. Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasūl), bertaqwālah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasūl-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,
57: 29. (Kami terangkan yang demikian itu) supaya ahli Kitāb mengetahui bahwa mereka tiada mendapat sedikit pun akan karunia Allah (jika mereka tidak beriman kepada Muḥammad), dan bahwasanya karunia itu adalah di tangan Allah. Dia berikan karunia itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.
Korelasi Ayat.
Setelah menuturkan keterpedayaan orang-orang munāfiq dan orang-orang kafir oleh kehidupan duniawi, Allah mengingatkan orang-orang mu’min agar tidak seperti orang-orang tersebut atau seperti kafir Ahli Kitāb yang terpedaya oleh dunia yang fanā’. Kemudian Allah membuat sebuah gambaran bagi kehidupan di dunia ini dan gemerlapnya yang menipu. Allah menutup surat ini dengan menjelaskan kelebihan taqwā dan ‘amal shāliḥ. Mengarahkan orang-orang mu’min bahwa pahala dan cahaya mereka akan dilipat-gandakan dengan mengikuti petunjuk Nabi s.a.w.
Tinjauan Bahasa.
(يَأْنِ): tiba saatnya. Pujangga berkata:
أَلَمْ يَأْنِ لِيْ قَلْبٌ أَنْ أَتْرُكَ الْجَهْلَا | وَ أَنْ يحدث الشيب المبين لَنا عقلَا |
Belumkah saatnya bagiku hai hati untuk meninggalkan kebodohan
Dan uban yang tanpa memperbarui akal pikiran. (3831)?
(تَخْشَعَ): menunduk dan menjadi lunak.
(الْأَمَدُ): masa atau ajal.
(يَهِيْجُ): mengering setelah menghijau.
(حُطَامًا): hancur dan beterbangan karena angin.
(قَفَّيْنَا): mengikutkan.
(كِفْلَيْنِ): dua bagian.
Asbāb-un-Nuzūl.
Ketika orang-orang mu’min tiba di Madīnah, mereka menemukan kehidupan yang lapang dan enak. Sehingga mereka lupa melakukan sebahagian kebaikan. Karena itu, mereka dikritik dan turunlah ayat ini: “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah” Ibnu Mas‘ūd berkata: “Antara Islam kami dan kritikan Allah dengan ayat ini hanyalah empat tahun.” (3842).
Tafsir Ayat.
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah”; belumkah tiba saatnya bagi orang-orang mu’min untuk hati mereka sensitif dan lunak karena nasihat-nasihat Allah? “dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka)”; dan kepada ayat-ayat al-Qur’ān yang jelas? “dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al-Kitāb kepadanya”; janganlah mereka seperti kaum Yahudi dan Nashrani yang diberi Allah kitab Taurāt dan Injīl. “kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras”; kurun waktu antara mereka dan nabi-nabi mereka begitu lama, sampai hati mereka menjadi keras bagaikan batu atau lebih keras lagi. Ibnu ‘Abbās berkata: “Hati mereka menjadi keras maksudnya mereka menyukai dunia dan berpaling dari nasihat-nasihat al-Qur’ān. Abū Ḥayyān berkata: “Ya‘ni hati mereka menjadi keras sehingga tidak terdorong untuk berbuat kebajikan dan taat.” (3853) Tujuan ayat, Allah ingin memperingatkan orang-orang mu’min agar sikap mereka kepada al-Qur’ān jangan seperti kaum Yahudi (dan) Nashrani. Yaitu hati mereka menjadi keras karena kurun waktu yang lama berlalu atas mereka. “Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fāsiq”; mayoritas dari kafir Ahli Kitāb tidak mau taat kepada Allah dan membuang ajaran-ajaran agama mereka karena hati mereka demikian keras. Ibnu Katsīr berkata: “Allah melarang orang-orang mu’min untuk menyerupai orang-orang yang dibebani kitab suci sebelum mereka, yaitu Yahudi dan Nashrani. Ketika kurun waktu yang lama, mereka mengubah kitab suci yang mereka pegang. Mereka membuangnya ke belakang punggung mereka. Mereka menjadikan pendeta dan ‘ulamā’ mereka menjadi sesemabahan, bukan Allah. Saat itulah hati mereka menjadi keras, sehingga mereka tidak menerima petuah dan hati mereka tidak melunak karena janji maupun acaman.” (3864).
“Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya”; ketahuilah hai orang-orang mu’min, bahwa Allah menghidupkan bumi yang gersang dengan hujan dan darinya Allah mengeluarkan tetumbuhan setelah keringnya. Ini kalimat kiasan. Artinya, Allah menghidupkan hati yang keras dengan dzikir dan membaca al-Qur’ān sebagaimana Dia menjadikan bumi yang gersang hidup karena hujan yang deras, sehingga hati itu menjadi khusyū‘ dan merendah kepada-Nya. Demikian juga Allah menghidupkan hati yang mati dengan ‘ilmu dan hikmah.” (3875) Dalam al-Baḥr-ul-Muḥīth disebutkan: “Jelas bahwa ayat ini adalah kata kiasan dan maksud adalah melunakkan hati setelah keras. Dan bahwa dzikir berpengaruh padanya. Sebagaimana hujan berpengaruh pada bumi sehingga menjadi subur setelah gersang. Demikian juga hati yang lari berubah menjadi khusyū‘ dan taat.” (3886). “Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami)”; Kami jelaskan kepada kalian ḥujjah dan dalil yang menunjukkan sempurnanya kuasa dan keesaan Kami. “supaya kamu memikirkannya”; agar kalian merenungi apa yang diturunkan Allah di dalam al-Qur’ān.
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik”; orang-orang yang menyedekahkan harta mereka kepada orang-orang miskin karena ingin ridhā Allah dan orang-orang yang menginfaqkan hartanya di jalan Allah dan jalan-jalan kebaikan dengan hati rela, “niscaya akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak”; niscaya pahala mereka dilipat-gandakan, yaitu satu kebaikan ditulis sebagai sepuluh kebaikan. Di atas itu, mereka juga memperoleh pahala yang indah, yaitu surga. ‘Ulamā’ tafsir berkata: “Meminjamkan yang baik maksudnya berupa sedekah dengan hati tulus dan ikhlas kepada orang Muslim. Dengan berbuat baik kepada fakir-miskin, seolah memberi pinjaman kepada Allah yang menyebabkan dia berhak terhadap bayaran di akhirat.
“Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasūl-Nya”; orang-orang yang membenarkan keesaan Allah dan eksistensi-Nya dan beriman kepada para rasūl-Nya dengan iman yang dalam dan sempurna tanpa bercampur dengan kebimbangan maupun ragu, “mereka itu orang-orang Shiddīqīn dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka”; mereka itulah orang-orang yang mempunyai derajat tertinggi. Mereka mencapai derajat shidiq dan syuhadā’ di jalan Allah. Mujāhid berkata: “Setiap orang yang beriman kepada Allah dan para rasūl-Nya, ia adalah shidiq dan syahīd.” (3897) “Bagi mereka pahala dan cahaya mereka”; di akhirat mereka memperoleh pahala yang besar dan cahaya yang berjalan di hadapan dan di depan mereka. “Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka”; orang-orang yang menentang keesaan Allah dan mendustakan ayat-ayatNya, mereka itulah yang kekal di dalam neraka. Al-Baidhawī berkata: “Ayat ini menunjukkan, bahwa kekal di dalam neraka hanya berlaku untuk orang-orang kafir. Sebab, “mereka itulah penghuni-penghuni neraka” menunjukkan kekhusuan dan kekekalan.” (3908).
Setelah menuturkan keadaan orang-orang mu’min dan orang-orang kafir, maka Allah menyebutkan sesuatu yang menunjukkan hinanya dunia dan sempurnanya akhirat. “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan”: ketahuilah hai manusia, bahwa kehidupan dunia ini hanyalah permainan yang meletihkan kalian, sebagaimana anak kecil melelahkan diri dengan mainannya. “dan suatu yang melalaikan”; menyibukkan manusia sehingga ia lupa akhirat dan taat kepada Allah. “perhiasan”; yang digunakan oleh orang-orang bodoh untuk berhias, sebagaimana pakaian indah, kendaraan yang mahal dan rumah yang tinggi. “dan bermegah-megah antara kamu”; kalian saling membanggakan nasab, harta dan anak. Seorang pujangga berkata:
“Aku lihat pemilik gedung jika mati
Mereka membangun kuburan dengan batu besar
Mereka tetap sombong kepada orang miskin
Meskipun dalam hal kuburan.” (3919).
“serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak”; kalian saling membanggakan banyaknya harta-benda dan anak. Ibnu ‘Abbās berkata: “Orang menumpuk-numpuk harta dari jalan yang dimurkai Allah, lalu dia membanggakannya kepada para wali-Nya dan menggunakannya untuk hal yang dimurkai-Nya. Beberapa kegelapan yang sebagiannya di atas yang lain.” (39210) “seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani”; bagaikan hujan deras yang jatuh ke bumi, lalu tumbuh-tumbuhan yang tumbuh dari hujan itu mengagumkan para petani. “kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning”; lalu tumbuh-tumbuhan itu mengering setelah hijau dan segar. Lalu, kamu lihat warnanya kuning setelah bersinar. “kemudian menjadi hancur”; lalu menjadi rusak setelah mengering dan diterbangkan oleh angin. Demikian sifat dunia. Al-Qurthubī berkata: “Yang dimaksudkan di ayat ini adalah para petani. Ma‘na ayat ini, seperti tanaman yang menyenangkan orang-orang yang melihatnya karena hijau sebab banyaknya hujan. Namun sebentar kemudian menjadi hancur seakan-akan tidak pernah ada. Jika menyenangkan petani, maka tanaman itu sangat indah.” (39311). “Dan di akhirat (nanti) ada ‘adzāb yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhāan-Nya”; kehidupan dunia ini dalam hal hina dan kecepatan sirnanya, hanyalah kesenangan yang cepat berlalu. Menipu orang yang lupa dan memperdaya orang yang bodoh. Sa‘īd bin Jubair berkata: “Dunia ini adalah kesenangan yang memperdaya. Ia membuatmu lupa dari mencari akhirat. Namun jika ia mengajakmu untuk meraih ridhā Allah dan mencari akhirat, maka dunia ini adalah kesenangan dan batu loncatan terbaik.” (39412).
Catatan:
- 383). Tafsīr-ul-Qurthubī, 17/248.
- 384). Diriwayatkan oleh Muslim.
- 385). Al-Baḥr-ul-Muḥīth, 8/233.
- 386). Mukhtasharu Ibni Katsīr, 3/451.
- 387). Tafsīr-ul-Khāzin, 4/35.
- 388). Al-Baḥr-ul-Muḥīth, 8/223.
- 389). At-Tafsīr-ul-Kabīr, 29/232.
- 390). Al-Baidhawī 3/453.
- 391). Aku mendengar dua bait syair ini dari Syaikh kami, Abū-l-Fattāḥ Abū Ghuddah, semoga panjang umur.
- 392). At-Tafsīr-ul-Kabīr, 29/233.
- 393). Tafsīr-ul-Qurthubī, 17/255.
- 394). At-Tafsīr-ul-Kabīr, 29/234.